3. The Individual Stage (Tingkat Individu)
Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang tinggi, sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang individualistik ini terbagi menjadi tiga golongan:
a. Konsep ketuhanan yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi.
b. Konsep ketuhanan yang lebih murni, dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal (perorangan).
c. Konsep ketuhanan yang bersifat humanistik, yaitu agama telah menjadi etos humanis dalam diri mereka dalam menghayati ajaran agama.
Sifat Beragama Pada Anak Usia DiniÂ
Sifat agama pada anak-anak tumbuh mengikuti pola ideas concept on authority, artinya konsep keagamaan pada diri anak dipengarungi oleh faktor dari luar diri anak. Hal tersebut dapat dimengerti karena anak sejak usia dini telah melihat dan mempelajari hal-hal yang berada di luar diri mereka. Di samping itu keberagamaan seorang anak sejalan dengan tahap perkembangan kognitifnya yang berada pada tahap sensori motorik dan operasional konkret. Orang tua mempunyai pengaruh terhadap anak sesuai dengan prinsip eksplorasi yang mereka miliki. Ketaatan pada ajaran agama merupakan kebiasaan yang dimiliki anak yang mereka pelajari dari para orang tua maupun guru. Berdasarkan hal tersebut, menurut Jalaluddin Rakhmad bentuk dan sifat agama pada anak dapat dibagi atas:
 1. Unreflective (tidak mendalam)
Sifat ini ditunjukkan anak dengan menerima kebenaran ajaran agama tanpa kritik, tidak begitu mendalam dan sekedarnya saja. Mereka sudah cukup puas dengan keterangan-keterangan walau tidak masuk akal.
2. Egosentris
Ciri keberagamaan masa anak-anak yang pertama yang paling jelas adalah orientasi egosentris. Anak memiliki kesadaran akan diri sendiri sejak pada tahun pertama dalam pertumbuhannya dan akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalamannya. Apabila kesadaran dini itu mulai subur pada diri anak, maka akan tumbuh keraguan pada rasa egonya. Semakin bertumbuh semakin meningkat pula egoismenya. Sifat ini ditunjukkan dengan anak dengan perilaku melaksanakan ajaran agama anak lebih menonjolkan kepentingan dirinya dan anak lebih menuntut konsep keagamaan yang mereka pandang dari kesenangan pribadinya. Misalnya ketika anak berdoa atau sholat, maka sholat yang dilakukan utuk mencapai keinginan-keinginan pribadi.