Manajemen Layanan Bimbingan Konseling dalam Mendukung Kebutuhan Siswa di SMA Negeri 2 Cepu
Adinda Nur Faradila A1, Ad’kha Fazhira2, Titin Indah Pratiwi3, Sherrin Nurlita Widya4
Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Surabaya
e-mail: adinda.23280@mhs.unesa.ac.id1, adkha.230281@mhs.unesa.ac.id2, titinindahpratiwi@unesa.ac.id3 , sherrinwidya@unesa.ac.id4
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan manajemen layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 2 Cepu, termasuk aspek perencanaan, pelaksanaan layanan, evaluasi, serta kendala yang dihadapi dalam penerapannya. Metode dalam penelitian ini yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, yang memiliki fokus pada pemaparan bagaimana layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan di sekolah tersebut. Subjek penelitian adalah guru bimbingan dan konseling, yang berperan dalam memberikan informasi terkait manajemen pelaksanaan layanan ini. Hasil penelitian menunjukkan gambaran pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dalam membantu siswa mengembangkan minat dan bakat, menangani permasalahan siswa, serta memberikan dukungan melalui layanan bimbingan konseling kepada peserta didik.
Kata kunci: manajemen, layanan, bimbingan dan konseling.
Abstract
This research aims to describe the management of guidance and counseling services at SMA Negeri 2 Cepu, including aspects of planning, service implementation, evaluation, as well as obstacles encountered in its implementation. The research method used is descriptive qualitative which focuses on presenting how guidance and counseling services are implemented in schools. The research subject is a guidance and counseling teacher whose role is in providing information related to the management of the implementation of this service. The research results show an overview of the implementation of guidance and counseling services in helping students develop interests and talents, dealing with student problems, and providing support through counseling guidance services to students.
Keywords: management, services, guidance and counseling
PENDAHULUAN
Seorang guru idealnya menjadi teladan dalam perilaku baik dan perkataan yang santun. Guru juga sebaiknya memulai proses belajar mengajar dengan keadaan spiritual, membiasakan refleksi diri untuk membantu siswa menyadari kesalahan, serta memberikan contoh melalui tindakan yang terpuji. Kebiasaan positif ini membantu membangun karakter siswa yang kuat dan berintegritas, memungkinkan mereka memperbaiki perilaku yang kurang baik. Untuk mendidik siswa agar memiliki disiplin diri, guru harus menjadi contoh dalam pengendalian diri dan tanggung jawab, dengan menunjukkan kedisiplinan di segala aspek.
Tugas mendidik dan mengajar dilakukan oleh berbagai pihak personel pendidikan, yaitu guru mata pelajaran, wali kelas dan guru Bimbingan Konseling. Guru BK bertugas menangani kesulitan belajar dan perilaku siswa. Namun, fungsi BK sering kali belum sepenuhnya optimal, meskipun fungsi Bimbingan Konseling sebagai pendukung pengembangan diri siswa, mencegah masalah, serta membantu siswa memilih jalur pendidikan, pekerjaan, dan karier (Permendiknas No. 111/2014). BK juga bertujuan memelihara kondisi yang mendukung perkembangan siswa, mengembangkan potensi, serta membangun adaptasi pendidikan sesuai kebutuhan individu.
Kendala yang dihadapi guru BK di antaranya kurangnya jumlah tenaga ahli, keterbatasan waktu, dan fokus yang dominan pada penanganan masalah perilaku seperti siswa yang merokok, tidak membuat PR, atau melawan guru. Hal ini sering mengakibatkan siswa berprestasi dengan bakat dan minat khusus terabaikan. Padahal, bimbingan konseling bertujuan mengoptimalkan perkembangan siswa baik secara individu maupun kelompok, dengan membantu mereka mengidentifikasi potensi, kelebihan, dan kelemahan.
Dalam institusi pendidikan, BK memegang peran penting untuk meningkatkan mutu sekolah. Kualitas sekolah sering dinilai dari hasil lulusannya, baik dalam aspek kognitif, emosional, sosial, maupun moral. Oleh karena itu, manajemen BK perlu dirancang secara matang, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta penyusunan program dan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Konseling adalah proses interaksi personal yang bertujuan membantu siswa memahami diri dan potensinya, memecahkan masalah, dan memenuhi kebutuhan masa depan demi kesejahteraan pribadi dan masyarakat.
Bimbingan konseling di sekolah pada dasarnya berfungsi sebagai upaya pendampingan untuk mendukung perkembangan peserta didik secara optimal, baik secara individu maupun kelompok. Tujuannya adalah membantu peserta didik mengenali potensi, kelebihan, kekurangan, serta permasalahan yang dihadapinya. Dalam dunia pendidikan, bimbingan konseling menjadi bagian penting yang berkontribusi pada peningkatan kualitas sekolah.
Pandangan masyarakat terhadap mutu suatu sekolah umumnya didasarkan pada hasil lulusan yang dihasilkan. Sekolah dianggap berkualitas jika para siswanya mampu memenuhi harapan masyarakat, baik dari segi kemampuan maupun karakter. Oleh karena itu, pengelolaan bimbingan konseling yang baik diharapkan dapat membantu sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan, terutama dalam mengembangkan sumber daya manusia di lingkungan sekolah.
Kualitas lulusan tidak hanya ditentukan oleh kecakapan kognitif, melainkan juga kesiapan emosional, kemampuan sosial, adaptasi terhadap lingkungan, pengembangan bakat, serta moral yang baik. Moral ini mencakup kepatuhan terhadap norma sosial maupun nilai-nilai agama. Karena itu, program bimbingan konseling perlu disusun dengan cermat, mencakup perencanaan layanan, identifikasi kebutuhan siswa, penyusunan materi pembelajaran, serta pelaksanaan dan evaluasi program secara menyeluruh.
Konseling sendiri merupakan interaksi pribadi antara konselor dan konseli, yang dilakukan secara tatap muka. Dalam proses ini, konselor menggunakan keahlian khususnya untuk menciptakan situasi yang mendukung pembelajaran bagi konseli. Melalui konseling, individu dibimbing untuk mengenali dirinya, memahami kondisi saat ini, serta mengeksplorasi peluang masa depan yang dapat dicapai dengan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki. Tujuannya adalah untuk mendukung kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Selain itu, konseling juga membantu konseli belajar mengatasi masalah serta mengenali kebutuhan di masa mendatang (Tolbert, dalam Prayitno, 2004:101).
Dari penjelasan tersebut, pertanyaan utama yang dirumuskan adalah, “Bagaimana pelaksanaan manajemen layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 2 Cepu?”
Secara spesifik, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) layanan bimbingan dan konseling apa saja yang diterapkan di sekolah?; (2) bagaimana proses perencanaan program bimbingan dan konseling dalam kurikulum merdeka?; (3) apa relevansi dan efektivitas layanan bimbingan dan konseling dalam menghdapi tantangan baru?; (4) apa kendala utama dalam pelayanan bimbingan dan konseling?; (5) bagaimana evaluasi dan pengadminitrasian program bimbingan dan konseling dilakukan untuk memastikan kualitas layanan dari tahun ke tahun?; (6) apakah ada koordinasi dengan pihak lain selama pelayanan?; (7) Bagaimana sekolah menangani kasus-kasus khusus siswa?.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran komprehensif tentang pengelolaan layanan BK dalam meningkatkan kualitas pendidikan dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa di SMA Negeri 2 Cepu. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: (1) mengenali berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling; (2) mengevaluasi proses perencanaan layanan bimbingan dan konseling; (3) menilai relevansi dan efektivitas layanan bimbingan da konseling; (4) mengidentifikasi kendala utama dalam layanan bimbingan dan konseling; (5) meninjau cara evaluasi dan pengelolaan administrasi program bimbingan dan konseling; (6) menilai koordinasi antara sekolah dengan pihak lain; (7) menganalisis prosedur penanganan kasus-kasus siswa.
Manfaat penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi sebagai berikut: (1) untuk siswa: Mendukung pengembangan potensi diri serta membantu menyelesaikan masalah pribadi, akademik, dan sosial; (2) bagi guru: membantu guru memahami kebutuhan emosional siswa dan menangani masalah pembelajaran serta disiplin; (3) bagi kepala sekolah: memberikan gambaran mengenai kebutuhan siswa dan efektivitas program, serta membantu dalam pengambilan kebijakan pendidikan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menerapkan metode deskriptif analitik, yang memungkinkan pengumpulan data secara akurat dan interpretasi yang tepat.
SMA Negeri 2 Cepu merupakan sekolah menengah atas negeri di Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, yang telah meraih akreditasi "A" dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M). Sekolah ini berfokus pada penyediaan pendidikan berkualitas serta pengembangan potensi siswa untuk menjadi individu yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia.
Sekolah ini dilengkapi dengan fasilitas modern seperti gedung sekolah yang nyaman, perpustakaan digital, laboratorium, lapangan olahraga, aula, kantin dan ruang kesehatan. Selain itu sekolah juga menyediakan Wi-Fi dan teknologi pembelajaran modern.
Siswa di sekolah SMA Negeri 2 Cepu juga dapat mengembangkan bakat dan minat melalui berbagai ekstrakurikuler seperti olahraga, seni, pramuka, dan PMR. Prestasi siswa juga sangat membanggakan, dengan menjuarai berbagai lomba antar sekolah.
Penelitian pada dasarnya merupakan suatu upaya sistematis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum terpecahkan melalui pengumpulan dan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan metode tertentu. Proses ini melibatkan langkah-langkah yang terstruktur, mulai dari perumusan pertanyaan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Hasil dari proses ini adalah jawaban yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan atas pertanyaan yang diajukan. Dengan demikian, penelitian dapat dikatakan sebagai suatu proses yang berkelanjutan dan berulang, yang mencerminkan semangat pencarian kembali dan penemuan baru.
Penelitian ini dilakukan via google meet pada jum'at 25 Oktober 2024. Subyek penelitian adalah unit analisis yang menjadi fokus penelitian, mencakup benda, kegiatan, tempat dan individu (Arikunto, S. 2006). Penelitian ini menggunakan segenap individu sebagai subyek untuk mengumpulkan data yaitu guru bimbingan dan konseling.
Pengumpulan data dalam penelitian ini memkai metode yang mencakup wawancara dan pengumpulan dokumen. Teknik wawancara adalah proses pengumpulan data melalui interaksi tanya jawab langsung antara peneliti dan responden, baik secara langsung maupun menggunakan media komunikasi. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan informasi mendalam tentang peristiwa atau fenomena kompleks dan abstrak.
Wawancara memungkinkan peneliti memahami bagaimana responden mempersepsikan dan merespons suatu peristiwa, serta memperoleh informasi yang lebih akurat dan mendalam. Pedoman wawancara digunakan untuk memandu proses wawancara dan memastikan konsistensi data.
Sebagaimana dikemukakan Moleong (2005), tujuan wawancara adalah memperoleh validitas dan keandalan data melalui proses verifikasi, modifikasi dan ekstensi informasi.
Tujuan wawancara ini agar mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai konteks data dalam situasi nyata serta mengungkapkan informasi sensitif yang mungkin tidak terungkap melalui metode lain. Dengan begitu, peneliti menerima suatu pemahaman yang lebih menyeluruh mengenai objek penelitian.
Melalui wawancara, peneliti dapat mengumpulkan data yang akurat dan objektif, memahami dinamika sosial dan budaya di sekolah serta mengidentifikasi pola perilaku dan interaksi antar individu. Hasil wawancara ini akan menjadi dasar untuk menganalisis dan memahami fenomena yang diteliti secara lebih mendalam. Penelitian ini akan melaksanakan wawancara terstruktur dengan guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 2 Cepu menggunakan alat perekam untuk memastikan akurasi data.
Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data penelitian melalui pencatatan dan pengumpulan dokumen-dokumen terkait SMA Negeri 2 Cepu.
Pendekatan induktif digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian ini, yang mengembangkan konsep berdasarkan data dan konteks (Arikunto, 2006). Analisis data dilakukan melalui tiga tahap: reduksi untuk mengurangi kompleksitas, penyajian untuk memperjelas dan penarikan kesimpulan untuk menghasilkan rekomendasi
Pertama, reduksi data melibatkan proses merangkum, memilih, dan memfokuskan informasi utama, serta mencari tema dan inti permasalahan. Proses ini juga menghapus informasi yang tidak relevan dan memberikan gambaran yang jelas untuk pengumpulan data berikutnya. Kedua, penyajian data dilakukan dengan cara menyajikan uraian singkat, diagram, atau hubungan antar kategori, yang mempermudah pemahaman tentang peristiwa yang terjadi dan merencanakan langkah-langkah selanjutnya.
Ketiga, penarikan kesimpulan dan verifikasi melibatkan pengajuan kesimpulan awal yang kemudian diverifikasi melalui bukti-bukti yang valid dan konsisten. Hasilnya adalah kesimpulan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Penelitian deskriptif analitik adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran objektif, akurat, dan rinci tentang realitas suatu objek, fenomena, atau kejadian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengumpulkan dan menganalisis data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis data menyajikan bukti bahwa hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Pertama jenis jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling yang diterapkan di SMA Negeri 2 Cepu. Jenis pelaksanaan bimbingan dan konseling lebih berfokus pada layanan informasi dan pelayanan individu, seperti bimbingan karier, yang dilakukan secada klasikal maupun individual.
Kedua tahapan perencanaan program bimbingan dan konseling dalam kurikulum merdeka di SMA Negeri 2 Cepu. Kurikulum Merdeka mengintegrasikan Asesmen untuk mengidentifikasi kebutuhan individu siswa dan menyusun rencana layanan Bimbingan dan Konseling (BK) yang diferensiasi dalam empat bidang: karier, belajar, sosial dan pribadi.
Ketiga relevansi dan efektivitas layanan bk dalam menghadapi tantangan baru di SMA Negeri 2 Cepu. Layanan Bimbingan dan Konseling (BK) memiliki relevansi dan efektivitas tinggi dalam menghadapi tantangan baru, seperti perubahan sosial, stres, dan kesehatan mental, melalui pengembangan keterampilan hidup, adaptasi, dan resiliensi, serta meningkatkan motivasi, prestasi akademik, dan hubungan interpersonal.
Keempat kendala utama dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Kendala utama di SMA Negeri 2 Cepu adalah kecenderungan berbohong atau menutupi masalah, yang memerlukan penerapan teknik bertanya efektif dalam Bimbingan dan Konseling (BK).
Kelima evaluasi dan administrasi program bk. Di SMA Negeri 2 Cepu, evaluasi tahunan merupakan komponen integral proses pembelajaran yang memungkinkan perbaruan dan penyesuaian program pembelajaran. Namun, kemajuan teknologi juga memicu munculnya tantangan baru, seperti kecurangan menyontek dengan metode canggih, sehingga memerlukan pengembangan strategi evaluasi yang inovatif dan efektif.
Keenam koordinasi dengan pihak lain dalam layanan BK. Kerja sama antara Bimbingan dan Konseling (BK) si SMA Negeri 2 Cepu yaitu dengan pihak lain, seperti kepolisian dan psikolog, merupakan strategi efektif dalam menangani kasus-kasus khusus dan mempromosikan kesejahteraan siswa. Koordinasi ini melibatkan intervensi terintegrasi, termasuk kolaborasi dengan wali kelas dan orang tua, untuk mencapai solusi komprehensif dan tepat guna.
Ketujuh penanganan kasus khusus siswa dan prosedur yang terstruktur. Penanganan kasus siswa di SMA Negeri 2 Cepu dilakukan melalui pendekatan hierarkis, dimana kasus ringan ditangani langsung oleh guru Bimbingan dan Konseling (BK) dan wali kelas, sedangkan kasus berat melibatkan orang tua dan instansi terkait seperti kepolisian, untuk memastikan penyelesaian yang efektif dan efisien.
A.Jenis-jenis Layanan Bimbingan dan Konseling yang Diterapkan di Sekolah
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan profesional oleh ahli kepada individu untuk memfasilitasi pengembangan diri. Hal ini mencakup pemahaman diri, penghubungan antara diri dan lingkungan, serta perencanaan dan pengambilan keputusan berdasarkan konsep diri dan tuntutan lingkungan. Bimbingan sebagai komponen pendidikan menengah bertujuan meningkatkan kesadaran diri, pengenalan lingkungan dan perencanaan masa depan siswa (PP No. 29/1990).
Bimbingan dan konseling merupakan suatu layanan profesional yang dirancang untuk membantu siswa mencapai perkembangan optimal dalam empat aspek penting, yaitu pribadi, sosial, belajar dan karir. Melalui kegiatan pendukung yang terstruktur dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku, layanan ini bertujuan mengembangkan kemandirian dan pengembangan diri siswa secara maksimal.
Penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling di sekolah harus berdasarkan tujuh model layanan yang dikemukakan Sukardi (2003), yaitu: pengenalan, informasi, penempatan, pembelajaran, penyuluhan individu, bimbingan kelompok dan penyuluhan kelompok. Sukardi (2003) mengemukakan lima strategi pendukung dalam bimbingan dan konseling, yang mencakup penggunaan instrumen asesmen, pengumpulan data, konferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan kasus untuk memastikan intervensi yang efektif.
Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan suatu proses pendukung yang mencakup empat komponen strategis. Pertama, layanan dasar yang memfasilitasi pengembangan kemampuan dasar siswa. Kedua, layanan peminatan dan perencanaan pribadi yang membantu siswa menemukan minat dan tujuan hidup. Ketiga, layanan responsif yang merespons kebutuhan siswa secara langsung. Keempat, dukungan sistem yang memastikan keberlanjutan program bimbingan dan konseling.
Pemberian layanan bimbingan dan konseling merupakan suatu pendekatan sistematis dan komprehensif yang dirancang untuk membantu peserta didik mencapai empat tujuan utama, yaitu merencanakan dan mempersiapkan diri untuk masa depan yang cerah, mengoptimalkan potensi dan kualitas diri, menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, masyarakat dan dunia kerja, serta mengatasi berbagai hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam proses belajar dan pengembangan diri.
Penyelenggaraan bimbingan dan konseling di satuan pendidikan harus dilaksanakan oleh tenaga profesional yang memenuhi kualifikasi, yaitu konselor atau instruktur dengan latar belakang pendidikan Sarjana di bidang Bimbingan dan Konseling serta bersertifikat sebagai guru, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pengendalian Instruksi Nasional Nomor 111 Tahun 2014.keduanya merupakan bagian dari layanan bimbingan dan konseling profesional.
Penyelenggaraan layanan direncanakan dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan program antar kelas dan antar jenjang, serta disesuaikan dengan pembelajaran mata pelajaran dan latihan ekstrakurikuler. Layanan ini disiapkan berdasarkan munculnya suatu asesmen kebutuhan yang menjadi prioritas, dilakukan secara rutin, perlahan dan tiada henti. Setiap siswa harus mendapatkan layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan secara efisien, sering dan disesuaikan dengan kebutuhannya.
Pelayanan bimbingan dan konseling yang optimal membutuhkan kreativitas dan empati dari guru bimbingan dan konseling. Dengan membangun hubungan yang kuat dan terbuka dengan siswa, anggapan salah tentang peran konselor sebagai 'polisi sekolah' dapat dihilangkan, sebagaimana dikemukakan Prayitno dan Amti (2004: 122), sehingga layanan ini dapat berjalan efektif dan memenuhi kebutuhan siswa.
Bimbingan konseling di sekolah SMP Negeri 4 Surabaya mencakup beberapa jenis layanan utama: bimbingan karier, bimbingan belajar, layanan informasi klasikal, dan layanan individu. Layanan informasi klasikal biasanya diberikan secara kelompok di kelas, mencakup topik-topik umum seperti pengenalan karier atau teknik belajar efektif. Sementara itu, layanan individu diberikan kepada siswa dengan kebutuhan khusus, seperti bimbingan personal mengenai masalah emosional, sosial, atau akademik.
Namun, pelaksanaan seluruh jenis layanan ini sering kali tidak dapat dilakukan secara penuh. Faktor-faktor seperti waktu, jumlah tenaga konselor, dan prioritas kebutuhan siswa menjadi penghambat. Meskipun demikian, sekolah memastikan sebagian besar kebutuhan utama siswa dapat terpenuhi melalui kombinasi layanan tersebut.
B.Tahapan Perencanaan Program Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum Merdeka.
Perencanaan bimbingan konseling di sekolah merupakan keharusan yang harus dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan satuan pendidikan. Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan adalah sarana prasarana dan pembiayaan.
Menurut Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati (2008), perencanaan efektif memerlukan studi kelayakan untuk mengumpulkan informasi dan menyusun program yang tepat, sehingga program bimbingan dan konseling dapat berjalan secara optimal.
Studi kelayakan adalah proses sistematis untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah. Proses ini bertujuan mengidentifikasi kebutuhan dan potensi yang ada untuk pengembangan program yang efektif.
Dalam merancang dan melaksanakan program bimbingan dan konseling, perlu dilakukan studi kelayakan yang komprehensif untuk memastikan kesesuaian program dengan kebutuhan spesifik sekolah dan siswa. Studi ini mencakup evaluasi terhadap ketersediaan sarana dan prasarana, efektivitas pengendalian pelaksanaan, pembiayaan yang memadai serta berbagai faktor lain yang berpotensi mempengaruhi keberhasilan program.
Permendiknas No. 111 Tahun 2014 menekankan bahwa bimbingan konseling di sekolah memiliki peran yang lebih luas dari sekadar menangani pelanggaran tata tertib. Bimbingan konseling merupakan proses pemberian bantuan profesional untuk mendukung perkembangan siswa secara holistik.
Program bimbingan konseling dirancang untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam empat aspek utama, yaitu: pribadi, sosial, belajar dan karir. Layanan ini mencakup kegiatan bimbingan klasikal, individual dan kelompok, serta kegiatan pendukung lainnya.
Dengan demikian, bimbingan konseling berfungsi sebagai pendukung utama dalam mengembangkan potensi siswa secara optimal, mencapai kemandirian dan kesuksesan dalam kehidupan.
Dalam Kurikulum Merdeka, tahapan perencanaan program bimbingan konseling dimulai dengan asesmen awal pada siswa kelas 10. Asesmen ini dilakukan untuk memahami kondisi, potensi, dan kebutuhan individu setiap siswa, menggunakan alat seperti Google Forms untuk efisiensi dan akurasi data.
Hasil asesmen menjadi dasar dalam menyusun program layanan yang terdiferensiasi. Misalnya, siswa yang membutuhkan dukungan karier akan mendapatkan bimbingan lebih mendalam dalam aspek ini, sementara siswa yang menghadapi kesulitan akademik akan diarahkan pada bimbingan belajar. Tahapan ini dilanjutkan dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL), pelaksanaan program, hingga evaluasi untuk memastikan efektivitas program tersebut.
C.Relevansi dan Efektivitas Layanan BK dalam menghadapi tantangan baru
Layanan bimbingan dan konseling (BK) di sekolah memiliki relevansi dan efektivitas yang signifikan dalam menghadapi tantangan baru. Penelitian menunjukkan bahwa efektivitas layanan BK berhubungan positif dengan persepsi siswa, dimana semakin baik persepsi siswa terhadap layanan, semakin tinggi partisipasi mereka. Selain itu, layanan BK yang efektif dapat meningkatkan motivasi belajar dan mengurangi kecemasan siswa, berkontribusi pada prestasi akademik mereka. Namun, masih terdapat tantangan dalam hal keterbukaan siswa untuk berkonsultasi secara langsung, yang perlu diatasi untuk meningkatkan efektivitas layanan ini.
Menurut Hamalik, bimbingan di sekolah merupakan komponen strategis dalam program pendidikan yang bertujuan membantu siswa menyesuaikan diri dengan situasi dan merencanakan masa depan sesuai minat, kemampuan, dan kebutuhan sosial. Bimbingan ini berupa bantuan profesional untuk mengenali dan memecahkan masalah, mengembangkan kesadaran diri, mengelola emosi, dan membangun hubungan positif dengan orang lain. Hal ini memungkinkan siswa mencapai potensi optimal dan menikmati hidup bahagia.
Bimbingan di sekolah menekankan pentingnya pelayanan konseling yang terintegrasi dengan proses pendidikan. Konselor berperan sebagai fasilitator dan pendukung dalam proses pengembangan diri siswa. Mereka membantu siswa mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, mengembangkan rencana pencapaian tujuan, dan mengatasi kesulitan. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan kemandirian, kesadaran diri, dan keterampilan hidup.
Dalam pelayanan konseling, terdapat tiga aspek pendidikan penting, seperti disampaikan oleh Tohirin (2011): (1) usaha sadar dari konselor untuk membantu siswa mengenali potensi dan kebutuhan, (2) persiapan peran siswa di masa depan melalui pengembangan keterampilan hidup, dan (3) pencapaian tujuan bimbingan konseling untuk mencapai kesuksesan dan kemandirian. Aspek-aspek ini membantu siswa mencapai tujuan akademik, pribadi, dan sosial, serta menjadi warga negara yang produktif dan bertanggung jawab.
Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan program pendidikan yang strategis untuk membantu siswa mencapai potensi optimal. Tujuan ini tercapai melalui beberapa tahap penting: mengenal dan merumuskan tujuan hidup, memahami kebutuhan dan kesulitan pribadi, mengembangkan kemampuan dan bakat, dapat adaptasi diri dengan lingkungan sekolah dan masyarakat, serta memperkembangkan diri secara tepat dan teratur. Dalam membantu siswa memahami kemampuan dan kebutuhan mereka, menyediakan bantuan profesional untuk mengatasi kesulitan, dan mendukung perkembangan pribadi dan sosial merupakan peran penting seorang guru bimbingan dan konseling. Hal ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan kesadaran diri, mengelola emosi, dan membangun hubungan positif dengan orang lain.
Tujuan bimbingan di sekolah, seperti disampaikan Zainal Aqib (2012), mencakup beberapa aspek kunci: mengatasi kesulitan dalam memahami diri dan lingkungan, mengidentifikasi dan memecahkan masalah pribadi dan sosial, mengptimasi bakat dan minat melalui pendekatan pendidikan dan vokasional yang terstruktur dan terarah, didukung oleh sumber daya dan bantuan luar sekolah.
Dengan demikian, siswa diharapkan mampu memecahkan masalahnya sendiri, mengembangkan kemandirian, mencapai kesuksesan dalam kehidupan, dan menjadi warga negara yang produktif dan bertanggung jawab. Program bimbingan dan konseling yang efektif juga membantu siswa mengembangkan keterampilan hidup, seperti komunikasi, kerjasama tim, dan pengambilan keputusan.
