Belasan tahun rumah tersebut tidak terawat setelah ditinggal begitu saja. Sampai pada suatu ketika, setelah tergulingnya pemerintah republik yang melarikan diri ke Pulau Taiwan, pemerintahan baru Tiongkok di era lima puluhan mengambil alih bangunan tersebut. Dan dijadikan sebagai situs negara karena banyak menyimpan relief kuno dari Dinasti Qing.
Dalam perkembangannya, rumah tersebut beralih fungsi menjadi kuil tempat pemujaan para arwah, khususnya orang-orang tua keturunan dari keluarga dan kerabat kerajaan serta simpatisan kerajaan yang jumlahnya tidak seberapa itu. Maka jadilah rumah besar serupa istana tersebut menjadi 'Gui Shen Miao' atau Kuil Hantu.
Dari hari ke hari rumor pun berkembang. Tempat yang dikeramatkan itu kerap menghadirkan fenomena aneh tak galib. Arwah para prajurit dari Dinasti Qing bergentayangan di dalamnya. Menghadirkan misteri yang sampai saat ini masih babur.
Memasuki ruang-ruang kuil yang banyak berselasar, dengan ratusan tiang bervinyet, Fanny memang serasa dihadapkan pada kenangan lawas tentang pemerintahan tiran kerajaan Tiongkok yang banyak diangkat sebagai tema dalam film klasik kolosal. Sungguh bangunan yang istimewa.
Ada banyak alwah yang terbuat dari mahoni berjejer rapi di meja persembahyangan, seperti barikade prajurit dari masa lampau. Ia mengamati dengan takzim. Banyak sekali. Mungkin ratusan. Bahkan ribuan. Semuanya berkaligrafi aksara kanji Tiongkok. Dan akhirnya ia mengangguk-angguk maklum. Itulah nama-nama prajurit Dinasti Qing yang gugur pada revolusi Tiongkok di penghujung abad sembilan belas.
Ia berjalan sendiri. Keasyikan sehingga terpisah dengan saudara misannya. Ditelusurinya isi bangunan Kuil Hantu itu dengan perasaan baur. Angin dari pantai yang masuk melalui celah-celah jendela besar meniup asap hio hingga menerpa dan memerihkan matanya. Ia mengerjap-ngerjapkan mata sambil berjalan. Dan berhenti oleh sebuah benturan lunak pada badan.
Dipicingkannya mata. Ia nyaris kelengar ketika melihat sosok di depannya. Jantungnya serasa berhenti berdetak. Hantu?!
"Tolong! Ada han-hantu!"
"Nona, ada apa?" tanya lelaki tua itu dengan tiga kerut di dahi.
Fanny membuka matanya lebar-lebar. Ia disambut wajah tua separo heran dengan mulut ternganga lebar. Chinesse ghost itu ternyata seorang lelaki tua pengurus dan penjaga kuil ini.
"Maaf!" ujarnya, lalu membungkuk-bungkuk hormat.