https://drive.google.com/file/d/1zhLt0hQYJK_R1mQNtyjNNS6DnsXUg8KV/view?usp=share_link
Pusaran Hati
Merengkuh asa arah yang pasti
Dalam buaian kisah indah surgawi
Surgawi abadi
Surgawi bertahta wibawa, bertahta budi40 Puisi karya Dwi Upita
Tertuntun , tertuju, terhilir doa tiada henti
Bintang gemerlap indah di singgasananya
Tercipta atas kodrat insani
Kodrat untuk dimengerti, tak berbatas dan tak bertepi
Tiap jengkal langkah ini, tiap jengkal labuhkan diri
Arungi jeram kehidupan sejati
Aliran doa bermuara pikiran dan hati
Bertemu satu titisan jiwa suci
Urai hitam mengubah putih, urai samar mengubah nyata
Maya pada bersinar, seterang mentari pagi
Menerangi alam bumi pertiwi
Jika langkah mulai goyah, jika rusuk mulai rapuh
Raih nada suci bebalut kelembutan, berbalut kekuatan
Lelapkan tubuh, jernihkan hati,
Teguhkan dalam pusaran Rosul illahi
Pusaran hati
Hanyut terdampar kebahagiaan sejati nan abadi
Tak terbantah, tak tertolak, teryakini
Telungkup sujud datarkan raut muka ini
Tangan terbuka menengadah
Harap turunnya hidayah
Tiada henti tuk titisan suci
Berbinar menapak tangga terjal kehidupan ini
--------------------------------------------------
Puisi Ke-2
Kasih Sehati
Hamparan hijau berpaut kasih
Hamparan asa berbalut cinta
Hamparan bahagia berteduh mutiara
Hamparan syahdu berselimut kesucian
Hamparan berkah berbalut keikhlasan
Raga terjaga, raga melangkah
Mata terpejam, raga rehat,
Namun .... hati tetap dan selalu berkata
Berkata, hanya diri dan yang tahu
Kemilau doa menyeruak
Dalam setiap jengkal langkahku
Sebagai lentera kehidupan penuh berkah
Kembangkan sayap anak bangsa
Amanah mulia putra dari ayah bunda
Tanpa terseok, tegak sejalan hati dan pikiran
Pusaka hati terpatri indah mutiara
Mutiara doa dan alunan nada suci
-----------------------------------------------------------
Puisi Ke-3
Pelangi
Hujan berhenti bersama terbangnya burung gereja
Sang mentari biaskan cahayanya menembus bening-bening air
Gemerlap dipantulannya memancar ke langit
Bumi bagai bertabur lampu kristal damaikan hati
Pancaran lama kian menjulang di atas batas cakrawala
Merah, jingga, kuning, hijau, dan keunguan
Elok mata memandang, hati berdesir takjub
Karunia dan KebesaranTuhan tak berbatas untuk hamba-Nya
Bias warna membentuk lengkungan terarah
Tak bisa terpegang, namun dapat menikmatinya
Berharap pelangi itu tak segera pudar
Senyum riang menyambutnya bersama tengadah doa
Bumi pertiwi bersemangat menjemput harinya
Pelangi tak lama tampak di pelupuk mata
Putaran jam tak sampai lelah gerakkan tubuh gagah
Mengingatkan manusia juga tak tak lama menikmati keindahan seutuhnya
Saat semua kembali sedia kala manusia memahami sebuah arti
Keindahan pelangi dapat direngkuh lagi
Jika Tuhan mengizinkan bersinar bersama sang hujan dan mentari
Tersenyum menyapa dengan wajah eloknya
Kehidupan manusia ibarat pelangi
Suka, duka, tangis, tawa, sehat, sakit silih berganti
Mewarnai perjalanan waktu tiada henti
Nilai hikmah bagai butiran tasbih bergerak di jemari
Berputar ikuti alunan pujian pada Sang Ilahi
Warna kehidupan jadikan kenikmatan tiada tara bagi penikmatnya
-------------------------------------------------------------------
Puisi Ke-4
Senja
Inilah cerita tentang senja
Semburat warna sederhana, namun berbekas dalam jiwa
Tentang keluarga kecil yang bersujud dalam doa
Mereka bersyukur atas segenggam harta
Senyum ceria terukir sempurna
Walau kelam, suram, dan sunyi dipandang mata
Walau tampak raga itu tak sempurna
Tetes butiran bening dari sudut kelopak mata
Membuka sekat dinding hidayah
Asa meraih syukur nikmat dalam cahaya suci
Bulir-bulir keberkahan berharap tiada henti
Semayam rindu selalu sujud di permadani surgawi
Dalam sunyi bersinar bintang yang elok
Berdesir angin menembus celah dinding
