“ Anda yakin? sebab website karir kami, baru akan diperbaharui seminggu ke depan.”
“ Boleh saya ke toilet sebentar?”
Ya ampun. Pelamar ini memang tidak berubah. Selain pembohong, tidak tegas, dan ia juga mudah sekali memotong momen, memutus quality pembicaraan. Namun itu haknya. Dari pada ia terkencing-kencing di ruangan ini, pikirku.
“ Baiklah, tolong agak cepat.”
Pelamar ini beranjak, menutup pintu dengan hati-hati. Sementara itu, ada sisa-sisa wewangian tersapu AC dari tubuhnya. Harumnya juga tidak berubah. Aromanya terlalu alami. Ketika otaku mulai mengidentifikasi ini parfum apa, terkesiap aku langsung menggelar lebar-lebar koran pagi yang terpapar di hadapanku. Aku kerahkan staf-staf otakku untuk memusatkan perhatianku pada berita-berita hari ini.
***
Tanpa ada bunyi ketukkan, pintu kantorku terbuka. Pelamar terakhir kembali. Aku tata lagi hati dan pikiranku sedemikian rupa. Aku harus tetap tenang, dan profesional. Kulipat rapi koran pagi itu. Kemudian,
“ Baik. Silahkan lanjutkan penjelasan Anda. Mohon jawablah apa adanya.”
“ Menjelaskan yang mana?”
Sungguh, wawancara terpanas yang pernah aku alami sepanjang karirku. Mendapatkan pelamar aneh, pembohong, dan sebagainya, dan sebagainya.
“ Astaga, dari mana Anda dapat info? Apa ada kerabat Anda yang merupakan salah satu karyawan di perusahaan ini? Sebab info kerja baru kami sebar secara internal”