Ibadah berarti ketundukan kita kepada Allah, karena Allah menciptakan kita adalah agar kita beribadah kepada-Nya, “Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku” (Q.S adz-Dzaariyaat ayat 56).
Dan cara untuk beribadah kepada Allah adalah dengan mentaati perintahNya, termasuk melakukan apa yang diwajibkan Rasul-Nya, “Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah menaati Allah.” (Qs. An-Nisaa’ [4] : 80).
Jadi, Ya, belajar adalah ibadah, jadi anda belajar di bulan puasa adalah merupakan ibadah di bulan puasa. Lalu mengapa perlu di manajemen, perlu dikelola, karena bisa jadi ibadah yang anda lakukan bukan menjadi suatu ibadah. Loh kok bisa ?.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya tidaklah engkau membelanjakan suatu harta demi mendapatkan keridhaan Allâh, melainkan engkau mendapat pahala darinya. Sampai pun sesuap makanan yang engkau berikan kepada istrimu. [Muttafaqun ‘alaih].
Mari kita dalami sabda dari Rasulullah di atas, orang yang belanja itu bisa mendapatkan pahala loh dari Allah. Jadi teman2 kalau belanja ke toko beli telur, gula, susu, siapa bilang itu bukan ibadah, Masyaallah itu bisa menjadi ibadah teman2, lihat kata kuncinya “demi mendapatkan keridhaan Allâh”.
Jadi teman2 belajar, mengerjakan tugas kuliah karena semata-mata itu adalah karena teman2 ingin mendapatkan keridhaan Allah karena itu adalah kewajiban kita menuntut ilmu, maka insyaallah itu menjadi ibadah teman2.
Nah kalau belajar, belanja, yang adalah aktifitas yang bersifat duniawi bisa jadi kategori ibadah, maka pun berlaku sebaliknya amalan yang sifatnya ibadah kepada Allah secara langsung seperti shalat/puasa pun juga hanya menjadi rutinitas atau singkatnya tidak bernilai pahala loh. Waah kok bisa ?.
Ingat mengapa aktivitas dunia menjadi ladang pahala ?, karena niatnya untuk mendapat ridha Allah. Pun ketika shalat/puasa bukan untuk mendapat ridha Allah, namun hanya untuk ditunjukkan kepada manusia, untuk dipamerkan, menjadi kesombonga, maka bukan pahala yang didapat, tapi na’udzubillah bisa dosa yang dia dapat.
Ada cerita menarik antara Nabi Muhammad dengan Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad bercerita, “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya.
Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Dan seterusnya …. (haditsnya masih panjang hehehe). (HR. Imam Muslim, Kitabul Imarah, bab Man Qaatala lir Riya’ was Sum’ah Istahaqqannar).
Coba bayangkan, Orang Jihad teman2 bisa dimasukkan Allah ke neraka, mengapa ?, karena salah niat. Maka Masyaallah mengkaji bab niat ini kita harus hati2 teman2. Ibadah bisa jadi rutinitas, tidak berpahala, malah bisa dosa. Sebaliknya, rutinitas bisa jadi ibadah dan jadi ladang pahala.