Binar mata keanggunan
senyum bulan sabit keindahan
rona mentari pagi kesetiaan
membekas dalam sinar sang surya
warnai hidup semakin cerah
tak mampu diri membalasnya
sempurna Tuhan ciptakan kau untukku
berlabuh direlung setiap langkahku
rasakan cinta kasih sehati
raih kemuliaan sejati
raih surga abadi
----------------------------------------------------------------------
Puisi Ke-5
Pesona
Bunga kamboja masih menguncup
Kumbang-kumbang datang memecah kesunyian
Bunga itu tetap tak bergeming
Kumbang-kumbang tebar pesona lagi
Musim semi belum tampakkan keagungannya
Desir angin bersama tetes embun
Butiran bening melekat dalam kuncup mawar Kamboja
Lihatlah kawan kuncup bunga itu
Tetap tak ingin menampakkan kecantikannya
Kumbang kembali datang
apa daya kamboja tiada lagi dalam tangkainya
Kumbang pulang membawa pedih hatinya
Pilu teriris tersenyum dalam fatamorgana
Kupu-kupu putih bertanya pada kumbang “mengapa kumbang pucat pasi?”
Kumbang diam tertunduk tak mampu keluarkan suara lantangnya
Kupu-kupu malah tertawa, itulah teka-teki dunia
-------------------------------------------------------------------------
Puisi Ke-6
Ibu
Ibu,
Dalam setiap ritme nafasku
Satu harapan terpatri selalu panjatkan doa untuk ibu
Semoga kau selalu sehat selalu
Lindungilah Ibuku, Tuhan
Sayangi ibuku
Berkahi usia ibuku
Maafkan anakmu Ibu yang penuh dengan hasrat duniawi
Aku sangat menyayangimu
Doamu sangat berarti untukku
Tanpa restumu, hidupku bagai arah tanpa tujuan
Garis wajah itu lukisan kemuliaan
mulut dan jari itu basah oleh dzikirmu
Berlian bening membasahi pipimu ibu
Di atas permadani merah membentang
Bersimpuh berharap pada sang pencipta semata
Doa ibu lebih tajam dari tombak
Yang mampu menembus langit di atas langit
Tuhan menerima doa-doa mulia Ibu untuk anak-anaknya
---------------------------------------------------------
Puisi Ke-7
Simponi Satu Hati
Mata sendu hati rindu
memecah khatulistiwa
berlapis emas mega cinta
Butiran tasbih melaju dalam jemari ku
Tangan tangadah pada sang pencipta
Pertemuan dengan masa yang indah
Masa penuh suka cita
Masa hilang duka nestapa
Simponi merah muda bertahta kisah
Lukisan jalan cerita mulia
Menitipkan rindu pilu pada merpati
Kepakkan sayapnya menghilang bersama mentari
Alam lestari menjadi saksi suci
Kobaran bara api dengan naluri
Belahan jiwa satu hati
Cinta tulus tak bertepi
Menanti cinta sejati
Datang dalam dekapan sanubari
---------------------------------------------------------------
Puisi Ke- 8
Syukur
Karunia-Mu Tuhan sungguh nikmat aku rasakan
Untaian berlinang air mata mengiringi setiap doaku
Engkau pasti memenuhi janjimu pada hambamu
Yang selalu mensyukuri nikmat-Mu
Sehatku, senyumku, upayaku, hasilku semua adalah kuasa- Mu
Hamba bukan hamba yang sempurna
Namun hamba tetaplah seorang hamba
Yang berusaha untuk memahami
Menyadari hakikat kehidupan yang sebenarnya
Manusia hidup hanyalah sementara
Langkah kaki untuk berbuat kebajikan
Terpatri dalam setiap seluruh nadi
Tuhanku,
Engkau Maha Kuasa
Engkau maha pemberi rezeki
Engkau mampu membolak-balikkan hati manusia
Tetapkanlah dalam nafasku
Dalam detak jantungku
Aku hanya meyakini kuasamu
Akan mampu memberikan kekuatan dalam hati dan ragaku
Langkah ini hampir gontai
Langkah ini hampir tertunduk layu
Langkah ini hampir tertunduk lesu
Kini telah bangkat kesadaran diri
Kehidupan sejatinya adalah perjuangan
------------------------------------------------------------------
Puisi Ke-9
Restu Ibu
Restu Ibu Nur Illahi
Mata sembab di keningan malam
tertuang satu kisah indah tanpa lapisan
mata menerawang jauh menembus nirwana
panjatkan doa malam berganti malam
hari berganti hari
tahun berganti tahun
semua berjalan tanpa hati
Doa Ibu sucidari dalam kalbu
Restu Ibu selalu mengiringi langkah permatanya
tiada daya seorang hamba tanpa kuasa Sang Pencipta
Berlian bening mengalir tiaada yang tahu
Namun nyata dalam mengiringi setiap detak jantungku
Senyum itu mewarnai setiap tatapanku
Dalam hatiku paling dalam aku meyakini Restu Ibu nur ilahi
Sujud Ibu penuh makna
Di atas permadani indah
Baik malam, siang, maupun senja
-----------------------------------------------------------------------
Puisi Ke-11
Pena Cinta
Bulir kelam terasa masuk dalam kalbu
menembus dinding dinding jiwa
Tangis pilu mengalir pada wajah gadis cantik itu
tenggelam dalam duka lara
meratapi mutiara yang hilang
kemilau mutiara itu larut dalam angan saja
Menggerus harapan Indah
Mimpi seakan hanya menjadi saksi
Doa terpatri dalam sanubari
Esok bagian dalam asa
Luaskan sesak dalam dada
Namun apa daya
Tak kuasa melepaskan goresan kelam itu
Menetes juga butiran bening dari kelopak mata
Ilustrasi bahagia terlukis dalam benak semata
Dengan goresan pena cinta yang akan hilang dihempas masa
Pena dari tinta mulia
Meninggalkan garis-garis indah
Mengisi rongga jiwa
-----------------------------------------------------------------------
Puisi Ke- 12
Kumbang
Mahkota bunga ini mulai bermekaran
Indah nian mata ini sejuk menatapnya
Tak berkedip sedetikpun
Menikmati keagungan mahkota bunga itu.
Kumbang kumbang bertebaran dalam lembaran lembaran Indah mahkota
Kumbang kumbang mulai tersenyum menyapa mahkota bunga
Kepakan sayapnya seakan menunjukkan jati diri
Mahkota bunga merah itu elok dipandang
Tuhan telah takdirkan bunga merah bersama sang kumbang
Mensykuri nikmat alam yang indah lestari
Tebarkan pujian pada sang pencipta
Esok masih berharap keindahan ini tak akan berpaling
Menggapai mimpi kebahagiaan abadi
-----------------------------------------------------------
Puisi 13
Ayah
Ayah,
Butiran bening mengalir di atas bahu itu
Keluh kesan tak pernah terucap sepatah kata pun
Pada padaku berbinar cahaya dalam lensa matanya
Saat menatap anak mu penuh senyum
Tulang yang tak lagi kokoh
Namun engkau masih berusaha menguatkan itu
Cinta ayah lebih luas dari Samudra
Kasih ayah dalam lebih dari lautan
Berdesir jiwa ini
Ingin selalu merengkuh kebahagiaan bersamamu
Ingin selalu aku di samping di sepanjang waktu
Namun maafkan aku ayah
Maafkan anakmu yang belum mampu membalas budi
Aku hanyalah insan biasa
Yang berjuang memenuhi untuk berbakti pada suami
Terima kasih ayah atas kasih tulusmu
Berkat didikanmu putri kecilmu mampu tegakkam moral mulia
Atas kasih sayangmu dunia turut bangga padamu
Pengorbananmu demi keluarga tanpa batas lelah
alunan doa-doa mengiringi ritme kehidupan putrimu
aku mampu berdiri dalam kumpulan masyarakat yang baik
ayah kau adalah panutanku
kewibawaanmu, ketegasanmu menyatu dalam jiwa ragaku
Kini berkat jasamu putri kecilmu mengabdi pada bumi Pertiwi
Untuk mendidik generasi penerus bangsa yang berilmu dan berakhlak mulia
---------------------------------------------------------------------
Puisi Ke- 14
Ijazah dan Wisuda
Sahabat,
Kehidupan ini tiada selalu indah
Kehidupan ini tiada selalu sedih
Kehidupan ini tiada selalu terpenuhi
Kehidupan ini tiada selalu ditepati
Kehidupan ini sering merasa tersakiti
Namun bersamamu secercah kebahagian terlukis dalam jiwa
Di sampingmu diriku mampu melewati itu semua
Canda tawa menangis bersama
Eratkan asa menuju bahagia
Menggapai cita-cita mulia
Aku tahu kita tak mungkin selalu Bersama
Terputus karena ijazah dan wisuda
Namun percayalah aku selalu merindukanmu
Kita kan jumpa di lain waktu
Dalam kebersamaan menyatu songsong cita-citamu
Sahabatku aku pun begitu
Alunan doa mengirimi langkah
Semoga Tuhan selalu melindungimu
--------------------------------------------
Puisi Ke-15
Berani dan Suci
Merah putih
Merah berarti berani
Putih berarti suci
Raga jiwa ini mampu menembus batas cakrawala
Darah dalam diri ini mengalir darah perjuangan
Perjuangan yang tak pernah putus dalam harapan kemenangan
Pikiran ini setajam tombak
Membelah lautan berpikir cara meraih kemajuan bangsa
Langkah ini tak pernah gontai menembus batas bumi
Untuk mempertahankan bumi Pertiwi ini
Petikan merdeka merdeka dan terus merdeka
Dalam semangat juang yang tak pernah padam membara dalam sanubari
Bumi Pertiwi ini tak kubiarkan menangis merintih
Tanah air Indonesia akan selalu percaya
Dari genggaman semangat dan hati suci para pemuda yang tulus, berbudi, dan berprestasi,
Indonesia bangkit kembali tersenyum bangga takkan henti
Maju maju dan terus maju dalam setiap masa
Prestasi gemilang ukiran harapan pejuang yang membela nusa dan bangsa dari tangan penjajah
------------------------------------------------------------------------------------------------
Puisi Ke-16
Memori Cinta
Lepaskan penatmu dalam untaian rantai duniawi
dalam jantungku dengarkan desir dalam darahku cinta suci terpatri takkan patah
Ketulusanmu bagian ketulusanku
Keikhlasanmu bagian keikhlasanku
Ukiran kalimat suci terpahat tiada henti
Tengadah Di Malam sunyi pada sang lillahi Robbi
Gurat gurat garis senja mulai tampak di pelipis
Mahkota ini telah memutih, bukan karena campur tangan manusia
Tapi karena langkah hari yang terus berganti, sayang
Sandarkan rasa percaya ini pada cinta dan asa
Bintang itu terlalu kemilau untuk digapai
Tapi naluri kalbu takkan pernah membiru
Kita hentakan cinta dan asa bertabur crystal memori dalam langkah menggapai sang mentari
Mata ini terasa lelap bertabur biji-biji mimpi
Indah terbayang dalam lubuk rohani
Berkelakar mimpi itu mengusik laduni
Tengadah terbayang hari esok dan rupawan
-------------------------------------------------------------------------------------
Puisi Ke-19
Jiwa-jiwa Muda
Kaitkan jemarimu kawan dengan jemariku
Satukan asamu dengan asa dalam sanubari
Rasakan rasakan dalam detak jantung seirama dengan detak jantung
Jiwa kita masih muda
Darah kita masih merah merona
Hati kita selalu menyapa meski kita tak bersua
Memori memori Indah terekam dalam album asmara
Lembarannya takkan mungkin hilang sia-sia
tangis kalau itu masih membekas di kalbu
Dekapanku sebagai sahabat pelipur semua cerita sedih mu
Tawamu kala itu seiring dengan dekapan manjaku
Selalu datang menjadi penyejuk jiwamu
Panah kehidupan akan segera mamatikkan pada tujuan
Tujuan kemuliaan Bersama kemuliaan
--------------------------------------------------------------------------------
Puisi Ke-20
Kering
berlapis pusaran Mega cinta
Butiran tasbih melaju dalam jemari
Untaian pengharapan pada sang pencipta
Terpaut muka dengan masa yang indah
Masa kamu suka cita
Masa hilang duka nestapa
Simponi merah muda bertahta kisah indah
Lukisan jalan cerita mulia
Menitipkan rindu sendu pada merpati
Kepakkan sayapnya menghilang bersama mentari
alam lestari menjadi saksi
arti kobaran hati yang suci
Tanpa terseok, tegak sejalan hati dan pikiran
Pusaka hati terpatri indah mutiara
Mutiara doa dan alunan nada suci
Binar mata keanggunan
Senyum bulan sabit keindahan
Rona mentari pagi kesetiaan
Membekas tak bersirna
Warnai hidup semakin cerah
Tak mampu diri membalasnya
Sempurna Tuhan ciptakan kau untukku
Berlabuh direlung setiap langkahku
Rasakan cinta kasih sejati
--------------------------------------------------------------------------------------
Puisi ke-21
Lilin
Meskipun lilin hanya mampu menerangi sebagian ruang
Meskipun cahaya redupnya samar dalam kegelapan
Namun, tak dapat menepis ada harapan penglihatan
Tak sekejap pun terhalang dalam perjuangan
Berlenggok mengayun api kecilnya
Mengikuti hembusan angin di dekatnya
Jika lentera ini bisa berbicara
Dia pasti teriak suka cita dengan raganya
Perlahan tapi pasti,
Lentera ini akan semakin mengecil dan luluh
Menetes lembut dari raganya dari secercah menerangi ruang
Ada bangga, ada suka, ada bahagia
Tengoklah mereka bisa membaca huruf
Meskipun dalam keterbatasan cahaya kita
-----------------------------------------------------------------------------
Puisi ke -22
Meraih Asa
Di Gedung biru itu generasi emas berjuang meraih asa
Hati dan piikiran menyatu dalam raga keteguhan
Bara semangat bergelora sepanjang masa
Melaju tegap gegap gempita
Bersolek dengan doa ayah bunda
Bahu muda ini mampu menyimpan semua cerita
Yang kelak diberikan pada generasi akan datang
Tekad menapaki kerikil dan batu-batu terjal
Tetap berjalan pada arah penuh makna
Buku, pena, papan putih pandangan pertama
Seorang Wanita tengah baya tersenyum pada mereka
Sapaan hangat menembus relung hati
Redupkan rasa gundah yang ada
Tak akan pernah pupus untuk menembus bintang
Kerlipnya tampak indah di atas bumi pertiwi
Terus berjuang anak-anakku demi agama, keluarga, bangsa dan negara
Kami selalu mendukungmu
-------------------------------------------------------------------------
Puisi ke-23
Sajadah Merah
Mata sembab bulir bening menetes
Jiwa mengharu biru dalam alunan doa
Melepasmu sesaat dari dekapan
Kau pergi untuk menunaikan tugasmu
Pergilah sayang,
Songsong masa cerahmu bersama mereka
Raih hati lembut mereka
Mereka bagian jiwa ragamu jua
Yakinlah masa indah akan datang pada saatnya
Bersimpuhlah di sajadah merah ini
Satukan tanganmu tengadah ke atas
Bisikkan doamu di sepertiga malam
Meskipun kelopak mata bergelayut menghadang
Bangkit, bangkitlah sayang….
Tetap tersenyum sayang,
Langkah kaki mu dalam jalan yang terang
Seterang harapan gemilang
-----------------------------------------------------------------------------
Puisi ke-24
Ibu
Rambut hitam lebat itu mulai memudar
Gesit Langkah itu kini mulai tertatih
Keluh peluh mu, anakmu tak pernah dengar
Kau ayun-ayunkan anakmu bersama tembang yang indah
Belaian sayang Ibu membekas indah tanpa cela
Membuka tabir ketulusan cinta seorang Wanita
Bijaksana bertahta emas nirwana
Jari sucinya mengobati banyak luka jiwa
Ibu,
Engkau ajarkan anakmu makna kehidupan sejati
Yang tak layak meminta selain pada sang pencipta
Dunia hanya fatamorgana semata
Raih kembali jiwa ini yang hilang dengan sayangmu
Agar aku tak semakin tersesat pada jalan yang kelam
Rangkaian doamu menyelimuti kalbuku
Dalam ketenangan dan kebahagiaan anak-anakmu.
---------------------------------------------------------------------------------
Puisi ke-25
Moky
Entahlah, nama Moky ini terbesit begitu saja
Mata bulatnya menggerakkan raga ini membawmu ke peraduanku
Mata sendu penuh iba seakan mengharap balasan cinta
Mata sendu itu dapat bercerita tentang dunia yang sebenarnya
Lembut bulu itu meredupkan bara amarah dalam jiwa
Usapan sayang pada makhluk sang Pencipta seperti mengusap jiwa yang usang
Sambut sinar Mentari dengan suka cita, Moky
Berlarilah dengan riang gembira, biarkan tertawaku selalu bersamamu
Biji biskuit merah jambu kesukaanmu
Kini selalu ada di depan mata bulatmu
Kini duniamu tak sekejam dulu
Warnai harimu tanpah peluh gemuruh
Kemucing ekormu mengibaskan sukma yang rapuh
Telah berbinar mata sendu itu dalam pusaran hati penuh cinta
-----------------------------------------------------------------------------------------
Puisi ke-26
Cerita Fantasi
Peri-peri hutan menari ria
Melenggak-lenggok di bawah naungan purnama
Boneka, hingga mainan terbang diatasnya
Dan tentu saja jangan alpha-kan eorang putri dengan tiara
Benar
Ingin sekali aku kembali
Sejuta cerita tentang fantasi
Tertawa, bermain di alam mimpi
Bersama penyihir, ataupun penyair
Melawan naga untuk tuan putri...
Di bawah pelita sejuta lentera
Berdansa dengan kesatria
Dan ku genggam semuanya...
Just only memories, yang tersisa
Tepat ketika aku beranjak dewasa
Kawan, teman, dan saudara
Ingat betul, memori ini
Meski hanya sebatas mimpi, engkau pasti ingin kembali...
Kembali ke teman imajinasimu
-------------------------------------------------------------------------------------
Puisi ke-27
Dendalion
Nampak kuat bak kesatria
Dia tangguh menjulang tanpa celah
Bahkan sanggup, membelah angin khatulistiwa
Putih nan suci...
Diterpa kilap cahaya pagi
Sungguh
Indahnya sukar diungkap dengan kata
Namun siapa sangka
Nyatanya, dia si putih yang rapuh...
Setitik tiupan lembut
Mampu membuatnya terbang jauh
Menembus waktu
Menentang cakrawala
Mengarungi dunia
Sampai mampu merajut cerita
Membuat motivasi untuk kita semua..
--------------------------------------------------------------------
Puisi ke-28
Melodi
Ku rasakan, semilir angin membelai
Bunga seruni berbaris rapi
Alang-alang pun ikut menari
Sungguh
Semerbak harumnya, membawa memori
Dengarkah engkau sebuah melodi?
Melodi surga
Terasa murni menggetarkan raga...
Burung-lembu ikut menyanyi
Kepak sayap kupu, turut mengiringi
Dengan musik alam yang mengiringi
Sungguh
Paduan nada itu sempurna...
Melodi-melodi indah
Hanya ada di tempat tercinta
Hingga sang ratu malam tiba
Atau pun silih hari berganti
Tetap seperti ini
Hanya di sini...
-----------------------------------------------------------------
Puisi ke-29
Nelayan
Engkau adalah pejuang di lautan
Berangkat pagi pulang petang
Panas hujan tak kau hiraukan
Hanya mengharapkan hasil tangkapan ikan
Sepanjang hari berdoa dan ikhtiar
Hujan badai ibarat teman
Anak istri menunggu dirumah
Mengharapkan rizki hasil tangkapan ikan
Raut wajahmu kelihatan cerah
Itu menandakan rizki yang melimpah
Anak istri keluarga di rumah gembira
Semua itu karena anugerah-Nya
Badan sehat jiwa Bahagia
Mensyukuri nikmat yang ada
Tanpa memgeluh apa yang dirasa
Tersenyum semangat menjalani masa
---------------------------------------------------------------
Puisi ke-30
Prajurit Sapta Marga
Prajurit
Dikau terlahir untuk mengabdi pada ibu Pertiwi
Panas hujan tidak berarti
Dimanapun dikau bertugas
Kau selalu bersyukur dan ikhlas
Sapta marga ,Sumpah Prajurit dan Delapan Wajib TNI
Sudah melekat dalam hati
Dikau sangat gagah dan berani
Dalam menjaga kedaulatan ibu pertiwi
Kibarkan bendera merah putih di atas cakrawala nusantara
Garuda tetap pada dada seorang kesatria
selalu siap dengan seluruh jiwa raga
Mengabdi pada negara Indonesia
Demi rakyat tercinta tetap hidup aman Sentosa
---------------------------------------------------------------------------
Puisi Ke-31
Anugerah
Syukur
Kita terlahir dibumi yang indah
Tidak tahu dari rahim yang mana
Karena itu semua
Adalah anugerah sang Pencipta.
Janganlah hidup merasa susah
Karena kita sudah diberi segalanya
tinggal kita melangkah
Menikmati apa yang telah diberikan-Nya
Mensyukuri atas segala karunia-Nya
Di alam yang fana tiada yang kekal
Isi hati nurani dengan asma-Nya
Berbinar berjalan dalam kebahagiaan yang sempurna
Mahkota bunga matahari memandang bangga sang Mentari
Menyapanya dengan senyum termanisnya hari ini
Seakan ingin bercerita tentang hidup yang tak abadi
Namun penuh makna untuk dimengerti
----------------------------------------------------------------------
Puisi ke-32
Indonesiaku
Dari Sabang sampai Merauke
Dari Miangas sampai pulau Rote
Dari perbedaan ,suku , agama dan budaya
Tetapi kita semua tetap satu jua
Indonesia tanah air tercinta
Disanalah kita hidup berkarya
Mengisi ilmu untuk kemajuan negeri
Demi menjaga kejayaaan ibu Pertiwi
Indonesia negeri yang kaya
Hasil hutan , laut dan tambang yang melimpah
Itu semua Anugerah sang Pencipta
Yang harus kita nikmati dan syukuri bersama
Daun berguguran, ranting kering berjatuhan
Hujan membasahi bumi, berganti kemarau menelisik kembali
Fajar bergurau riang bersama sang Mentari
Kicau burung pipit dalam peraduan hijau
Berbincang riuh menyambut petani setengah baya
Alam pun berbicara lantang “semua tetap disyukuri, maka kau bahagia”
----------------------------------------------------------------------
Puisi ke-33
Santigi
Dari segi Karakter , kecantikan dan penampilanmu
Semua mata akan terkagum padamu
Tapi siapa sangka kau terlahir ditempa sang mentari
Dibesarkan oleh ganasnya gelombang lautan
Itulah kamu santigi...
Akar ,Batang dan daunmu begitu elok menawan hati
Semua orang ingin memiliki
Karaktermu kuat bagai penjaga negeri
Bertuan dalam balutan pasir hitam
Berdiri bertabur
sinar sang mentari
-----------------------------------------------------------------
Puisi ke-34
Doa Ibu
Mendayu alunan doa seorang ibu
Bagai sebuah tomak menembut langit
Tak berpenghalang menghujam kuat
Tak berbekas namun mampu mengubah segala
Doa Ibu mampu menjadi pelipur lara
Doa Ibu menjadi pengobat duka
Doa ibu menjadi penguat jiwa
Doa ibu menjadi penguat raga
Genggam erat hatiku Ibu
Kaitkan hatiku dengan kasih sayangmu
Inilah surgaku ada pada kaki ibu
Kasih tulus ibu tak dapat terganti dengan emas permata
Luasnya samudera masih luas kesabaran seorang ibu
Dinginnya salju tak sedingin nasihat Ibu
Keindahan emas permata masih lebih indah tutur bijak ibyu
--------------------------------------------------------------------------
Puisi ke-35
Kopi
Warnamu hitam melekat
Rasamu terasa pahit
Karena kau sendiri
Bagaikan dunia terasa sepi
Tapi semenjak ada gula
Hidupmu terasa bahagia
Bersatu padu mengikat
Menjadi minuman
Menjadi minuman yang nikmat
----------------------------------------------------------------------
Puisi Ke-36
Piala Dunia
Hinggar bingar suara penggemar
Mendukung tim kesayangan
Segala apapun akan dilakukan
Demi tim kesayangan supaya menang
Apapun hasilnya
Dalam suatu pertandingan pasti ada menang
Dan tentu ada yang kalah
Tetapi semuanya tetap gembira
Dengan hadirnya piala dunia
------------------------------------------------------------------------------
Puisi Ke-37
Syukur
Hidup adalah perjalanan
Dihari yang cerah dan bahagia
Telah lahir anak manusia
Ayah ,ibu dan sanak keluarga
menyambut kelahirannya
Pada hari itu
akan dimulai suatu perjalanan yang dituju.
Ada suka dan gembira
Ada sedih ataupun duka
Itu semua akan bisa
dilalui bersama sama
Dengan hati syukur dan ikhlas
Dan dengan ridlo Illahi kita jalani perjalanan dengan tuntas
--------------------------------------------------------------------
Puisi ke-38
Pantai
Gelombang laut berbuih kristal
Tersinari sang mentari pagi
Deburannya menyapa ikan-ikan kecil
di antara batu-batu di tepi pantai
Lari bocah kecil mengejar layang-layang
Bersama gelak tawa mereka
Layang-layang ikan, layang-layang naga, layang-layang burung
Sangat elok sedap dipandang
Pria tua berpeci putih memanggil bocah kecil itu
Ah…. Lucu sekali bocah kecil itu
Sang Mentari tersenyum menatap pria tua berpeci
Tiga Cikalang berjajar di bibir pantai tertawa geli pada bocah-bocah kecil
Angin pantai menghembuskan napasnya dengan rasa takjub
Pantai yang tak menginginkan sampah dari tangan kotor manusia
Biarlah mereka bagahagia dengan dunianya
Biarlah mereka menyatu dengan kemolekannya
Hari ini atau esok adalah sama
Bersuka dalam asa penuh cinta
Cinta pada lestari alamnya
--------------------------------------------------------------------------
Puisi Ke-39
Jalasenastri
Dipenghujung malam hari Ibu
Jalasenastri,
Pelukis insan bermartabat mulia
Pemoles cindekia luhur bertahta
Pilar emas sinergi ketulusan
Bermahkota cinta dan kesetiaan
Merajut dalam mahligai keelokan nan suci
Mengukir asa dalam satu jiwa sejati
Meraih cita yang pasti bukan fiksi
Mengabdi pada ibu pertiwi dan berbakti pada suami
Berdedikasi tinggi meraih prestasi
Dari relung hati meraih mimpi
Demi kejayaan dan kemakmuran negeri
Tanpa batas hitungan hari
Jalasenastri,
Lembut berkata santun bertingkah
Teguhkan diri dalam keluhuran hati
Eratkan jiwa dalam kehormatan cinta
Melangkah dalam tatanan etika
Berpose dalam bingkai tali Susila
Tengadah dalam waktu pengaharapan
Dalam keheningan malam nan sunyi
Pada Pencipta seluruh alam
Doa terbaik untuk keluarga dan kemakmuran negeri
-------------------------------------------------------------------------------
Puisi Ke-40
Muridku
Lihatlah sang mentari tersenyum padamu
Bangga ikuti ayunan langkahmu dan jalan pikirmu
Meraih cinta dalam balutan doa ayah bundamu
Kobarkan asa demi menggapai masa itu
Tundukkan kepala dalam alunan doa
Hati bahagia dalam cerita bersama
Satu Langkah meraih cita dengan sekolah
Teguhkan asa dengan tetap bermoral mulia
Rambu etika tetapkan dan jiwa
Ingat ayah bundamu, murid-muridku
Maka dirimu paham makna kehidupan
Kepercayaan yang diberikan padamu
Menjadi kewajiban yang dijalankan olehmu
Genggam dunia ini dengan ilmu, murid-muridku
Jayakan selalu negeri ini dengan akhlakmu
Ubah kebatilan menjadi kemuliaan
Raih kebahagiaan dengan perjuangan mencinta bumi pertiwi
Kobarkan selalu semangat untuk terus maju, murid-muridku
Ayah, bunda, dan guru-gurumu selalu mendukungmu.
-----------------------------------------------------
Puisi ke-41
Si Bulu Sutra
Bulu lembut laksana sutra
Molek lekuk kipas kemucing emas
Terayun-ayun tanpa irama
Melukiskan kuasa sang pencipta
Derap lentik jari tersembunyi
Mencari insan pelindung diri
Sandarkan diri di atas bahu sang insan
Dia hanya ingin selalu dipeluk
Ucap kata hanya dengan simbol manisnya
Ikatan kalbu dan nurani menyatu tanpa batas waktu
Saat mata lepaskan lelahnya
Saat jantung berdetak lambat nya
Saat kaki luruskan rencananya esok hari
Akal sehat lepaskan energi
Si bulu lembut seakan tak ingin lepas jauh dari insan pelindungnya
Merapatkan hidung mungilnya dalam dekapan insan pelindung nya
Bahasa kalbu yang akan mampu memahaminya
Kasih sayang insan pelindung tersimpan kisah suci keduanya.
-------------------------------------------------------------
Puisi Ke-42
Peri Kecil
Ini bukan sebuah dongeng bukan pula sebuah ilusi
Peri kecil pancarkan kemolekan
Peri kecil menggelayut dalam raga
Menangis tertawa bercanda bercerita sepatah kata
Mulai terdengar dalam telingaku
Peri kecil bagian terindah anugerah dari sang pencipta
Amanah untuk dirasa
Jemari mungil peri kecil menggenggam erat di setiap hari-hari ini
Mendekap manja alunan raga
Berbisik indah ucapan peri kecil menggelitik kalbu
Peri kecil lampu obati luka yang lama tak hilang
Bersama peri kecil laksana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H