Mohon tunggu...
Doni Arief
Doni Arief Mohon Tunggu... Dosen - Faqir Ilmu

Pencari dan penikmat kebenaran paripurna

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Agama dan Ilmu Pengetahuan

9 Juli 2019   11:59 Diperbarui: 25 Juni 2021   15:16 8127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami Agama dan Ilmu Pengetahuan (unsplash/alex-block)

Namun, pada pertengahan abad ke 16 yang ditandai dengan gerakan renaissance yang mewarnai Eropa dengan pergumulan antara agama dan ilmu pengetahuan yang berujung pada polarisasi diantara keduanya.

Distorsi itu terjadi karena agama telah dipolitisasi untuk melegalisasikan kepentingan tertentu, seperti politik, sosial, ekonomi dan pengkultusan terhadap tokoh agamawan. Ajaran absolut yang terdapat dalam agama dijadikan justifikasi untuk memandang fenomena ilmiah yang terjadi di alam dan mengejawantahkan penemuan ilmiah. 

Pertentangan ini semakin sengit ketika Copernicus dan Galileo yang mengajukan tentang teori heliosentris ditentang oleh doktrin dogmatis yang selama ini telah dipegang oleh pemuka agama Kristen. 

Setelah terjadinya pertentangan tersebut, para ilmuwan mulai memandang skeptis terhadap ajaran agama yang dianggapnya dapat mengantarkan pada stagnasi berpikir. Inilah yang kemudian melatarbelakangi munculnya wacana sekularisasi di Barat yang tidak hanya memasuki dimensi filosofis tetapi juga dimensi  teknologi. 

Dalam dimensi filsafat mulai dikenal adanya terminologi empirisisme, positivisme dan materialisme, sedangkan dalam dimensi teknologi telah ditemukannya mesin uap oleh James Watt pada abad ke 17 yang mampu menggantikan ribuan tenaga manusia untuk mengerjakan produk industri. 

Pada perkembangan selanjutnya, ilmu pengetahuan semakin berkembang dan mulai menyisihkan agama dalam urusan sosial dan agama diklaim hanya mengurus urusan yang bersifat pribadi (privacy). Sehingga tidak mengherankan jika Niestzhe berani mengatakan, "Tuhan sudah mati sekarang".

Tersingkirnya agama dalam urusan profan dan digantikan oleh kemajuan yang signifikan dalam bidang ilmu pengetahuan, pada dasarnya mengandung dua konsekwensi, yaitu: 

Pertama. Hilangnya peranan agama sebagai realitas mutlak (ultimate reality) dalam kehidupan manusia. 

Kedua. Semakin semarakmya interpretasi ajaran agama untuk mengantisipasi arus negatif dari perubahan sosial yang terjadi sacara massif. Interpretasi yang berlebihan (ekstra positif) terhadap ajaran agama tersebut sebagai bandingan terhadap globalisasi sosial disatu sisi telah melahirkan sekte-sekte sempalan (pseudo spritual) dalam agama. 

Misalnya di Amerika muncul sekte yang menamakan dirinya sebagai Childrens of God, Christian Identity dan sebagainya. 

Agama vis a vis dengan ilmu pengetahuan, dalam realitasnya merupakan kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan. Kenyataan ini timbul setelah melihat perjalanan ilmu pengetahuan yang ditandai dengan kemiskinan spritual yang menyebabkan sering hilangnya nilai-nilai kemanusiaan dalam pelaksanaan ilmu pengetahuan tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun