Mohon tunggu...
Durrotus Shoimah
Durrotus Shoimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Inovasi Pembelajaran: Menerapkan Model Kontekstual untuk Meningkatkan Pemahaman

18 Mei 2024   11:40 Diperbarui: 18 Mei 2024   11:42 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konteks berasal dari kata konteks, yang secara bahasa mengandung arti "hubungan, konteks, suasana, atau keadaan". Oleh karena itu, "yang berkaitan dengan suasana (konteks)" adalah pengertian kontekstual. Dengan demikian, pembelajaran yang dihubungkan dengan lingkungan tertentu dapat dipahami sebagai pembelajaran kontekstual (CTL). Selain itu, CTL merupakan paradigma pembelajaran yang sangat relevan untuk digunakan dalam implementasi kelas dan dikaitkan dengan kurikulum berbasis kompetensi. Melalui penggunaan skenario dunia nyata di kelas dan dorongan siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan mereka dan penerapan praktisnya, CTL adalah sebuah konsep pembelajaran di mana siswa secara bertahap memperoleh pengetahuan sebagai sarana untuk membangun diri mereka sendiri dan sebagai sarana untuk membangun diri mereka sendiri. menyelesaikan masalah pribadi.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan K--13 dipraktikkan; Kegiatan pembelajaran KTSP dan K--13 berpusat pada peserta didik, menumbuhkan kreativitas, kontekstual, menuntut, dan menyenangkan, menawarkan beragam kesempatan belajar dan belajar sambil melakukan. Hal ini menunjukkan bahwa sejalan dengan paradigma pendidikan baru, siswa harus berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar pada tingkat tinggi baik di KTSP maupun K--13. Proses belajar mengajar, hal ini bertujuan untuk memberikan siswa pengalaman langsung dan nyata yang dapat mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Meneliti anak yang mengalami apa yang dipelajarinya akan merasakan hal itu lebih bermakna. 

Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan K-13 mewakili perubahan paradigma positif dalam proses pembelajaran desa. Kegiatan pembelajaran KTSP dan K-13 berpusat pada siswa. Kembangkan kreativitas, konteks, tantangan, dan kesenangan. Memberikan berbagai pengalaman belajar, termasuk learning by doing. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan pendidikan baru, termasuk KTSP dan K-13, menuntut siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar diharapkan dapat memberikan siswa pengalaman yang dapat langsung mereka kaitkan dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran akan lebih bermakna jika anak dapat mempraktekkan apa yang dipelajarinya. Pembelajaran yang bertujuan untuk menguasai materi terbukti efektif dari segi kompetensi dalam jangka pendek, namun gagal dalam mempersiapkan anak memecahkan masalah dalam jangka panjang. Oleh karena itu, guru harus menentukan teknik yang ideal untuk mengajarkan berbagai konsep dalam disiplin ilmu yang diajarkannya agar semua siswa dapat merasakan manfaat atau memanfaatkan dan mengingat konsep-konsep tersebut dalam jangka waktu yang lebih lama, serta bagaimana setiap mata pelajaran dapat dipahami secara maksimal. bagian-bagian yang saling berkaitan dan dibentuk menjadi suatu pemahaman. Yang masih utuh. Bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswa yang selalu ingin tahu tentang alasan sesuatu, makna sesuatu, dan hubungan antara apa yang dipelajarinya, dan bagaimana guru dapat memperluas wawasan berpikir siswa? sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata.

Paradigma pendidikan tradisional lebih menekankan aktivitas guru daripada pembelajaran siswa, yang dapat mengganggu pengajaran di kelas, terutama bagi siswa yang merasa gurunya tidak memberikan dukungan yang mereka butuhkan. Masalah ini disebutkan dalam Manual Diagnostik & Statistik Gangguan Mental di Washington, DC, menurut American Psychiatric Association. Berikut ini adalah masalah-masalah umum yang biasanya dihadapi oleh anak-anak dengan ketidakmampuan belajar di sekolah: lainnya:

a. Permasalahan bahasa (Language Issues)

b. Masalah aktivitas dan perhatian (activity &attention issue) 

c. Masalah memori (masalah memori)

d. Masalah kognitif (masalah dengan kognisi)

e. Masalah yang bersifat sosial dan emosional (Social-Emotinal Problems) 

Asosiasi ini juga menawarkan kriteria anak penderita ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorders), khususnya tiga, berdasarkan beberapa pemicu tantangan belajar yang tercantum di atas:

a. Secara konsisten merasa sulit untuk duduk; 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun