Mohon tunggu...
Du Ik
Du Ik Mohon Tunggu... -

Bukan siapa siapa.Masih berproses menjadi manusia yang manusiawi.

Selanjutnya

Tutup

Drama

Ludah di Pagi Hari

24 Januari 2016   19:30 Diperbarui: 24 Januari 2016   19:48 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

bulir air keluar darinya,ada mitos dada akan terasa lega.Dan nasib sesak tak akan sama.Tak akan lama.

Ini adalah hari ketiga sejak kau memutuskan untuk memilih pria tua pilihan bapakmu.

“Yen pegawai kan urippe luwih terjamin lee….” Begitu argument bapakmu.

Yang aku mengerti,bapakmu telah melawan hukum Alam.Ia lupa,roda itu berputar.Ada saat dimana

yang dibanggakan akan dihinakan,dan akan ada saat dimana yang dihinakan akan dibanggakan.Dan aku

mengerti dalam keadaan seperti ini aku tak perlu mempertanyakan “Gusti Allah mboten sare”.

Jika bukan karena kakek putih yang kutemui saat Lucid Dream malam tadi aku tak akan rela menukar

sehari gajiku untuk menonton acara sesampah ini.Pantas saja terasa sangat lama,ternyata aku masuk

mimpi lapis ke-2.Untung saja tak terdampar dilapis ke-4,bisa bisa aku tersesat.Kehilangan jalan

pulang.Juga kehilangan Jonru karena tak akan ada yang memberinya makan.Ia akan mati kelaparan jika

 sampai aku tak pulang.Manusia yang mana yang akan peduli dengan kucing kampung berpenyakit kulit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun