Robert Merton menyatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan tidak dapat dilepaskan dari faktor ekonomi dan agama "puritan".Â
Stimulasi ekonomi sangat mempengaruhi perkembangan ilmu khususnya dalam penemuan teknologi dengan harapan untuk melanggengkan kegiatan dan tujuan ekonomi, dia mencontohkan tentang penemuan teori "garis bujur" yang kemudian diikuti oleh penemuan lain dalam perhitungan jarak bulan dari matahari atau jarak antar bintang yang sangat bermanfaat bagi pelayaran laut sehingga proses transaksi perekonomian antar negara agar berlangsung dengan mudah.
Disamping itu, J.D Bernal menyatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan sangat berkaitan erat dengan faktor ekonomi. Dia memformulasikan bahwa dearah terjadinya proses tarnsformasi ilmu pengetahuan mulai dari Mesir dan Mesopotamia ke Yunani dari Spanyol Islam ke Italia Renaisance dari sana ke Low Countries dan kemudian ke Skotlandia dan ke Inggris, merupakan taransformasi area ilmu yang selalu bersamaan dengan peningkatan kualitas ekonomi dan kegiatan industri.
Sedangkan Robert Wuthnow menyatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan berkaitan dengan proses desentaralisasi politik dalam sistem ekonomi kapitalis.Â
Menurutnya, desentaralisasi ini akan menimbulkan persaingan antar negara terutama dalam bidang politik, ekonomi dan militer sehingga konskwensinya adalah berkembangnya ilmu pengetahuan untuk mengimbangi mobilisasi tersebut.Â
Selain itu, desentralisasi akan membuka peluang terjadinya komunikasi diantara para ilmuwan diantara negara bagian yang otonom dan bahkan apabila terjadi instabilitas politik maka ilmuwan dapat meminta perlindungan politik kepada negara lain dan mereka tetap konsentarasi pada kerja ilmiahnya.Â
Hal ini kemudian akan semakin meningkat menjadi diskursus yang intens tentang keilmuan sehingga kuantitas dan kualitas dari ilmu pengetahuan akan semakin baik. Â
Perkembangan Agama Versus Ilmu Pengetahuan.
Agama selalu terlibat dalam wacana dialektika historis ketika bersinggungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu pada dasarnya agama harus dapat berperan akomodatif dalam melihat gejala sosial yang berkembang di masyarakat.Â
Hampir senada dengan hal ini Nadel, menyebutkan bahwa agama harus dapat berperan secara kompetitif terutama dalam empat hal, diantaranya:Â
Pertama. Kemampuan agama untuk memberi suplemen tertentu bagi memandang dunia pengalaman dimana intelegensia ditakdirkan untuk membutuhkannya.Â