Mohon tunggu...
Doni Arief
Doni Arief Mohon Tunggu... Dosen - Faqir Ilmu

Pencari dan penikmat kebenaran paripurna

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Agama dan Ilmu Pengetahuan

9 Juli 2019   11:59 Diperbarui: 25 Juni 2021   15:16 8127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami Agama dan Ilmu Pengetahuan (unsplash/alex-block)

Sekularisasi merupakan paham yang pertama kali lahir setelah adanya dominasi revolusioner dari gerakan rasionalisme yang memasuki seluruh bidang kehidupan manusia secara massif. Paham sekularisasi ini berusaha untuk memisahkan urusan keduniaan yang profan dengan urusan agama yang transenden. 

Dalam bentuk moderat, sekularisasi membatasi urusan agama pada tataran pribadi (private affair) dan tidak boleh memasuki urusan sosio kultural manusia. Sedangkan dalam bentuk ekstrim, sekularisasi telah mencerabut akar tradisional agama dan menghilangkan perannya dalam kehidupan manusia, hal ini kemudian yang menimbulkan paham agnotisisme dan atheisme.

Dalam konteks sosio kultural manusia, terutama dalam bidang keilmuan dan intelektual, maka yang menjadi legitimasi kebenaran adalah rasio manusia, sedangkan kebenaran agama telah tersingkirkan. Klaim kebenaran yang kemudian diakui dalam tataran pengembangan ilmu pengetahuan adalah empirisisme, rasionalisme dan dalam bentuknya yang paling mutakhir adalah positivisme sebagaimana yang dikembangkan oleh August Comte.

Dalam bidang politik, sekularisasi telah menyebabkan hilangnya landasan etik dan moral dalam praktek politik, sebagaimana yang diutarakan oleh Donald Engene Smith dalam Religion and Political Development, yang menyatakan bahwa, telah terjadinya ekspansi pemerintah untuk melaksanakan fungsi sosial dan ekonomi yang sebelumnya ditangani agama dan tersingkirnya ideologi-ideologi keagamaan yang taransenden dalam urusan politik.

Dalam bidang ekonomi, sekularisasi telah berjasa untuk melahirkan sistem kapitalisasi dalam kerangka liberalisme yang hampir kehilangan etika moralnya. Sedangkan dalam bidang kebudayaan, sekularisasi telah meyebabkan tersentralisasinya manusia untuk mengakui sesuatu yang bersifat materi berdasarkan hasil kerja inderanya. Menyoroti hal ini, Pitirin A. Sorokin meneyebutkan mentalitas kebudayaan tersebut sebagai hal yang hanya sebatas keindrawian.

Disamping itu, proses sistemik yang hampir bersamaan berkembang dengan sekularisasi tersebut adalah fragmentasi, dimana posisi agama semakin mengalami reduksi sehingga manusia merasa dapat hidup otonom berdasarkan bidang keahliannya masing-masing. Hal ini kemudian akan menimbulkan kesenjangan sosial kerena tidak terjalinnya komunikasi yang harmonis diantara sesama anggota masyarakatnya.

Mata rantai hubungan kemajuan rasionalisme manusia, pada perkembangannya kemudian melahirkan paham egalitarianisme. Paham ini melakukan kritisi terhadap struktur hierarkis dan fundamental dalam agama, yang menekankan adanya prinsip persamaan dan kemampuan manusai dalam beragama. 

Dalam perkembangannya paham ini berkembang menjadi paham humanisme yang mulai memasuki lahan garapan agama dan mulai menyingkirkan fungsi agama dalam dimensi sosialnya.

Sketsa historis pergumulan dialektika sosial masyarakat tersebut pada perkembangannya berhasil mengantarkannya untuk memasuki era kemodernan (modernity) dengan segala ketimpangannya. 

Agama Vis a Vis ilmu pengetahauan dalam batas tertentu telah memberikan pengaruh yang besar dalam paradigma struktur historis sosial kehidupan manusia, salah satu implikasi positif dari persinggungan tersebut adalah mulai dikenalnya semangat pembebasan tentang kesadaran eksistensi manusia.

Untuk melihat dirinya sendiri dan dunianya dalam satu kesatuan hierarki kosmologi yang bersifat lahiriah, sehingga dinamika pemikiran manusia akan semakin berkembang bersamaan dengan peningkatan taraf intelektual dan ilmu pengetahuan sebagai kekuatan penyangga eksistensinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun