Bantah si lelaki sambil memohon, suaranya memelas. Aku tak tega mendengarnya.
“dasar! Pergi kamu. Kamu nggak pantes untuk anak saya. Mau kamu kasih makan apa anak saya kalau sama kamu?...”
Wanita tua itu menghujat si lelaki dengan banyak sumpah serapah dan kalimat-kalimat yang tidak menyenangkan. Si gadis hanya bisa menangis dan memohon pada wanita tua itu. Tapi tak da yang bisa menghentikan si wanita tua. Dia terus dan terus berbicara seolah semua harus tunduk padanya. Akupun merasa bising. Suaranya, omelannya, hinaannya sungguh memekakkan telinga. Ku tutup telingaku rapat-rapat. Namun anehnya suara-suara itu makin jelas terasa.
Aku mencoba melarikan diri. Kulangkahkan kakiku secepat mungkin menghindari mereka. Sungguh aku tak ingin mendengarnya.
“dasar kamu! Kamu pilih Ibuk atau dia? Ayo pulang!! Kamu bisa menemukan yang seribu kali lebih baik dari dia.”
Aku tak tahan lagi. Suara-suara itu tak mau berhenti. Dan telingaku terasa sangat sakit dan makin sakit. Aku tak tahan lagi, sungguh. Kumohon, hentikan semuanya.
“hentikaaaaaaaaaaaaaan...........”
Aku menjerit sekuat tenaga hingga kurasakan tubuhku terduduk.
“Nora? Anda baik-baik saja?”
Seorang wanita yang tadi menanyaiku kini ada di sampingku, memegangi pundakku.
“hentikan, kumohon..”