“sorry, masalah gue nampar lo itu gak sengaja. Sumpah gue bener-bener gak sengaja”
“it’s okey. Bukan itu yang bikin gue sakit ati. Lebih dari itu.”
“maksud lo apaan?” Sam mengerenyitkan dahi nya
Sialan cowok brengsek ini sok-sok gak tau lagi. ‘lo tuh Cuma jadi bahan taruhan kita aja, mana mau Sam sama cewek cupu kayak lo. Lo tuh Cuma bahan taruhan kita, ngerti’ akkhh sialan kata-kata Claudia lagi-lagi muncul dalam pikiran gue.
“ Maksud lo apaan apa nya? Yang bagian mana yang lo gak ngerti. Justru gue yang gak ngerti kenapa lo bisa setega itu sama gue. Claudia bilang gue ini Cuma bahan taruhan kalian aja. Taruhan apa? Motor? Mobil? Atau apa? Lo pikir perasaan suka gue sama lo semurahan itu. Hah?” emosiku meledak di iringi dengan derai tangis yang entah sejak kapan dimulainya.
“Claudia bilang apa sama lo? Taruhan?” Sam menghempaskan tubuhnya ke sandaraan sofa. “sini, ikut gue” Sam dengan paksa menarik lenganku.
“ gue mau dibawa kemana? Mama! Tolong! Nanda mau diajak kabur” aku berteriak. Please mom, help me.
Tubuhku rasanya pontang-panting di bawa Sam berlari. Tapi seperti nya dia membawaku ketempat yang tidak asing. Melewati jalan yang biasa aku lewati. Hei! Ini kan sekolah gue. What? Kenapa gue di ajak kesini? Gue...gue belum mandi.
Ia tetap tak peduli meski aku sudah menggigit tangannya, berteriak kalau dia penculik, Sam tetap tak menghiraukan aku. Sampai aku tepat dihadapan Caludia, Sam melepaskan genggamannya.
“Nanda” Claudia tampak terkejut dengan kedatanganku kesekolah yang masih memakai daster tidur bersama Sam.
“ulangi kata-kata yang lo ucapin sama Nanda waktu gue ngajak dia ke markas”