Bagaimana caranya orang tersebut tau ?, karena dia sudah mempersiapkan dirinya, orang2 yang punya persiapan, orang2 yang telah merencanakan inilah yang insyaallah bisa melalui setiap persoalan tersebut. Oleh karen itu Allah berfirman “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al-Hasyr Ayat 18).
Dari sini jelas Allah memerintahkan kita agar selalu waspada, selalu memperhatikan apa yang kita kerjakan, karena itu akan berdampak di suatu hari, yaitu ketika kita kembali kepada Allah. Maka apa yang kita lakukan saat ini semua akan berdampak kelak ketika kita bertemu dengan Allah. Maka akan ada 2 dampak, dampak baik dan dampak buruk. Dan pasti kita ingin apa yang kita lakukan berdampak baik agar dapat kembali kepada Allah dalam keadaan baik.
Dari sini sudah jelas, apa yang kita lakukan saat ini akan berdampak pada hari esok ketika kita bertemu Allah, maka yang harus kita lakukan adalah perhatikan apakah yang saat ini kita lakukan baik atau tidaknya.
Bagaimana kita mengetahui apa yang kita lakukan baik atau tidak. Ingat apa yang dilakukan oleh pesawat di bandara A agar bisa ke bandara B ?. ya dia mengumpulkan banyak informasi mengenai hal-hal apa saja yang dilakukan di udara nantinya agar bisa selamat menuju bandara B. Manusia pun juga begitu, kita sudah tau berasal dari Allah, maka yang harus kita lakukan adalah memperdalam ilmu kita untuk menjalani kehidupan kita dengan baik, agar bisa menuju kepada Allah dalam keadaan baik pula.
Ilmu, inilah yang sangat penting yang perlu ada pada diri kita semua. Dengan ilmu inilah kita bisa mengetahui apa yang perlu dilakukan dan tidak perlu dilakukan. Apa jadinya orang yang baru diberikan telepon genggam tanpa sebelumnya pernah mengetahui benda tersebut?, tentu dia bingung dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan, atau justru coba-coba dengan modal peruntungan.
Ketika ada sebuah panggilan masuk bisa jadi dia tekan tombol hijau atau merah, tak tahu mana yang dia tekan. Berbeda dengan orang yang sudah tahu untuk menekan tombol hijau ketika harus mengangkat panggilan masuk, dia lebih bisa menggunakan telepon tersebut dengan maksimal.
Ya itulah perumpamaan kecil orang yang berilmu dan yang tidak berilmu. Perumpamaan yang sangat sederhana, bagaimana dengan aktivitas yang lainnya, seperti pengeboran minyak, membuat pesawat, atau membuat gedung bertingkat?, tidak mungkin orang melakukan hal tersebut jika dia tidak memiliki pengetahuan. Apalagi dalam kaitanyya untuk menuju kepada Allah, tempat terakhir kita, tempat semua berasal dan kemabli, sudah pasti kita butuh ilmu agar mengetahui apa yang perlu kita lakukan agar dapat kembali keapda Allah dalam keadaan baik.
Oleh karena itu kenapa Allah perintahkan kita tahu dulu baru berbuat. Berilmu dulu baru bertindak. Allah telah sampaikan dalam pertunjukNya, "Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 36). Oleh karena itu benarlah ungkapan Nabi Muhammad, apabila kita ingin mendapatkan kebaikan baik dunia atau akhirat atau keduanya, maka caranya adalah dengan ilmu.
Sehingga kita perlu mengetahui apa saja yang perlu dilakukan ketika kita menghadapi suatu persoalan. Tujuannya adalah persoalan tersebut terjawab dengan cara yang tepat, dengan cara yang tidak berdampak buruh terhadap perjalan kita menuju kepada Allah. Jika cara kita baik, maka insyaallah perjalanan kita menuju Allah juga akan baik dan akan sampai dalam keadaan baik.
Lalu dari mana kita bisa mendapatkan ilmu tersebut ?.
Ilmu adalah cahaya, Al Ilmu Nuurun, dan kebodohan adalah bahaya, wal jahlu dlaarun. Ilmu ibarat cahaya yang menerangi dalam kegelapan. Membuat kita tahu harus mengambil ke arah mana kita harus pergi. Menyelamatkan kita dari jurang, meneyalamatkan kita dari kesesatan.