Mohon tunggu...
Doni Arief
Doni Arief Mohon Tunggu... Dosen - Faqir Ilmu

Pencari dan penikmat kebenaran paripurna

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Agama dan Ilmu Pengetahuan

9 Juli 2019   11:59 Diperbarui: 25 Juni 2021   15:16 8127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami Agama dan Ilmu Pengetahuan (unsplash/alex-block)

Kedua. Kemampuan agama untuk mempertahankan dan menyatakan nilai-nilai moral. Ketiga. Kompetensinya mengikat masyarakat bersama-sama dan memilih strukturnya. Keempat. Kompetensinya memberi individu dengan pengalaman khusus dan stimulasi.

Kategorisasi diatas menunjukkan bahwa harus terdapatnya keharmonisan diantara agama dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dimana agama tetap dipandang dari sudut kesemestaannya (world view) sebagai kekuatan makro yang menjaga kestabilan hidup manusia.

Kenyataan teoritis (das sein) ini dalam manifestasi sosialnya (das solen) sangat bertolak belakang. Agama Vis a Vis ilmu pengetahuan menjadi agenda yang serius dalam perjalanan sejarah masyarakat Eropa pada sekitar abad ke 15 -tepatnya berdasarkan sketsa historis perkembangan agama, tipologi masyarakatnya berada pada masa pra industri transisi industri-, dimana hegemoni agama telah memasuki dimensi politik (struktural) dan budaya (kultural) dengan memberikan interpretasi keagamaan yang bersifat absolut dan dogmatis. 

Disatu sisi pemahaman, dogmatis itu telah membawa pemahaman masyarakat terhadap sesuatu yang bersifat mitologis dan mengekang dinamika pemikiran manusia dalam memandang realitas kosmologisnya.

Sebelum itu, perlu diketahui bahwa terdapat kerangka analisis yang diutarakan oleh tradisi Hegelian sebagai antitesa terhadap fenomena sosial yang diperankan oleh agama sehingga agama itu dapat diposisikan fungsinya dalam dialektika kehidupan masyarakat. Analisis tersebut terdiri dari tiga hierarkis yang saling berkaitan, diantaranya: 

Pertama. Eksternalisasi merupakan artikulasi dari diri manusia yang dilakukan secara terus-menerus di dunia, baik dalam bentuk fisis maupun mental. 

Kedua. Obyektivitas merupakan pengakuan dan pelembagaan produk aktivitas eksternalisasi sebagai kefaktaan yang bersifat eksternal dan otonom sebagai produk manusia yang berada diluar dirinya. 

Ketiga. Internalisasi merupakan peresapan kembali manusia terhadap realitas dan mentransformasikannya dari struktur dunia objektif kedalam struktur dunia subjektif.

Melalui analisisnya ini, terkesan bahwa ilmu pengetahuan telah menjadi etos utama dalam hal pola pikir, tingkah laku dan bahkan unsur-unsur materi dalam ilmu itu dicoba untuk ditaransformasikan dengan mengganti unsur-unsur taransenden yang terdapat dalam agama. 

Oleh karena itu dapat diambil tesis sementara bahwa agama tidak selamanya berperan sebagai pengatur jalannya proses sejarah masyarakat, kenyataan ini semakin diperkuat dengan melihat file sejarah tentang embrio berkembangnya peradaban modern.

Perbedaan paradigma khususnya dalam epistimologi anatara agama dengan ilmu pengetahuan telah membentuk sketsa historis tentang fragmentasi diantara keduanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun