Mohon tunggu...
Dwi Upita
Dwi Upita Mohon Tunggu... Guru - Sidoarjo-Smantaru

Berusaha menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pusaran Hati (40 Puisi karya Dwi Upita Sari)

9 Desember 2022   21:59 Diperbarui: 31 Oktober 2024   18:09 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

https://drive.google.com/file/d/1zhLt0hQYJK_R1mQNtyjNNS6DnsXUg8KV/view?usp=share_link


Pusaran Hati

Merengkuh asa arah yang  pasti

Dalam buaian kisah indah surgawi

Surgawi  abadi

Surgawi bertahta wibawa, bertahta budi40 Puisi karya Dwi Upita

Tertuntun , tertuju,  terhilir doa tiada henti

Bintang gemerlap indah di singgasananya

Tercipta atas kodrat insani

Kodrat untuk dimengerti, tak berbatas dan tak bertepi

Tiap jengkal langkah ini, tiap jengkal labuhkan diri

Arungi jeram kehidupan sejati

Aliran  doa bermuara pikiran dan  hati

Bertemu satu  titisan jiwa suci

Urai hitam mengubah putih, urai samar mengubah nyata

Maya pada bersinar, seterang mentari pagi

Menerangi alam bumi pertiwi

Jika langkah mulai goyah,  jika rusuk mulai rapuh

Raih nada suci bebalut kelembutan, berbalut kekuatan

Lelapkan tubuh, jernihkan hati,

Teguhkan dalam pusaran   Rosul illahi

Pusaran  hati

Hanyut  terdampar kebahagiaan sejati nan abadi

Tak terbantah, tak tertolak,  teryakini

Telungkup sujud datarkan raut muka ini

Tangan terbuka menengadah

Harap turunnya hidayah

Tiada henti tuk titisan suci

Berbinar  menapak tangga terjal kehidupan ini

--------------------------------------------------

Puisi Ke-2

Kasih Sehati

Hamparan hijau berpaut kasih

Hamparan asa berbalut cinta

Hamparan bahagia  berteduh mutiara

Hamparan  syahdu berselimut  kesucian

Hamparan berkah berbalut keikhlasan

Raga terjaga, raga melangkah

Mata terpejam, raga rehat,

 Namun ....  hati tetap dan selalu  berkata

Berkata,  hanya diri dan  yang tahu

                                          

Kemilau doa menyeruak

Dalam  setiap jengkal  langkahku

Sebagai lentera kehidupan  penuh berkah

Kembangkan sayap anak bangsa

Amanah mulia putra dari ayah bunda

Tanpa terseok, tegak sejalan hati dan pikiran

Pusaka hati terpatri  indah  mutiara

Mutiara doa dan alunan nada suci

-----------------------------------------------------------

                                          

Puisi Ke-3                       

Pelangi

Hujan berhenti bersama terbangnya burung gereja

Sang mentari biaskan cahayanya menembus bening-bening air

Gemerlap dipantulannya memancar ke langit

Bumi bagai bertabur  lampu kristal damaikan hati

Pancaran lama kian menjulang di atas batas cakrawala

Merah, jingga, kuning, hijau, dan keunguan

Elok mata memandang, hati berdesir  takjub

Karunia dan KebesaranTuhan tak berbatas untuk  hamba-Nya  

              Bias warna membentuk lengkungan terarah

              Tak bisa terpegang, namun dapat menikmatinya

              Berharap pelangi itu tak segera pudar

              Senyum riang menyambutnya bersama tengadah doa

              Bumi pertiwi bersemangat menjemput harinya

Pelangi tak lama tampak di pelupuk mata

Putaran jam tak sampai lelah gerakkan tubuh gagah

Mengingatkan manusia juga tak tak lama menikmati keindahan seutuhnya

Saat semua kembali  sedia kala  manusia memahami sebuah arti

Keindahan pelangi dapat direngkuh lagi

Jika Tuhan mengizinkan bersinar bersama sang hujan dan mentari

Tersenyum menyapa dengan wajah eloknya

Kehidupan manusia ibarat pelangi

              Suka, duka, tangis, tawa, sehat, sakit silih berganti

              Mewarnai  perjalanan waktu tiada henti

              Nilai  hikmah bagai butiran tasbih  bergerak di jemari

              Berputar ikuti alunan pujian pada Sang Ilahi

              Warna kehidupan jadikan kenikmatan tiada tara bagi penikmatnya

             

-------------------------------------------------------------------

Puisi Ke-4    

 

Senja

 

Inilah cerita tentang senja

Semburat warna sederhana, namun berbekas dalam jiwa

Tentang keluarga kecil yang bersujud dalam doa

Mereka bersyukur atas segenggam harta

Senyum ceria terukir sempurna

Walau kelam, suram,  dan sunyi dipandang mata

Walau tampak raga itu tak sempurna

Tetes butiran  bening  dari sudut kelopak mata

Membuka sekat dinding hidayah

Asa meraih syukur nikmat dalam cahaya suci

Bulir-bulir keberkahan berharap tiada henti

Semayam rindu selalu sujud di permadani surgawi

Dalam sunyi bersinar bintang yang elok

Berdesir angin  menembus  celah dinding

Binar mata keanggunan 

senyum bulan sabit keindahan

rona mentari pagi kesetiaan

membekas dalam sinar sang surya

warnai  hidup  semakin cerah

tak mampu diri membalasnya

                             sempurna Tuhan ciptakan kau untukku

                             berlabuh direlung setiap langkahku

                             rasakan cinta kasih sehati

                             raih kemuliaan sejati

                             raih surga abadi

----------------------------------------------------------------------

Puisi Ke-5 

Pesona 

Bunga kamboja masih menguncup

 Kumbang-kumbang datang memecah kesunyian

Bunga itu tetap tak bergeming

Kumbang-kumbang tebar pesona lagi

 

Musim semi belum tampakkan keagungannya

 Desir angin bersama tetes embun

Butiran bening melekat dalam kuncup mawar Kamboja

Lihatlah kawan kuncup bunga itu

Tetap tak ingin menampakkan kecantikannya

Kumbang kembali datang

apa daya kamboja tiada lagi dalam tangkainya

Kumbang pulang membawa pedih hatinya

Pilu teriris tersenyum dalam fatamorgana

Kupu-kupu putih bertanya pada kumbang  “mengapa kumbang pucat pasi?”

Kumbang diam tertunduk tak mampu keluarkan suara lantangnya

Kupu-kupu malah tertawa,  itulah teka-teki dunia

-------------------------------------------------------------------------

Puisi Ke-6

 

Ibu

Ibu,

Dalam setiap ritme nafasku

Satu harapan terpatri selalu panjatkan doa untuk ibu

 Semoga kau selalu sehat selalu

Lindungilah  Ibuku, Tuhan

Sayangi ibuku

Berkahi usia ibuku

Maafkan anakmu Ibu  yang  penuh dengan hasrat duniawi

Aku sangat menyayangimu

Doamu sangat berarti untukku

Tanpa restumu, hidupku bagai arah tanpa tujuan

Garis wajah itu lukisan kemuliaan

mulut dan jari itu basah oleh dzikirmu

 Berlian  bening membasahi pipimu ibu

Di atas permadani merah membentang

Bersimpuh  berharap pada sang pencipta semata

Doa ibu lebih tajam dari tombak

Yang mampu menembus langit di atas langit

Tuhan menerima doa-doa mulia Ibu untuk anak-anaknya

---------------------------------------------------------

Puisi Ke-7  

Simponi Satu Hati

Mata sendu hati rindu

memecah khatulistiwa

 berlapis emas mega cinta

Butiran tasbih melaju dalam jemari ku

 Tangan tangadah pada  sang pencipta

Pertemuan dengan masa yang indah

Masa penuh suka cita

Masa hilang duka nestapa

Simponi merah muda bertahta kisah

Lukisan jalan cerita  mulia

Menitipkan rindu pilu pada merpati

Kepakkan sayapnya menghilang bersama mentari

 Alam lestari menjadi saksi suci

Kobaran bara api dengan naluri

Belahan jiwa satu hati

Cinta tulus tak bertepi

Menanti cinta sejati

Datang dalam dekapan sanubari

---------------------------------------------------------------

Puisi Ke- 8

Syukur

Karunia-Mu Tuhan sungguh nikmat aku rasakan

Untaian berlinang air mata mengiringi setiap doaku

Engkau pasti memenuhi janjimu pada hambamu

Yang selalu mensyukuri nikmat-Mu

Sehatku, senyumku, upayaku, hasilku semua adalah kuasa- Mu

Hamba bukan hamba yang sempurna

 Namun hamba tetaplah seorang hamba

Yang berusaha untuk memahami

Menyadari hakikat kehidupan yang sebenarnya

 Manusia hidup hanyalah sementara

Langkah kaki untuk berbuat kebajikan

Terpatri dalam setiap seluruh  nadi

 

Tuhanku,

Engkau Maha Kuasa

Engkau maha pemberi rezeki

Engkau mampu membolak-balikkan hati manusia

 Tetapkanlah dalam nafasku

Dalam detak jantungku

 Aku hanya meyakini kuasamu

 Akan mampu memberikan kekuatan dalam hati dan ragaku

Langkah ini hampir gontai

 Langkah ini hampir tertunduk layu

 Langkah ini hampir tertunduk lesu

Kini telah bangkat kesadaran diri

Kehidupan sejatinya adalah perjuangan

------------------------------------------------------------------

Puisi Ke-9

Restu Ibu

Restu Ibu Nur Illahi

Mata sembab di keningan malam

 tertuang satu kisah indah tanpa lapisan

 mata menerawang jauh menembus nirwana

 panjatkan doa malam berganti malam

 hari berganti hari

 tahun berganti tahun

 semua berjalan tanpa hati

Doa Ibu sucidari dalam kalbu

 Restu Ibu selalu mengiringi langkah permatanya

tiada daya seorang hamba  tanpa kuasa Sang Pencipta

Berlian bening mengalir tiaada yang tahu

Namun nyata dalam mengiringi setiap detak jantungku

Senyum itu mewarnai setiap tatapanku

Dalam hatiku paling dalam aku meyakini Restu Ibu nur ilahi

Sujud Ibu penuh makna

Di atas permadani indah

Baik malam, siang, maupun senja

-----------------------------------------------------------------------

Puisi  Ke-11

Pena Cinta

Bulir kelam terasa masuk dalam kalbu

 menembus dinding dinding jiwa

Tangis pilu mengalir pada wajah gadis cantik itu

tenggelam dalam duka lara

 meratapi mutiara yang hilang

 kemilau mutiara itu larut dalam angan saja

Menggerus harapan Indah

Mimpi seakan hanya menjadi saksi

Doa terpatri dalam sanubari

Esok bagian dalam asa

Luaskan sesak dalam dada

Namun apa daya

Tak kuasa melepaskan goresan kelam itu

Menetes juga butiran bening dari kelopak mata

Ilustrasi bahagia terlukis dalam benak semata

Dengan goresan pena cinta yang akan hilang dihempas masa

Pena dari tinta mulia

Meninggalkan garis-garis indah

Mengisi rongga jiwa

-----------------------------------------------------------------------

Puisi  Ke- 12   

Kumbang

Mahkota bunga ini mulai bermekaran

Indah nian mata ini sejuk menatapnya

 Tak berkedip sedetikpun

Menikmati keagungan mahkota bunga itu.

Kumbang kumbang bertebaran dalam lembaran lembaran Indah mahkota

Kumbang kumbang mulai tersenyum menyapa mahkota bunga

Kepakan sayapnya seakan menunjukkan jati diri

Mahkota  bunga merah itu elok dipandang

Tuhan telah takdirkan bunga merah bersama sang kumbang

Mensykuri nikmat alam yang indah lestari

Tebarkan pujian pada sang pencipta

Esok masih berharap keindahan ini tak akan berpaling

Menggapai mimpi kebahagiaan abadi

 -----------------------------------------------------------

Puisi 13

Ayah

Ayah,

Butiran bening mengalir di atas bahu itu

Keluh kesan  tak pernah terucap sepatah kata pun

Pada padaku berbinar cahaya dalam lensa matanya

Saat menatap anak mu penuh senyum

 Tulang yang tak lagi kokoh

Namun engkau masih berusaha menguatkan itu

Cinta ayah lebih luas dari Samudra

 Kasih ayah dalam lebih dari lautan

Berdesir jiwa ini

Ingin selalu merengkuh kebahagiaan bersamamu

Ingin selalu aku di samping di sepanjang waktu

 Namun maafkan aku ayah

Maafkan anakmu yang belum mampu membalas budi

 Aku hanyalah insan  biasa

Yang berjuang memenuhi untuk berbakti pada suami

Terima kasih ayah atas kasih tulusmu

Berkat didikanmu putri kecilmu mampu tegakkam moral mulia

Atas kasih sayangmu dunia turut bangga padamu

Pengorbananmu demi keluarga tanpa batas lelah 

alunan doa-doa mengiringi ritme kehidupan putrimu

aku mampu berdiri dalam kumpulan masyarakat yang baik

ayah kau adalah panutanku

 kewibawaanmu, ketegasanmu menyatu dalam  jiwa ragaku

Kini berkat jasamu putri kecilmu mengabdi pada bumi Pertiwi

Untuk mendidik generasi penerus bangsa yang berilmu dan berakhlak mulia

---------------------------------------------------------------------

Puisi Ke- 14

Ijazah dan Wisuda

Sahabat,

Kehidupan ini tiada selalu indah

Kehidupan ini tiada selalu sedih

 Kehidupan ini tiada selalu terpenuhi

Kehidupan ini tiada selalu ditepati

 Kehidupan ini sering merasa tersakiti

 Namun bersamamu secercah kebahagian terlukis dalam jiwa

Di sampingmu diriku mampu melewati itu semua

Canda tawa menangis bersama

Eratkan asa menuju bahagia

Menggapai cita-cita mulia

Aku tahu kita tak mungkin selalu Bersama

 Terputus karena ijazah dan wisuda

Namun percayalah aku selalu merindukanmu

 Kita kan jumpa di lain waktu

Dalam kebersamaan menyatu songsong cita-citamu

 Sahabatku aku pun begitu

Alunan doa mengirimi langkah

Semoga Tuhan selalu melindungimu

--------------------------------------------

Puisi Ke-15

Berani dan Suci

Merah putih

Merah berarti berani

Putih berarti suci

Raga jiwa ini mampu menembus batas cakrawala

 Darah dalam diri ini mengalir darah perjuangan

 Perjuangan yang tak pernah putus dalam harapan kemenangan

 Pikiran ini setajam tombak

Membelah lautan berpikir cara meraih kemajuan bangsa

 Langkah ini tak pernah gontai menembus batas bumi

 Untuk mempertahankan bumi Pertiwi ini

Petikan merdeka merdeka dan terus merdeka

Dalam semangat juang yang tak pernah padam membara dalam sanubari

Bumi Pertiwi ini tak kubiarkan menangis merintih

Tanah air Indonesia akan selalu percaya

Dari genggaman semangat dan hati  suci para pemuda yang tulus,  berbudi, dan berprestasi,

Indonesia bangkit kembali tersenyum bangga takkan henti

Maju maju dan terus maju dalam setiap masa

Prestasi gemilang ukiran harapan pejuang yang membela nusa dan bangsa dari tangan penjajah

------------------------------------------------------------------------------------------------

Puisi  Ke-16

Memori Cinta

 Lepaskan penatmu  dalam untaian rantai duniawi

dalam jantungku dengarkan desir dalam darahku cinta suci terpatri takkan patah

Ketulusanmu bagian ketulusanku

Keikhlasanmu bagian keikhlasanku

Ukiran kalimat suci terpahat tiada henti

Tengadah Di Malam sunyi pada sang lillahi Robbi

Gurat gurat garis senja mulai tampak di pelipis

Mahkota ini telah memutih, bukan karena campur tangan manusia

Tapi karena langkah hari yang terus berganti, sayang

Sandarkan rasa percaya ini pada cinta dan asa

Bintang itu terlalu kemilau untuk digapai

Tapi naluri kalbu takkan pernah membiru

Kita hentakan cinta dan asa bertabur crystal memori dalam langkah menggapai sang mentari

Mata ini terasa lelap bertabur biji-biji mimpi

Indah terbayang dalam lubuk rohani

Berkelakar mimpi itu mengusik laduni

Tengadah terbayang hari esok dan rupawan

-------------------------------------------------------------------------------------

Puisi Ke-19

Jiwa-jiwa Muda

Kaitkan jemarimu kawan dengan jemariku

Satukan asamu dengan asa dalam sanubari

Rasakan rasakan dalam detak jantung seirama dengan detak jantung

Jiwa kita masih muda

Darah kita masih merah merona

Hati kita selalu menyapa meski kita tak bersua

Memori memori Indah terekam dalam album asmara

Lembarannya takkan mungkin hilang sia-sia

 tangis kalau itu masih membekas di kalbu

Dekapanku sebagai sahabat pelipur semua cerita sedih mu

Tawamu kala itu seiring dengan dekapan manjaku

Selalu datang menjadi penyejuk jiwamu

Panah kehidupan akan segera mamatikkan pada tujuan

Tujuan kemuliaan Bersama kemuliaan

--------------------------------------------------------------------------------

Puisi Ke-20

Kering

berlapis pusaran Mega cinta

Butiran tasbih melaju dalam jemari

Untaian pengharapan pada  sang pencipta

 Terpaut muka dengan masa yang indah

Masa kamu suka cita

Masa hilang duka nestapa

Simponi merah muda bertahta kisah indah

Lukisan jalan cerita  mulia

Menitipkan rindu sendu pada merpati

Kepakkan sayapnya menghilang bersama mentari

 alam lestari menjadi saksi

arti kobaran hati yang suci

Tanpa terseok, tegak sejalan hati dan pikiran

Pusaka hati terpatri  indah  mutiara

Mutiara doa dan alunan nada suci

                                          

Binar mata keanggunan 

Senyum bulan sabit keindahan

Rona mentari pagi kesetiaan

Membekas tak bersirna

Warnai  hidup  semakin cerah

Tak mampu diri membalasnya

                             Sempurna Tuhan ciptakan kau untukku

                             Berlabuh direlung setiap langkahku

                             Rasakan cinta kasih sejati

--------------------------------------------------------------------------------------

Puisi ke-21

 

 Lilin

Meskipun lilin hanya mampu menerangi sebagian ruang

Meskipun cahaya redupnya samar dalam kegelapan

Namun, tak dapat menepis ada harapan penglihatan

Tak sekejap pun terhalang dalam perjuangan

Berlenggok mengayun api kecilnya

Mengikuti hembusan angin di dekatnya

Jika lentera ini bisa berbicara

Dia pasti teriak suka cita dengan raganya 

Perlahan tapi pasti,

Lentera ini akan semakin mengecil dan luluh

Menetes lembut dari raganya dari secercah menerangi ruang

Ada bangga, ada suka, ada bahagia

Tengoklah mereka bisa membaca huruf

Meskipun dalam keterbatasan cahaya kita

-----------------------------------------------------------------------------

Puisi ke -22

 

Meraih Asa

 

 

Di Gedung biru itu generasi emas berjuang meraih asa

Hati dan piikiran menyatu dalam raga keteguhan

Bara semangat bergelora sepanjang masa

Melaju tegap gegap gempita 

Bersolek dengan doa ayah bunda

 

Bahu muda ini mampu menyimpan semua cerita

Yang kelak diberikan pada generasi akan datang

Tekad menapaki kerikil dan  batu-batu  terjal

Tetap berjalan pada arah penuh makna

 

Buku, pena, papan putih pandangan pertama 

Seorang Wanita tengah baya  tersenyum pada mereka

Sapaan hangat menembus relung hati

Redupkan rasa gundah  yang ada

 

Tak akan pernah pupus untuk menembus bintang

Kerlipnya tampak indah di atas bumi pertiwi

Terus berjuang anak-anakku demi agama, keluarga, bangsa dan negara

Kami selalu mendukungmu

------------------------------------------------------------------------- 

 Puisi ke-23

 

Sajadah Merah 

 

Mata sembab bulir bening menetes

Jiwa mengharu biru dalam alunan doa

Melepasmu sesaat dari dekapan

Kau pergi untuk menunaikan tugasmu

Pergilah sayang,

Songsong masa cerahmu bersama  mereka

Raih hati lembut mereka

Mereka bagian jiwa ragamu jua

Yakinlah masa indah akan datang pada saatnya

Bersimpuhlah di sajadah merah ini

Satukan tanganmu tengadah ke atas

Bisikkan doamu di sepertiga malam

Meskipun kelopak mata bergelayut menghadang

Bangkit, bangkitlah sayang….

Tetap tersenyum sayang,

Langkah kaki mu dalam jalan yang terang

Seterang harapan gemilang

-----------------------------------------------------------------------------

Puisi ke-24

 

Ibu

Rambut hitam lebat itu mulai memudar

Gesit Langkah itu kini mulai tertatih

Keluh peluh mu, anakmu tak pernah dengar

Kau ayun-ayunkan anakmu bersama tembang yang indah

Belaian sayang Ibu membekas indah tanpa cela

Membuka tabir ketulusan cinta seorang Wanita

Bijaksana bertahta emas nirwana

Jari sucinya mengobati banyak luka jiwa

Ibu,

Engkau ajarkan anakmu makna kehidupan sejati

Yang tak layak meminta selain pada sang pencipta

Dunia hanya fatamorgana semata

Raih kembali jiwa  ini yang  hilang dengan sayangmu

Agar aku tak semakin tersesat pada jalan yang kelam

Rangkaian doamu menyelimuti kalbuku

Dalam ketenangan dan kebahagiaan anak-anakmu.