Tantangan baru dalam dunia pendidikan memerlukan layanan bimbingan konseling yang terus diperbarui. Salah satu cara sekolah SMA Negeri 2 Cepu menjaga relevansi adalah melalui evaluasi tahunan. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah baru yang dihadapi siswa, seperti peningkatan kasus pelanggaran aturan (misalnya, bolos atau tidak memakai helm) hingga kecurangan akademik yang berkembang seiring kemajuan teknologi.
Sekolah juga memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan layanan, seperti penggunaan asesmen digital dan sistem evaluasi berbasis data. Dengan cara ini, program bimbingan konseling tetap relevan dengan kebutuhan siswa dan mampu mengatasi tantangan zaman.
D.Kendala Utama Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Peserta didik sering menghadapi berbagai permasalahan, seperti masalah pribadi, belajar, sosial dan karir (Tohirin, 2009). Oleh karena itu, Guru BK/Konselor berperan penting sebagai ahli profesional yang membantu mengatasi permasalahan tersebut.
Pelaksanaan Bimbingan Konseling (BK) diatur dalam Permendikbud No. 111 Tahun 2014 Pasal 6 Ayat 4 dan 5, yang menentukan dua jam pelaksanaan BK per minggu. Namun, terdapat banyak Guru BK/Konselor yang menghadapi kendala dalam melaksanakan pelayanan ini.
Untuk mengatasi kendala tersebut, Guru BK/Konselor harus kreatif dalam menyampaikan pelayanan BK. Hal ini memungkinkan peserta didik kenal dengan potensi dirinya dan menyelesaikan permasalahan yang mengganggu. Bimbingan dan Konseling (BK) merupakan bagian integral dari pendidikan dan pengembangan diri. Layanan ini dirancang untuk membantu individu mengenal diri mereka, mengatasi berbagai permasalahan, dan merencanakan langkah-langkah untuk mencapai potensi maksimal mereka. Meskipun peran BK sangat penting, namun realisasinya tidak terlepas dari berbagai kendala yang dapat menghambat tujuan tersebut. Ada berbagai kendala yang kerap muncul, baik dari segi teknis, sumber daya manusia, dan lingkungan. Hambatan ini dapat mengurangi efektivitas layanan dan berdampak pada perkembangan pelajar dan klien.
Mengidentifikasi hambatan terhadap layanan BK merupakan langkah pertama untuk meningkatkan efektivitasnya layanan BK. Tanpa pemahaman yang mendalam mengenai tantangan-tantangan yang ada, sulit bagi konselor dan lembaga atau institusi mengembangkan strategi yang tepat untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Oleh karena itu, analisis menyeluruh terhadap hambatan-hambatan tersebut merupakan bagian penting dalam evaluasi dan peningkatan pelayanan BK.
Secara umum kendala yang sering dihadapi saat proses pemberian layanan BK yaitu mengenai sumber daya manusianya, dimana jumlah konselor masih kurang dibandingkan dengan jumlah pelajar dan klien yang membutuhkan layanan. Di banyak institusi, rasio konselor dengan siswa tidak seimbang, dan konselor kewalahan dalam mempertimbangkan permasalahan individu secara menyeluruh. Selain itu, beberapa konselor mungkin tidak memiliki keahlian atau pelatihan yang memadai yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan tertentu.
Selain itu kendala yang lain yang sering dihadapi saat proses pemberian layanan BK yaitu fasilitas yang kurang ataupun tidak memadai. Banyak sekolah atau institusi yang tidak memiliki ruang khusus untuk layanan BK, sehingga sesi konseling dilakukan di tempat yang kurang privasi, sehingga privasi klien sering kali terganggu. Selain itu, minimnya alat bantu seperti tes psikologi, buku panduan, atau teknologi yang mendukung layanan juga dapat menghambat konselor dalam memberikan intervensi yang efektif.
Di sekolah SMA Negeri 2 Cepu ini biasanya kendala utamanya yaitu saat peserta didik ditanya mengenai suatu permasalahannya, maka tingkat kebohongan akan tinggi atau menutup-nutupi permasalahan tersebut. Jadi bisa diartikan bahwa peserta didik di SMA Negeri 2 Cepu ini masih belum bisa terbuka dan masih takut untuk mengemukakan suatu permasalahan yang sedang dihadapi maupun dialaminya. Hal seperti ini perlu diperhatikan, karena apabila peserta didik tidak bisa terbuka, maka sulit bagi konselor maupun pihak sekolah memahami permasalahan yang sedang terjadi di dalam sekolahannya, baik permasalahan peserta didik maupun yang lainnya.
Sebagai seorang konselor atau guru BK wajib memiliki yang namanya seni dalam bertanya. Perlu bagi seorang konselor atau guru bimbingan konseling memberi kesan empati, sikap sebagai pendengar baik, dan memegang kerahasiaan kien. Selain itu pada saat menggali informasi mengenai permasalahan yang sedang terjadi yaitu dengan bahasa yang sederhana dan ramah. Pertanyaan bisa diawali dengan pertanyaan yang ringan terlebih dahulu. Kemudian juga hindari pertanyaan-pertanyaan yang menghakimi klien atau siswa, sehingga siswa atau klien dapat terbuka dan percaya untuk menceritakan masalahnya dengan jujur. Selain itu kita juga dapat mengetahui apakah permasalahan yang diceritakan peserta didik atau klien ini benar-benar apa yang terjadi atau hanya permasalahan untuk pengalihan saja.
E.Evaluasi dan Administrasi Program BK
Evaluasi program Bimbingan dan Konseling (BK) merupakan proses sistematis untuk menilai efektivitas dan efisiensi program BK dalam mencapai tujuan pendidikan. Proses ini meliputi pengumpulan data, analisis dan interpretasi hasil untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan program.
Administrasi program BK mencakup pengelolaan sumber daya, kegiatan dan dokumen untuk mendukung pelaksanaan program BK. Hal ini meliputi pengelolaan data peserta didik, dokumen program, sumber daya dan kegiatan. Administrasi yang baik memastikan efisiensi, transparansi dan akuntabilitas program BK.
Evaluasi dan administrasi program BK saling terkait untuk meningkatkan kualitas layanan BK. Evaluasi membantu mengidentifikasi kebutuhan perbaikan, sedangkan administrasi memastikan pelaksanaan program yang efektif dan efisien. Dengan demikian, program BK dapat mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
Konseling pendidikan merupakan proses strategis untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan tahap perkembangan. Guru BK/Konselor memiliki peran yang sangat penting dalam membantu peserta didik mengembangkan kemampuan mereka dan mencapai tujuan pendidikan. Melalui pendekatan konseling, Guru BK/Konselor membantu peserta didik mengatasi berbagai permasalahan dan mengembangkan kompetensi sosial, emosional, dan akademik.
Pelaksanaan konseling pendidikan dilakukan secara terstruktur dan terjadwal, dengan rasio 1 Guru BK/Konselor untuk 150 peserta didik (Permendikbud No. 111 Tahun 2014). Layanan konseling dapat dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas, tergantung kebutuhan peserta didik. Dengan demikian, Guru BK/Konselor dapat membantu siswa menjadi anggota masyarakat yang produktif dan berkontribusi positif.
Pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling (BK) tidak terlepas dari dua komponen penting, yaitu evaluasi dan administrasi. Keduanya berperan signifikan dalam menjamin keefektifan dan keefisienan layanan BK, sehingga mencapai tujuan pengembangan potensi siswa secara optimal Keduanya saling berkaitan dan menjadi landasan dalam memastikan bahwa tujuan layanan bimbingan dan konseling tercapai. Selain itu evaluasi dan administrasi program bimbingan dan konseling juga merupakan suatu upaya dalam meningkatkan kualitas layanan.
Evaluasi program Bimbingan dan Konseling (BK) merupakan suatu proses analisis menyeluruh dan sistematis yang bertujuan untuk menilai sejauh mana efektivitas pelaksanaan program BK dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga dapat diidentifikasi kekuatan, kelemahan, dan peluang perbaikan. Evaluasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa layanan yang diberikan sinkron atau sesuai dengan kebutuhan konseli dan mendukung pengembangan mereka secara optimal. Selain itu, evaluasi sebagai dasar untuk perbaikan program pada masa yang akan datang. Evaluasi meliputi penilaian terhadap proses, hasil, dan efek program terhadap peserta didik atau konseli. Evaluasi membantu konselor untuk mengetahui apa saja yang telah berjalan dengan baik dan bagian mana yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Dengan adanya penilaian yang terencana, program bimbingan dan konseling bisa diubah sesuai dengan kebutuhan konkret konseli. Selain itu dengan evaluasi, konselor dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan program yang dijalankan. Dengan demikian, mereka dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif.
Langkah awal evaluasi program Bimbingan dan Konseling adalah yang pertama menentukan tujuan dari evaluasi tersebut, yang kedua mengidentifikasi indikator keberhasilan, yang ketiga menentukan metode evaluasi, yang keempat memilih alat dan melakukan pengumpulan data, yang kelima menganalisis data, yang keenam menginterpretasikan data, yang ketujuh pelaporan hasil, yang terakhir yaitu tindak lanjut.
Administrasi program BK adalah proses pengelolaan sistematis yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan pendokumentasian semua aktivitas bimbingan dan konseling. Tujuan dari administrasi ini merupakan untuk memastikan bahwa layanan bimbingan dan konseling berjalan secara efektif, efisien, dan sinkron sesuai dengan kebutuhan konseli juga tujuan institusi pendidikan. Administrasi program bimbingan dan konseling melibatkan berbagai macam aspek, misalnya pengelolaan sumber daya manusia, penjadwalan layanan, pengorganisasian dokumen, sampai penilaian atau evaluasi keberhasilan program. Dengan administrasi yang baik, konselor bisa memastikan bahwa seluruh aktivitas pada layanan bimbingan dan konseling, baik individual juga kelompok, dilaksanakan secara terarah dan terdokumentasi dengan baik.
Salah satu elemen krusial pada administrasi bimbingan dan konseling yaitu penyusunan rencana program bimbingan dan konseling. Program ini meliputi jadwal layanan konseling, tujuan kegiatan, metode pelaksanaan, dan indikator keberhasilan. Administrasi jugaa meliputi penyediaan fasilitas yang mendukung, misalnya ruang konseling, alat bantu psikologi, dan perangkat teknologi.
Selain itu, administrasi program BK jugaa meliputi proses pendokumentasian yang rapi. Semua kegiatan BK, termasuk hasil konseling, asesmen, dan perkembangan konseli, perlu dicatat secara sistematis agar memudahkan penilaian dan pelaporan.
Pada sekolah SMA Negeri 2 Cepu ini setiap tahunnya pasti akan ada evaluasi. Di mana evaluasi ini berfungsi untuk mengupdate apa yang telah dilakukan. Sebagai contoh kecurangan dalam mencontek yang semakin tahunnya itu berkembang memiliki berbagai cara, Semakin guru tahu cara mencontek, maka peserta didik akan memakai cara lain untuk bisa mencontek. Sehingga evaluasi akan melihat dari tahun-tahun sebelumnya sebagai referensi apa yang akan direncanakan dan dibuat untuk program yang akan datang. Jadi fungsi dari program bimbingan dan konseling akan tetap relevan dan efektif. Apabila tidak diupdate dan menyesuaikan kebutuhan peserta didik yang berkembang, maka program bimbingan dan konseling akan ketinggalan, baik secara keilmuan ataupun praktik.
F.Koordinasi dengan Pihak Lain
Koordinasi dalam layanan BK merupakan proses mengelola dan mengintegrasikan sumber daya, kegiatan dan pihak terkait untuk mencapai tujuan layanan yang efektif dan efisien. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas layanan, mengoptimalkan sumber daya dan membantu peserta didik mencapai tujuan pendidikan.
Koordinasi yang efektif meningkatkan kualitas layanan BK, mengurangi duplikasi kegiatan dan meningkatkan kerjasama tim. Hal ini juga membantu pengembangan program BK dan meningkatkan kepuasan peserta didik dan orang tua.
Koordinasi harus berdasarkan prinsip kerjasama tim, komunikasi efektif dan keterbukaan. Tantangan seperti keterbatasan sumber daya, kurangnya komunikasi dan perbedaan pendapat dapat diatasi dengan perencanaan yang baik, komunikasi yang efektif dan kesepakatan yang jelas.
Kolaborasi dalam pelayanan konseling memiliki delapan karakteristik kunci menurut Young (Ramdani et al., 2020). Pertama, partisipasi yang setara tanpa hierarki, memungkinkan semua pihak berkontribusi secara aktif. Kedua, semua peserta bertanggung jawab atas keberhasilan proses.
Karakteristik lainnya meliputi: tujuan yang realistis, definisi masalah yang jelas, saling belajar dan mengajar, serta pengujian berbagai opsi. Selain itu, implementasi solusi dilakukan secara bersama-sama oleh pemangku kepentingan, dan semua pihak mendapatkan informasi terkini tentang perkembangan situasi.
Guru BK dapat menerapkan karakteristik ini untuk melakukan kolaborasi efektif dengan berbagai pihak. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia. Melalui kolaborasi, semua pihak bekerja sama sebagai mitra setara untuk membimbing siswa menyelesaikan masalah secara mandiri.
Untuk memastikan keberhasilan program, guru BK melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala. Dengan demikian, proses kolaborasi dapat dioptimalkan dan tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif.
Koordinasi dengan pihak lain sangat dibutuhkan pada pelaksanaan bimbingan dan konseling (BK). Hal ini lantaran kasus yang dihadapi peserta didik sering kali melibatkan banyak sekali aspek kehidupan mereka, misalnya lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tanpa adanya koordinasi yang baik, layanan bimbingan dan konseling mungkin tidak bisa memberikan solusi yang tepat dan efektif. Beberapa yang dapat berkoordinasi dalam pelaksanaan programbimbingan dan konseling yaitu orang tua peserta diidik, wali kelas, guru mata pelajaran, pihak luar seperti psikolog, psikiater, atau lembaga sosial.
