Meski tadi terdengar bercanda tapi jujur saja, aku merasa bersalah. Rasanya dada ini sesak melihat dia mau menangis. Kenapa, padahal aku pun terbiasa bercanda dan membuat beberapa orang menangis karena bercandaku. Tapi dia berbeda, rasanya lega seperti dipeluk saat dia tersenyum. Tapi saat dia mau menangis rasanya seperti disayat pisau di leher. Aku memutuskan untuk cuek, dan menghindarinya setelah itu. Rasanya terlibat dengannya membuatku semakin aneh. Seperti tidak wajar dan sangat mengganggu pikiran.
   Sekian bulan selalu terkait dengannya meski ku hadapi dengan membuatnya seakan tak ada. Padahal dalam alam bawa sadar saja aku sangat menghendaki kehadirannya. Sore itu aku melihatnya bermata merah nanar sedang sendiri di belakang tembok. Muncul lagi rasa sesak yang tak ku senangi. Aku ingin menghampirinya, entah kenapa kakiku tiba-tiba tergerak untuk mendekat. Kami sempat bertatapan, namun dia justru berlari ke arah kamar mandi perempuan yang tidak mungkin ikut ku masuki. Jadi, ku biarkan saja dia dan melanjutkan langkahku untuk bermain basket.Â
"Dan, Fokus dong!" Teriak Azka yang sedang mengoper bola ke arahku namun justru menabrak kepalaku.
"Break! Break dulu deh, minum yuk." Sahut Putra sambil ngos-ngosan.
Kepalaku sedang tidak disini, rasanya ia masih tertinggal di tempat tadi aku bertatapan dengannya. Dimana teman-temannya sampai dia menangis sendiri seperti itu, apa mungkin mereka berantem? Atau bagaimana. Kacau sudah.Â
Ghia: 'Gais? Hari ini baju apa ya? @anak OSIS muncul dong... DC nya Ramadhan Fest apa??"Â
Mega : @Diyan @jiya apaan guis?
Diyan : Baju seragam putih yaa. Buat yang mau lomba sesuaikan sama yang ada di juknis.Â
....
Text pesan bertuliskan Diyan membuatku terdiam. Dia sudah baik-baik saja kan? Astaga aku seperti ibu penggosip yang suka kepo.Â
   Pagi itu puasa ramadhan, kami satu sekolah berkumpul di depan panggung sederhana yang didirikan karena acara OSIS. Diyan tiba-tiba naik panggung, dia tersenyum menunduk menyapa audiens. Kemudian dia menyampaikan sambutan sebagai ketua acara. Sangat lancar, berbeda dari sikap diam dan malunya tiba-tiba dia sangat cantik dari atas sana. Senyumnya bertambah manis, kata-katanya seakan rayuan yang membuatku salah tingkah meski itu hanya kata-kata sambutan biasa. Tapi disini aku seakan bangga dan ingin mengatakan bangga padanya... Yah, aku yakin aku sedang jatuh cinta.Â