Saya menganggukkan kepala. Menyalaminya. Demikian dengan Lau Pun Nioh.
Kami berjalan meninggalkan rumah Pendeta Yanes Lintu. Di samping rumah Lau Pun Nioh, sejumlah warga Cemarajaya masih terlihat sibuk memasukkan karung-karung berisi minyak ke dalam truck.
Tak hanya satu. Hari itu, hanya ada 4 truck yang terlihat.
Diketahui, kemunculan gelembung gas disertai tumpahan minyak di anjungan lepas pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java terjadi sejak 12 Juli 2019.
Tiga wilayah terkena imbas tumpahan minyak itu, seperti Kabupaten Bekasi, Karawang dan Kepulauan Seribu.
Pertamina membutuhkan waktu minimal 6 bulan untuk mengatasi dampak sosial dan lingkungan dari tumpahan minyak.
Tahap pemulihan dilakukan hingga 2020. Tanggal 15 Agustus 2019, berdasar tulisan di tempo.co, Pertamina mengaku telah melakukan pengeboran sedalam 5.512 kaki dengan target 9.000 kaki.
Pengeboran itu dilakukan di titik interset agar dapat mengisolasi keluarnya oil spill atau tumpahan minyak secara permanen.
Siang itu, 22 Agustus 2019, Lau Pun Nioh dan Aceng duduk di bale-bale sambil menikmati secangkir teh dan kue cucur.
Tak lama, rombongan Menteri ESDM Rini Mariani Soemarno melintas di depan rumah Pun Nioh.
Nggak ikut kumpul di kantor desa, nek, tanya saya. Kami di rumah saja. Toh kami ini siapa, ucapnya.