Berikut merupakan beberapa alasan mengapa koordinasi ini sangat penting yaitu koordinasi menggunakan pihak lain, misalnya orang tua, wali kelas, atau pengajar mata pelajaran, membantu konselor tahu kondisi peserta didik secara menyeluruh. Informasi berdasarkan berbagai macam pihak memberikan gambaran mengenai kehidupan peserta didik, baik pada rumah, sekolah, juga komunitas, sehingga pendekatan yang dilakukan lebih relevan dan tepat sasaran.
Kemudian dengan melalui kolaborasi menggunakan wali kelas atau pengajar mata pelajaran, konselor bisa lebih cepat mendeteksi perkara yg mungkin dihadapi siswa. Guru mata pelajaran tidak jarang sebagai pihak pertama yang melihat tanda-tanda adanya perkara ataupun masalah, misalnya penurunan prestasi atau perubahan perilaku, sehingga laporan guru wali kelas maupun guru mata pelajaran pada konselor sangat membantu pada pencegahan dini. Koordinasi pula membantu pada memanfaatkan sumber daya secara maksimal. Misalnya, konselor bisa bekerja sama menggunakan forum eksternal untuk memberikan pembinaan keterampilan, terapi psikologis, atau layanan lainnya yang tidak bisa disediakan oleh sekolah.
Dengan melibatkan berbagai macam pihak, layanan bimbingan dan konseling menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan siswa. Orang tua dan guru pula merasa lebih dilibatkan, sehingga mereka lebih mendukung program bimbingan dan konseling yang dijalankan. Dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, koordinasi dengan pihak lain bukan hanya sebuah kebutuhan, namun pula sebuah taktik atau strategi untuk memastikan layanan yang diberikan benar-benar tepat sasaran dan berguna bagi siswa.
Meskipun koordinasi menggunakan banyak sekali pihak sangat penting, namun terdapat beberapa tantangan yang tidak jarang dihadapi. Misalnya, kurangnya keterlibatan orang tua lantaran kesibukan atau perbedaan pandangan tentang pendekatan yang dipakai pada layanan bimbingan dakonseling. Selain itu, komunikasi yang kurang efektif antara konselor, guru, dan pihak lain bisa merusak keberhasilan program. Oleh karena itu, perlu adanya sistem komunikasi yang terstruktur untuk memastikan setiap pihak tahu peran dan tanggung jawabnya.
SMA Negeri 2 Cepu telah melaksanakan kolaborasi strategis dengan pihak eksternal, khususnya Kepolisian, untuk menangani kasus-kasus yang memerlukan intervensi keamanan dan hukum. Selain itu, Bidang bimbingan konseling juga melakukan kerjasama dengan psikolog profesional untuk memberikan dukungan psikologis kepada siswa yang membutuhkan, seperti kasus siswa kelas 10 SMA Negeri 2 Cepu yang memerlukan bantuan psikologis.
G.Penanganan Kasus Khusus Siswa dan Prosedur yang terstruktur
Kasus peserta didik yang khusus merupakan situasi problematik yang memerlukan perhatian lebih mendalam karena kompleksitasnya dan dampaknya terhadap perkembangan peserta didik. Contoh kasus khusus antara lain gangguan emosi, perilaku menyimpang, perundungan, kecanduan, atau masalah keluarga yang serius. Kasus ini tidak dapat ditangani secara umum, penanganan kasus ini memerlukan pendekatan khusus atau pendekatan individual yang terstruktur sesuai kebutuhan peserta didik, untuk memastikan solusi yang diberikan efektif dan tepat sasaran serta sesuai kebutuhan peserta didik. Tugas BK adalah memastikan peserta didik mendapat dukungan yang tepat untuk mengatasi permasalahannya.
Guru bimbingan dan konseling biasanya memiliki prosedur terstruktur dalam menangani kasus khusus yang dialami peserta didik. Prosesnya mencakup tahapan yang jelas, dimulai dengan identifikasi masalah, asesmen, dan hingga penyelesaian kasus. Setiap tahapan dilakukan secara sistematis untuk memastikan penanganan efektif dan sesuai dengan kondisi peserta didik. Prosedur atau langkah-langkah ini dimaksudkan untuk memberikan bimbingan kepada konselor dalam menghadapi berbagai jenis permasalahan siswa.
Langkah pertama dalam proses penanganan kasus khusus adalah identifikasi masalah. Guru mata pelajaran dan wali kelas, atau teman sekelas sering kali menjadi orang pertama yang menyadari tanda-tanda adanya masalah, seperti perubahan perilaku atau penurunan nilai. Informasi ini selanjutnya dapat diteruskan ke guru BK untuk diproses lebih lanjut. Mengidentifikasi lebih awal ini sangat penting untuk menentukan tingkat urgensi masalah dan mengambil langkah yang tepat untuk menyelesaikan masalah.
Setelah melakukan identifikasi awal, konselor melakukan asesmen mendalam untuk mengetahui akar permasalahan yang dihadapi siswa. Proses ini dapat berupa wawancara yang melibatkan peserta didik, orang tua peserta didik, dan para guru yang terkait, serta penggunaan alat bantu misalnya seperti kuesioner atau tes psikologis. Hasil asesmen ini dapat dipakai untuk merancang intervensi yang sinkron atau sesuai denga apa yang dibutuhkan dan bagaimana karakter peserta didik.
Berdasarkan hasil asesmen, konselor akan membuat rencana intervensi terstruktur. Rencana ini mencakup tujuan yang ingin dicapai, metode yang akan digunakan, dan langkah-langkah yang harus diambil. Intervensi disampaikan melalui pendekatan seperti konseling individu, terapi kelompok, dan program pelatihan khusus. Dalam beberapa kasus, konselor mungkin melibatkan orang tua, guru, atau pihak luar untuk memberikan dukungan tambahan.
Penanganan permasalahan tidak berhenti dalam pelaksanaan layanan. Konselor perlu melakukan monitoring secara bersiklus untuk menilai efektivitas intervensi serta melaksanakan evaluasi pada hasil yang sudah dicapai. Monitoring ini pula melibatkan komunikasi dengan orang tua dan guru agar lebih memastikan lagi apakah diharuskan ada dukungan yang berkelanjutan atau tidak. Dalam masalah tertentu, permasalahan peserta didik mungkin memerlukan penanganan dari luar kapasitas sekolah. Pada situasi seperti ini, konselor akan merujuk peserta didik ke pihak eksternal, misalnya psikolog, psikiater, atau forum sosial. Proses rujukan dalam bimbingan dan konseling membutuhkan persetujuan tertulis dari orang tua atau wali peserta didik sebagai bentuk izin dan kesepakatan dan koordinasi yang baik dengan pihak terkait untuk memastikan kelangsungan penanganan masalah.
Terdapat beberapa klasifikasi atau penanganan khusus pada SMA Negeri 2 Cepu dalam menangani permasalahan khusus pada peserta didik. Pertama, apabila permasalahan pesrta didik masih di tingkatan rendah, maka pihak BK atau guru BK dapat secara langsung memanggil atau menangani permasalahan tersebut dengan peserta didik yang bersangkutan atau bersama wali kelas. Kedua, apabila tingkatkan permasalahan peserta didik rumayan berat, maka pihak BK atau guru BK akan memanngil orang tua dari peserta didik yang bersangkutan. Ketiga, apabila tingkatan permasalahannya lebih berat lagi, seperti permasalahan atau kasus yang ada hubungannya dengan pihak luar, maka pihak BK atau guru BK akan berkoordinasi dengan pihak ekternal.
Sebagai contoh bahwa SMA Negeri 2 Cepu ini pernah di minta pihak kepolisian untuk mempertanggung jawabakan mengenai suatu hal. Maka kemudian SMA Negeri 2 Cepu berkoordinasi atau bekerjasama dengan pihak luar, terutama bagian lembaga hukum yang pastinya sudah paham mengenai hukum-hukum tertetu. SMA Negeri 2 Cepu juga pernah berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk menangani permasalahan yang berkaitan dengan lalu lintas. Semua prosedur yang dilakukan SMA Negeri 2 Cepu ini juga sudah terstruktur.
KESIMPULAN
Konseling pendidikan di SMA Negeri 2 Cepu merupakan proses strategis dan terstruktur yang dilaksanakan oleh Guru BK/Konselor untuk menumbuhkan potensi siswa secara holistik, mencakup kategori akademik, sosial, emosional, karir dan kepribadian. Melalui pendekatan ini, peserta didik dibantu mengatasi permasalahan, mengoptimalkan kemampuan, serta dibentuk menjadi anggota masyarakat yang produktif, berkontribusi positif, berakhlak mulia dan berdaya saing.
Konseling pendidikan di SMA Negeri 2 Cepu bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan, membentuk generasi yang berkarakter, berdaya saing dan siap menghadapi tantangan masa depan. Manfaatnya meliputi pengembangan potensi diri, peningkatan kemampuan sosial dan emosional, serta pembentukan karakter yang kuat. Hal ini sesuai dengan visi dan misi sekolah dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif dan mendukung.
Kerjasama dengan pihak eksternal seperti Kepolisian, psikolog dan lembaga terkait dilakukan untuk mendukung proses konseling, meningkatkan kualitas layanan dan mengatasi kasus-kasus yang memerlukan intervensi khusus. Kolaborasi ini juga membantu membangun kesadaran dan keselamatan di kalangan peserta didik. Dengan demikian, SMA Negeri 2 Cepu dapat memperluas jaringan dukungan dan meningkatkan efektivitas layanan konseling.
Implementasi konseling pendidikan di SMA Negeri 2 Cepu dilakukan melalui berbagai kegiatan, seperti konseling individu dan kelompok, bimbingan karir, serta kegiatan ekstrakurikuler. Evaluasi kemajuan peserta didik dilakukan secara berkala untuk memastikan efektivitas layanan konseling. Hasil evaluasi digunakan sebagai bahan untuk perbaikan dan pengembangan program konseling.
Dengan demikian, SMA Negeri 2 Cepu bertekad agar kualitas pendidikan meningkat dan membentuk generasi yang memiliki karakter, daya saing, serta kesiapan menghadapi tantangan di masa depan. Konseling pendidikan merupakan bagian integral dari proses pendidikan yang berfokus pada pengembangan potensi diri dan pembentukan karakter yang kuat
DAFTAR PUSTAKA
Cholil, H., & Pd, M. (2023). Manajemen Bimbingan Konseling Perspektif Islam. PENERBIT KBM INDONESIA.
Sastraatmadja, A. H. M., Aji, N. U. B., Poetri, A. L., Alwi, M., Suyitno, M., Yundianto, D., ... & Susiloningtyas, R. (2023). Manajemen Pendidikan Islam. Sada Kurnia Pustaka.
Harefa, D., & Telaumbanua, K. (2020). Teori Manajemen Dan Bimbingan Konseling: Kajian Untuk Mahasiswa Pendidikan Dan Keguruan. PM Publisher.
Neviyarni, S. (2023). Manajemen Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah: Konsep, Masalah, dan Solusi. Prenada Media.
Sodik, A. (2022). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Aswaja Pressindo.
Batubara, F. S., Harahap, S., Paramita, S., & Ramadhan, A. (2022). ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI SMK SWASTA TELADAN MEDAN. Effect: Jurnal Kajian Konseling, 1(3), 270-274.
Almawijaya, H. (2015). Analisis Manajemen Bimbingan Konseling Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Siswa. Manajer Pendidikan: Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana, 9(5).
Hidayat, W., Suryana, Y., & Fauziah, F. (2020). Manajemen Bimbingan Dan Konseling Dalam Pendidikan Karakter Peserta Didik. Jurnal Pendidikan UNIGA, 14(2), 346-354.
Rohmah, R. (2019). Urgensi manajemen bimbingan konseling dalam melahirkan peserta didik berkarakter. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, 4(1), 102-115.
Rahmadani, R., Neviyarni, N., & Firman, F. (2021). Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(2), 2973-2977.
Simamora, A. L., & Suwarjo, S. (2013). Manajemen bimbingan dan konseling di SMAN 4 Yogyakarta. Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, 1(2), 190-204.
Fawri, A., & Neviyarni, N. (2021). Konsep Manajemen Bimbingan dan Konseling. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(1), 196-202.
Sinaga, M. H. P., Qurrata, K., & Andini, V. (2022). Pola pelaksanaan manajemen bimbingan dan konseling di sekolah menengah atas. Bulletin of Counseling and Psychotherapy, 4(1), 110-116.
Mahaly, S. (2021). Efektivitas Pelaksanaan Layanan Bimbingan Pribadi Oleh Guru Bimbingan Konseling. Al-Ittizaan: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 4(1), 1-5.
Prayitno. (2001). Panduan kegiatan pengawasan bimbingan dan konseling di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Presiden. Peraturan Pemerintah Nomor 74, tahun 2008, tentang Guru.
Rue, L.W. & Byars, L.L. (2000). Management, skill and application. Ney Work: Mc Graw Hill Companies. Inc.
Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20, tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sukardi, D.K. & Kusmawati, D.P.E.N. (2008). Proses bimbingan dan konseling di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukmadinata, N.S. (2007). Bimbingan dan konseling dalam praktek mengembangkan potensi dan kepribadian siswa. Jakarta: Maestro.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI