Seorang guru idealnya menjadi teladan dalam perilaku baik dan perkataan yang santun. Guru juga sebaiknya memulai proses belajar mengajar dengan keadaan spiritual, membiasakan refleksi diri untuk membantu siswa menyadari kesalahan, serta memberikan contoh melalui tindakan yang terpuji. Kebiasaan positif ini membantu membangun karakter siswa yang kuat dan berintegritas, memungkinkan mereka memperbaiki perilaku yang kurang baik. Untuk mendidik siswa agar memiliki disiplin diri, guru harus menjadi contoh dalam pengendalian diri dan tanggung jawab, dengan menunjukkan kedisiplinan di segala aspek.
Tugas mendidik dan mengajar dilakukan oleh berbagai pihak personel pendidikan, yaitu guru mata pelajaran, wali kelas dan guru Bimbingan Konseling. Guru BK bertugas menangani kesulitan belajar dan perilaku siswa. Namun, fungsi BK sering kali belum sepenuhnya optimal, meskipun fungsi Bimbingan Konseling sebagai pendukung pengembangan diri siswa, mencegah masalah, serta membantu siswa memilih jalur pendidikan, pekerjaan, dan karier (Permendiknas No. 111/2014). BK juga bertujuan memelihara kondisi yang mendukung perkembangan siswa, mengembangkan potensi, serta membangun adaptasi pendidikan sesuai kebutuhan individu.
Kendala yang dihadapi guru BK di antaranya kurangnya jumlah tenaga ahli, keterbatasan waktu, dan fokus yang dominan pada penanganan masalah perilaku seperti siswa yang merokok, tidak membuat PR, atau melawan guru. Hal ini sering mengakibatkan siswa berprestasi dengan bakat dan minat khusus terabaikan. Padahal, bimbingan konseling bertujuan mengoptimalkan perkembangan siswa baik secara individu maupun kelompok, dengan membantu mereka mengidentifikasi potensi, kelebihan, dan kelemahan.
Dalam institusi pendidikan, BK memegang peran penting untuk meningkatkan mutu sekolah. Kualitas sekolah sering dinilai dari hasil lulusannya, baik dalam aspek kognitif, emosional, sosial, maupun moral. Oleh karena itu, manajemen BK perlu dirancang secara matang, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta penyusunan program dan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Konseling adalah proses interaksi personal yang bertujuan membantu siswa memahami diri dan potensinya, memecahkan masalah, dan memenuhi kebutuhan masa depan demi kesejahteraan pribadi dan masyarakat.
Bimbingan konseling di sekolah pada dasarnya berfungsi sebagai upaya pendampingan untuk mendukung perkembangan peserta didik secara optimal, baik secara individu maupun kelompok. Tujuannya adalah membantu peserta didik mengenali potensi, kelebihan, kekurangan, serta permasalahan yang dihadapinya. Dalam dunia pendidikan, bimbingan konseling menjadi bagian penting yang berkontribusi pada peningkatan kualitas sekolah.
Pandangan masyarakat terhadap mutu suatu sekolah umumnya didasarkan pada hasil lulusan yang dihasilkan. Sekolah dianggap berkualitas jika para siswanya mampu memenuhi harapan masyarakat, baik dari segi kemampuan maupun karakter. Oleh karena itu, pengelolaan bimbingan konseling yang baik diharapkan dapat membantu sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan, terutama dalam mengembangkan sumber daya manusia di lingkungan sekolah.
Kualitas lulusan tidak hanya ditentukan oleh kecakapan kognitif, melainkan juga kesiapan emosional, kemampuan sosial, adaptasi terhadap lingkungan, pengembangan bakat, serta moral yang baik. Moral ini mencakup kepatuhan terhadap norma sosial maupun nilai-nilai agama. Karena itu, program bimbingan konseling perlu disusun dengan cermat, mencakup perencanaan layanan, identifikasi kebutuhan siswa, penyusunan materi pembelajaran, serta pelaksanaan dan evaluasi program secara menyeluruh.
Konseling sendiri merupakan interaksi pribadi antara konselor dan konseli, yang dilakukan secara tatap muka. Dalam proses ini, konselor menggunakan keahlian khususnya untuk menciptakan situasi yang mendukung pembelajaran bagi konseli. Melalui konseling, individu dibimbing untuk mengenali dirinya, memahami kondisi saat ini, serta mengeksplorasi peluang masa depan yang dapat dicapai dengan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki. Tujuannya adalah untuk mendukung kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Selain itu, konseling juga membantu konseli belajar mengatasi masalah serta mengenali kebutuhan di masa mendatang (Tolbert, dalam Prayitno, 2004:101).
Dari penjelasan tersebut, pertanyaan utama yang dirumuskan adalah, “Bagaimana pelaksanaan manajemen layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 2 Cepu?”
Secara spesifik, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) layanan bimbingan dan konseling apa saja yang diterapkan di sekolah?; (2) bagaimana proses perencanaan program bimbingan dan konseling dalam kurikulum merdeka?; (3) apa relevansi dan efektivitas layanan bimbingan dan konseling dalam menghdapi tantangan baru?; (4) apa kendala utama dalam pelayanan bimbingan dan konseling?; (5) bagaimana evaluasi dan pengadminitrasian program bimbingan dan konseling dilakukan untuk memastikan kualitas layanan dari tahun ke tahun?; (6) apakah ada koordinasi dengan pihak lain selama pelayanan?; (7) Bagaimana sekolah menangani kasus-kasus khusus siswa?.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran komprehensif tentang pengelolaan layanan BK dalam meningkatkan kualitas pendidikan dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa di SMA Negeri 2 Cepu. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: (1) mengenali berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling; (2) mengevaluasi proses perencanaan layanan bimbingan dan konseling; (3) menilai relevansi dan efektivitas layanan bimbingan da konseling; (4) mengidentifikasi kendala utama dalam layanan bimbingan dan konseling; (5) meninjau cara evaluasi dan pengelolaan administrasi program bimbingan dan konseling; (6) menilai koordinasi antara sekolah dengan pihak lain; (7) menganalisis prosedur penanganan kasus-kasus siswa.