---------------------------------------------------------------------------------

Puisi ke-25

Moky

Entahlah, nama Moky ini terbesit begitu saja

Mata bulatnya menggerakkan raga ini membawmu ke peraduanku

Mata sendu penuh iba seakan mengharap balasan cinta

Mata sendu itu dapat bercerita tentang dunia yang sebenarnya

Lembut bulu itu meredupkan bara amarah dalam jiwa

Usapan sayang pada makhluk sang Pencipta seperti mengusap jiwa yang usang

Sambut sinar Mentari dengan suka cita, Moky

Berlarilah dengan riang gembira, biarkan tertawaku selalu bersamamu

Biji biskuit merah jambu kesukaanmu

Kini selalu ada di depan mata bulatmu

Kini duniamu tak sekejam dulu

Warnai harimu tanpah peluh gemuruh

Kemucing ekormu mengibaskan sukma yang rapuh

Telah berbinar mata sendu itu dalam pusaran hati penuh cinta

-----------------------------------------------------------------------------------------

Puisi ke-26

 

Cerita Fantasi

Peri-peri hutan menari ria

Melenggak-lenggok di bawah naungan purnama

Boneka, hingga mainan terbang diatasnya

Dan tentu saja jangan alpha-kan eorang putri dengan tiara

Benar

Ingin sekali aku kembali

Sejuta cerita tentang fantasi

Tertawa, bermain di alam mimpi

Bersama penyihir, ataupun penyair

Melawan naga untuk tuan putri...

Di bawah pelita sejuta lentera

Berdansa dengan kesatria

Dan ku genggam semuanya...

Just only memories, yang tersisa

Tepat ketika aku beranjak dewasa

Kawan, teman, dan saudara

Ingat betul, memori ini

Meski hanya sebatas mimpi, engkau pasti ingin kembali...

Kembali ke teman imajinasimu

-------------------------------------------------------------------------------------

Puisi ke-27

 

Dendalion

Nampak kuat bak kesatria

Dia tangguh menjulang tanpa celah

Bahkan sanggup, membelah angin khatulistiwa

Putih nan suci...

Diterpa kilap cahaya pagi

Sungguh

Indahnya sukar diungkap dengan kata

Namun siapa sangka

Nyatanya, dia si putih yang rapuh...

Setitik tiupan lembut

Mampu membuatnya terbang jauh

Menembus waktu

Menentang cakrawala

Mengarungi dunia

Sampai mampu merajut cerita

Membuat motivasi untuk kita semua..

--------------------------------------------------------------------

Puisi ke-28

Melodi

Ku rasakan, semilir angin membelai

Bunga seruni berbaris rapi

Alang-alang pun ikut menari

Sungguh

Semerbak harumnya, membawa memori

Dengarkah engkau sebuah melodi?

Melodi surga

Terasa murni menggetarkan raga...

Burung-lembu ikut menyanyi

Kepak sayap kupu, turut mengiringi

Dengan musik alam yang mengiringi

Sungguh

Paduan nada itu sempurna...

Melodi-melodi indah

Hanya ada di tempat tercinta

Hingga sang ratu malam tiba

Atau pun silih hari berganti

Tetap seperti ini

Hanya di sini...

-----------------------------------------------------------------

Puisi ke-29

 

 Nelayan

 

Engkau adalah pejuang  di lautan

Berangkat pagi pulang petang

Panas hujan tak kau hiraukan

Hanya mengharapkan hasil tangkapan ikan 

 

Sepanjang hari berdoa dan ikhtiar

Hujan badai ibarat teman 

Anak istri menunggu dirumah

Mengharapkan rizki hasil tangkapan ikan

 

Raut wajahmu kelihatan cerah

Itu menandakan rizki yang melimpah 

Anak istri keluarga di rumah gembira

Semua itu karena anugerah-Nya 

Badan sehat jiwa Bahagia

Mensyukuri  nikmat yang ada

Tanpa memgeluh apa yang dirasa

Tersenyum semangat menjalani masa 

 ---------------------------------------------------------------

 

 Puisi ke-30

 

 Prajurit Sapta Marga

  

Prajurit

Dikau terlahir untuk mengabdi pada ibu Pertiwi

Panas hujan tidak berarti

Dimanapun dikau bertugas

Kau selalu bersyukur dan ikhlas

Sapta marga ,Sumpah Prajurit dan Delapan Wajib TNI

Sudah melekat dalam hati

Dikau sangat gagah dan berani

Dalam menjaga kedaulatan ibu pertiwi

Kibarkan bendera merah putih di atas cakrawala nusantara

Garuda tetap  pada dada seorang kesatria

selalu siap dengan seluruh jiwa raga

Mengabdi pada negara Indonesia

Demi rakyat tercinta tetap hidup aman Sentosa

---------------------------------------------------------------------------

Puisi Ke-31

 

 Anugerah

Syukur

Kita terlahir dibumi yang indah

Tidak tahu dari rahim yang mana

Karena itu semua

Adalah anugerah sang Pencipta.

Janganlah hidup merasa susah

Karena kita sudah diberi segalanya

tinggal kita melangkah

Menikmati apa yang telah diberikan-Nya

 Mensyukuri atas segala karunia-Nya

 

Di alam yang fana  tiada yang kekal

Isi hati nurani dengan asma-Nya

Berbinar berjalan dalam kebahagiaan yang sempurna

Mahkota bunga matahari memandang bangga sang Mentari

Menyapanya dengan senyum termanisnya hari ini

Seakan ingin bercerita tentang hidup yang tak abadi

Namun penuh makna untuk dimengerti

----------------------------------------------------------------------

Puisi ke-32

 

  

Indonesiaku

Dari Sabang sampai Merauke

Dari Miangas sampai pulau Rote

Dari perbedaan ,suku , agama dan budaya

Tetapi kita semua tetap satu jua

Indonesia tanah air tercinta

Disanalah kita hidup berkarya

Mengisi ilmu untuk kemajuan negeri

Demi menjaga kejayaaan ibu Pertiwi

Indonesia  negeri yang kaya

Hasil hutan , laut dan tambang yang melimpah

Itu semua Anugerah sang Pencipta

Yang harus kita nikmati dan syukuri bersama

Daun berguguran, ranting kering berjatuhan

Hujan membasahi bumi, berganti kemarau menelisik kembali

Fajar bergurau riang bersama sang Mentari

Kicau burung pipit  dalam peraduan hijau

Berbincang riuh menyambut petani setengah baya

Alam pun berbicara lantang “semua tetap disyukuri, maka kau bahagia”

----------------------------------------------------------------------

Puisi ke-33

 

 

Santigi

Dari segi Karakter , kecantikan dan penampilanmu

Semua mata akan terkagum padamu

Tapi siapa sangka kau terlahir  ditempa sang mentari

Dibesarkan oleh ganasnya gelombang lautan

Itulah kamu santigi...

Akar ,Batang dan daunmu begitu elok menawan hati

Semua orang ingin memiliki

Karaktermu kuat bagai penjaga negeri

Bertuan dalam balutan pasir hitam

Berdiri bertabur

 sinar sang mentari

-----------------------------------------------------------------

Puisi ke-34

 

Doa Ibu

Mendayu alunan doa seorang ibu

Bagai sebuah tomak menembut langit

Tak berpenghalang menghujam kuat

Tak berbekas namun mampu mengubah segala

Doa Ibu mampu menjadi pelipur lara

Doa Ibu  menjadi pengobat duka

Doa ibu menjadi penguat jiwa

Doa ibu menjadi penguat raga

Genggam erat hatiku Ibu

Kaitkan hatiku dengan kasih sayangmu

Inilah surgaku ada pada  kaki ibu

Kasih tulus ibu tak dapat terganti dengan emas permata

Luasnya samudera masih luas  kesabaran seorang ibu

Dinginnya salju tak sedingin nasihat Ibu

Keindahan emas permata masih lebih indah tutur bijak ibyu

--------------------------------------------------------------------------

Puisi ke-35

 

 Kopi

Warnamu hitam melekat

Rasamu terasa pahit

Karena kau sendiri

Bagaikan dunia terasa sepi

Tapi semenjak ada gula

Hidupmu terasa bahagia

Bersatu padu mengikat

Menjadi minuman

Menjadi minuman yang nikmat

----------------------------------------------------------------------

Puisi Ke-36

 

  

Piala Dunia

Hinggar bingar  suara penggemar

Mendukung tim kesayangan

Segala apapun akan dilakukan

Demi tim kesayangan supaya menang

Apapun hasilnya

Dalam suatu pertandingan pasti ada  menang

 Dan tentu ada yang  kalah

Tetapi semuanya tetap gembira

Dengan hadirnya piala dunia

------------------------------------------------------------------------------

Puisi Ke-37

 

Syukur

Hidup adalah perjalanan

Dihari yang cerah dan bahagia

Telah lahir anak manusia

Ayah ,ibu dan sanak keluarga

 menyambut kelahirannya

Pada hari itu

akan dimulai suatu perjalanan yang dituju.

Ada suka dan gembira

Ada sedih ataupun duka

Itu semua akan bisa

dilalui bersama sama

Dengan hati syukur dan ikhlas

Dan dengan ridlo  Illahi kita jalani perjalanan dengan tuntas

--------------------------------------------------------------------

Puisi ke-38

 

 

Pantai

 

Gelombang laut berbuih kristal

Tersinari sang mentari pagi

Deburannya menyapa ikan-ikan kecil

di antara batu-batu di tepi pantai

Lari bocah kecil mengejar layang-layang

Bersama gelak tawa mereka

Layang-layang ikan, layang-layang naga, layang-layang burung

Sangat elok sedap dipandang

Pria tua berpeci putih memanggil bocah kecil itu

Ah…. Lucu sekali bocah kecil itu

Sang Mentari tersenyum menatap pria tua berpeci

Tiga Cikalang  berjajar di bibir pantai tertawa geli  pada  bocah-bocah kecil

Angin pantai menghembuskan napasnya dengan rasa takjub

Pantai yang  tak menginginkan sampah dari tangan kotor manusia

Biarlah mereka bagahagia dengan dunianya

Biarlah mereka menyatu dengan kemolekannya

Hari ini atau esok adalah sama

Bersuka dalam asa penuh cinta

Cinta pada lestari alamnya

-------------------------------------------------------------------------- 

Puisi Ke-39

 

                                                   Jalasenastri

                                                         Dipenghujung malam hari Ibu

Jalasenastri,

Pelukis insan bermartabat mulia

Pemoles  cindekia luhur bertahta

Pilar emas sinergi ketulusan

Bermahkota cinta dan  kesetiaan

                 Merajut  dalam mahligai keelokan nan suci

                  Mengukir asa dalam satu jiwa sejati

                  Meraih cita yang pasti bukan fiksi

                  Mengabdi pada ibu pertiwi dan berbakti pada suami

                   Berdedikasi tinggi meraih prestasi

                   Dari relung hati meraih mimpi

                   Demi kejayaan  dan kemakmuran negeri

                    Tanpa batas hitungan hari

Jalasenastri,

Lembut berkata santun bertingkah

Teguhkan diri dalam keluhuran hati

Eratkan jiwa dalam kehormatan cinta

Melangkah dalam tatanan etika

Berpose dalam bingkai tali Susila

Tengadah dalam waktu pengaharapan

Dalam keheningan malam nan sunyi

Pada Pencipta seluruh alam

Doa terbaik untuk keluarga dan kemakmuran negeri

-------------------------------------------------------------------------------

 Puisi Ke-40

Muridku

Lihatlah sang mentari tersenyum padamu

Bangga ikuti ayunan langkahmu  dan jalan pikirmu

Meraih cinta dalam balutan doa ayah bundamu

Kobarkan asa demi  menggapai masa itu

Tundukkan kepala dalam alunan doa

Hati bahagia dalam  cerita bersama

Satu Langkah meraih cita dengan  sekolah

Teguhkan asa dengan tetap bermoral mulia

Rambu etika  tetapkan dan jiwa

Ingat ayah bundamu, murid-muridku

Maka dirimu paham makna kehidupan

Kepercayaan  yang diberikan padamu

Menjadi  kewajiban yang dijalankan olehmu

Genggam dunia ini dengan ilmu, murid-muridku

Jayakan selalu negeri ini dengan akhlakmu

Ubah kebatilan menjadi kemuliaan

Raih  kebahagiaan dengan perjuangan mencinta bumi pertiwi

Kobarkan selalu semangat untuk terus maju, murid-muridku

Ayah, bunda, dan guru-gurumu selalu mendukungmu.

-----------------------------------------------------

Puisi ke-41

Si Bulu Sutra

Bulu lembut laksana  sutra

Molek lekuk kipas kemucing emas

Terayun-ayun tanpa irama

Melukiskan kuasa sang pencipta

Derap lentik jari tersembunyi

Mencari insan pelindung diri

Sandarkan diri di atas bahu sang insan

Dia hanya ingin selalu dipeluk

Ucap kata hanya dengan simbol manisnya

Ikatan kalbu dan nurani menyatu tanpa batas waktu

Saat mata lepaskan lelahnya

Saat jantung berdetak lambat nya

Saat kaki luruskan rencananya esok hari

Akal sehat lepaskan energi

Si bulu lembut seakan tak ingin lepas jauh dari insan pelindungnya

Merapatkan hidung mungilnya dalam dekapan insan pelindung nya

Bahasa kalbu yang akan mampu memahaminya

Kasih sayang insan pelindung tersimpan  kisah suci keduanya.

-------------------------------------------------------------

Puisi Ke-42

Peri Kecil

Ini bukan sebuah dongeng bukan pula sebuah ilusi

Peri kecil pancarkan kemolekan

Peri kecil menggelayut dalam raga

Menangis tertawa bercanda bercerita sepatah kata

 Mulai terdengar dalam telingaku

 Peri kecil bagian terindah anugerah dari sang pencipta

 Amanah untuk dirasa

Jemari mungil peri kecil menggenggam erat di setiap hari-hari ini

Mendekap manja alunan raga

Berbisik indah ucapan peri kecil menggelitik kalbu

Peri kecil lampu obati luka yang lama tak hilang

Bersama peri kecil laksana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun