Ia pun rajin shalat, dan menurut informasi bahwa di rumah dr. Poch terdapat Al-Quran berbahasa Jerman. Jika ditanya dari mana ia punya itu, dituturkan bahwa ia membawa dari negaranya, karena sejak dulu sudah mengenal agama Islam. Dokter Poch menerangkan, "Malah orang tua saya memberikan amanat, jika ingin memilih agama, pilih agama Islam".Â
Sulaesih juga menuturkan bahwa jika waktu luang, dr. Poch suka mendongengkan ketika dia memimpin perang di Jerman. Dikatakan bahwa tangannya menjadi gemetar karena ketika perang dia sering menggebrak meja. Bahkan dr. Poch sering mengaku bahwa dirinya adalah Hitler. Ia berkata demikian disebabkan karena sudah terlalu percaya pada Sulaesih.
Begitu penuturan ia yang dituturkan dr. Sosro. Tiga bulan setelah menikah, Sulaesih menuturkan bahwa dr. Poch mengajaknya untuk pergi ke Bali untuk bertemu Konrad Adenauer. Dituturkan oleh Sulaesih, "Tidak tahu bagaimana caranya dr. Poch bisa bertemu dan berjabat tangan erat dengan tamu negara tersebut, yang dilanjutkan ngobrol dengan bahasa Jerman".Â
Sulaesih menanyakan kepada dr. Poch tentang apa yang dibicarakannya, dr. Poch hanya menjawab, "Pokoknya hati saya senang, karena Konrad Adenauer ingat siapa saya"
Masih mengenai sifat dan karakter dr. Poch, sesuai penuturan Sulaesih yang diterangkan dr. Sosro bahwa semenjak menikah dengan Sulaesih, dr. Poch jarang tampil di muka umum. Jika diminta pidato di acara-acara resmi, selalu diwakilkan oleh Sulaesih.Â
Walaupun begitu, dr. Poch mempunyai jiwa sosial yang besar, saat ada pasien yang menelepon tengah malam pun ia dengan cepat datang ke rumah pasien itu walau lokasinya jauh. Jika saat memeriksa pasien tetapi obat yang dibawanya salah, maka ia akan kembali ke rumah untuk mengambil obat. Diterangkan pula bahwa dalam setiap perjalanannya, dr. Poch selalu ditemani Sulaesih dengan menggunakan mobil jipnya dengan kecepatan tinggi. "Padahal usianya sudah tua" kata Sulaesih.Â
Selain itu Suleasih juga menerangkan bahwa sekali waktu ia mengajak pergi ke Sukabumi menemui orang tuanya. Tidak ada meja makan di tempatnya. Dokter Poch dihidangkan dengan telur mata sapi dan melahapnya di kursi tanpa banyak komentar.
Sulaesih juga menuturkan dr. Poch mempunyai kebiasaan yang menurutnya aneh yaitu, suka meramal umur pasiennya. Dikatakan bahwa ramalan itu benar terjadi. Ia menerangkan sewaktu dr. Poch terkena serangan jantung di Surabaya, saat itu pukul 12 malam, dr. Poch menolak untuk diberi tindakan medis.Â
Keesokan harinya pukul 12 siang dr. Poch berkata pada Sulaesih, "Ah Esih, tidak usah repot-repot mengobati saya, menurut perasaan saya umur saya tidak akan sampai besok". Hal itu benar terjadi tepat pukul setengah delapan malam dr. Poch menghembuskan nafas terakhir
Dokter Poch meninggal dunia
Pada bulan Januari 1970, dr. Poch bersama Sulaesih mengantar seorang pasien ke Rumah Sakit Karang Menjangan di Surabaya. Selama di Surabaya mereka menginap di rumah dr. Linaya.Â