Nah, kalo mamanya lain lagi, Matahari malah disuruh meneruskan usaha cateringnya, alasannya pun absurd. Anak lelaki pasti doyan makan, maka pasti akrab dengan makanan.
"Ma, bener, aku bisa akrab dengan makanan. Saking akrabnya mereka kubiarkan menyatu ditubuhku..." ucap Matahari satir pada suatu waktu.
Jelas kan kalau masalah keakraban, tapi hubungannya apa antara tukang makan dengan menjalani bisnis makanan coba?
Padahal jelas, Susan sering membantu mamanya yang hanya punya dua karyawan, PRT nya Bik Tuti dan suaminya yang bagian antar dan mengirim makanan.
Jika tinggal di rumah Susan, bukan saja Matahari bisa bermalas-malasan, tapi bisa main dengan si Juwita, anak Susan yang masih balita dan lagi lucu-lucunya.
Selain itu, secara akademis, kuliah Matahari juga tak ada hubungannya sama sekali dengan bengkel dan kuliner. Matahari merupakan lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom).
Meski pada akhirnya Papa dan Mamanya selalu punya dalih atas sisi akademis Matahari, itu belum dari pekerjaannya yang lebih sering bergerak di dunia kreatif, terutamanya dunia tulis menulis.
"Komunikasi dan menulis itu kan pas sama usaha bengkel dan kuliner, Mat." tanya Papanya pada suatu ketika.
"Ya kalo semuanya di pas-pasin sih pasti ada, Pa. Tapi ini kan terkait sama passion aku,"
"Halah, passion. Hari gini kamu masih percaya passion itu dapat bikin kamu jadi kaya?" desak Papanya dengan pertanyaan.
"Mungkin nggak sekarang, Pa. Tapi nggak tau kalo nanti," pungkas Matahari.