Mohon tunggu...
Du Ik
Du Ik Mohon Tunggu... -

Bukan siapa siapa.Masih berproses menjadi manusia yang manusiawi.

Selanjutnya

Tutup

Drama

Ludah di Pagi Hari

24 Januari 2016   19:30 Diperbarui: 24 Januari 2016   19:48 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan aku akan memilih cara kedua.Karena aku masih belum siap untuk mati.Apalagi mengundang orang

orang untuk datang melihat jenazahku mengapung di kolam.Bisa dikira aku ini larahan sisa sisa gusuran

yang tak sengaja ikut terbuang.

Seandainya ini adalah dunia nyata,jika jatuh dari pohon mungkin hanya lecet lecet saja kan?Iya, kan?

***

Kepalaku masih mual.Disumpal pengap yang berputar putar.Semakin aku mengingatnya,semakin tebal

asap yang dibawa.Memenuhi rongga rongga dada.Jika dada terasa sesak,itu adalah pertanda.Pertanda

bahwa dada yang kupunya,masih tak cukup lapang untuk menerima.Jalan lain hampir tak ada.Yang

memiliki sedikit celah untuk ditembus pekat adalah mata.Jika mampu menusuk nusuk hingga beberapa

bulir air keluar darinya,ada mitos dada akan terasa lega.Dan nasib sesak tak akan sama.Tak akan lama.

Ini adalah hari ketiga sejak kau memutuskan untuk memilih pria tua pilihan bapakmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun