Lelaki tua bertampang lusuh mengamati dirinya lamat. Menelaah dialeknya yang asing. Dan menyimpulkan kalau gadis di hadapannya bukan berasal dari dusun ini.
"Nona berasal dari mana?"
"Hongkong."
"Oh, Hongkong. Selamat datang di Kuil Hantu ini."
"Terima kasih."
"Sudah berapa lama di sini?"
"Hm, baru juga kemarin tiba."
"Oh. Nona pasti ingin tahu banyak soal kuil ini, ya?"
"Justru karena itu aku kemari. Kakek, benar tidak kuil ini berhantu prajurit Dinasti Qing?"
Lelaki tua berbadan ringkih itu menghela napas. Ia berdeham sebentar. Menatap ubin merah-bata dengan mata menerawang. Sepasang mata kelabunya menyipit, seperti berusaha mengingat gugusan kenangan yang terpendam di memori kepalanya.
"Itu kisah lama! Sebenarnya, untuk apa diungkit-ungkit lagi? Yang sudah berlalu, biarlah berlalu. Semuanya itu seperti takdir. Satu sisi suram perjalanan panjang sejarah kemanusiaan negeri ini."