Seorang pemimpin yang efektif harus mampu berkomunikasi secara efektif. Komunikasi yang efektif adalah keterampilan mendasar dan penting bagi para pemimpin. Pemimpin yang dapat berkomunikasi secara efektif dapat menginspirasi, mempengaruhi, dan memimpin tim, organisasi, dan negara  menuju kesuksesan.Â
Melalui komunikasi yang efektif, para pemimpin dapat dengan jelas mengkomunikasikan visi, tujuan, dan kebijakan mereka  kepada publik, pemangku kepentingan, dan seluruh negara. Meningkatkan keterampilan komunikasi melalui keterampilan berbahasa yang kuat merupakan bagian penting dari kepemimpinan nasional yang efektif (Mu'in, F. dan Rusma, N., 2022 dalam (Brigjen Hasan Basri et al., 2023)).
Tokoh yang akan di bahas dalam konteks ini adalah Menteri Luar Negeri pertama perempuan yakni ibu Retno Marsudi. Sejak menjabat pada tahun 2014, Retno Marsudi telah menunjukkan gaya kepemimpinan yang unik dan berpengaruh dalam mengarahkan urusan luar negeri Indonesia.Â
Retno Marsudi lahir pada tanggal 27 November 1962 di Semarang. Nama ayahnya adalah Moch. Siddiq adalah seorang guru sekolah menengah dan veteran militer yang bertugas sebagai tentara pelajar. Ibunya, Retno Werdiningsih, saat itu sebagai staf di salah satu SMA swasta di Semarang.
Retno Marsudi sendiri merupakan anak sulung dari lima bersaudara. Ia menempuh pendidikan dasar dari SD hingga SMP  di kota Semarang, kemudian menempuh pendidikan SMA  di SMA 3 Semarang, lulus pada tahun 1981 dengan nilai . Setelah lulus  SMA, saya melanjutkan studi S1 di Universitas Gadjah Mada (UGM), jurusan  Hubungan Internasional.Â
Dan menyelesaikan studi sarjananya dengan predikat sangat memuaskan dan tercatat sebagai Wisudawan Tercepat Fisipol pada tahun 1985 (Permana, 2021). Bersamaan dengan kelulusannya, Kementerian Luar Negeri juga melakukan seleksi calon diplomat dari 10 universitas besar, termasuk UGM.Â
Ia terpilih sebagai kandidat diplomatik dan langsung menerima jabatan di  Departemen Luar Negeri. Namun untuk memperdalam ilmu diplomasi, ia melanjutkan studi pada tahun 2000 di Program Studi Hukum Uni Eropa di Haagse Hoge School di Den Haag. Ia juga pernah menjadi mahasiswa tamu di Fakultas Hak Asasi Manusia Universitas Oslo pada tahun 2006.
Karir diplomasi Retno dimulai pada tahun 1986 saat ia bergabung dengan Kementerian Luar Negeri RI. Sejak itu, beliau pernah menjabat berbagai posisi penting, antara lain Duta Besar Indonesia untuk Norwegia dan Islandia pada tahun 2005 hingga 2008 dan Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda pada tahun 2012 hingga 2014.Â
Pengalaman internasional yang luas membuat kemampuan Retno dalam bernegosiasi serta mengelola hubungan bilateral dan multilateral. Pada tahun 2014, Retno Marsudi diangkat menjadi Menteri Luar Negeri oleh Presiden Joko Widodo. Sejak pengangkatannya, beliau telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam memperkuat profil diplomatik internasional Indonesia.
Kepemimpinan perempuan merupakan salah satu bentuk modal sosial. Modal sosial digambarkan sebagai kepercayaan, jaringan, dan norma yang menumbuhkan kerjasama untuk saling menguntungkan (Putnam, 1993: 167 dalam (Samuel & Badaruddin., 2015)). Modal sosial merupakan penentu dan landasan masyarakat yang tertib dan sejahtera.Â
Di Indonesia, kepemimpinan perempuan memiliki aspek positif dan negatif, dan sebagian umat Islam masih mempertanyakan apakah perempuan menjadi pemimpin adalah dosa atau malah tidak. Kabinet Indonesia lebih sadar akan peran perempuan dalam posisi-posisi strategis dibandingkan kabinet sebelumnya, di mana perempuan lebih menonjol.Â