“jangan Buk. Jangan. Nora sayang dia, Buk. Tolong....”
“Sayang?”
Ibuk menatapku dengan pandangan nanar.
“begini saja Nora, sekarang kamu pilih Ibuk atau dia? Ibuk bertanya terakhir kali dan kamu harus menjawabnya.”
“Buk...”
“Jawab Nora!”
Aku tak bisa menjawab. Air mataku terus jatuh. Tapi Ibuk terus mendesakku untuk memilih. Aku melihati lelaki yang masih berlutut itu. Sungguh, aku mencintainya. Aku pasti gila kalau tidak bersamanya. Lalu aku ganti menatap Ibuk di depanku. Dia orang pertama yang kulihat di dunia ini. Sepanjang hidupku tak akan pernah berarti tanpanya. Tapi aku harus memilih.
“maaf Buk, kali ini, Nora memilih dia.”
Aku tahu Ibuk pasti sakit hati, Ibuk pasti marah. Tapi aku tak peduli. Aku mencintainya. Aku mencintai dia, kekasihku.
“Baiklah... kamu sudah memilih....”
Ibuk tiba-tiba setengah berlari keluar pagar.