Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mak Lerong Korong

18 Januari 2020   12:43 Diperbarui: 19 Januari 2020   12:38 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cantikalayanti.blogspot.com

Terdengarlah oleh buya bahwa salah satu warga mengatakan bahwa mak Lerong pernah memaksa sulin untuk mengugurkan kandungan anaknya.

Sebab mak Lerong membutuhkan tumbal untuk menambah kekuatan gaibnya.

 Sulin memberontak pada malam itu. Lebih memilih lari di tempat suaminya belerja di Kota yang jauh dari kampung. Semenjak itu Sulin tidak pernah mendatangi mak Lerong yang semakin Hari semakin menua.

Buya pun berupaya memahami permasalahan yang dialami mak Lerong.

"Sudah ibuk-ibuk jangan berburuk sangka dulu doakan saja Mak Lerong dapat cepat sembuh"

 kemudian buya pergi keluar rumah Mak Lerong sambil berpikir.

Tak lama kemudian Mak Lerong memanggil Buya untuk mendekati nya. Buya pun langsung duduk disamping Mak Lerong yang terbaring. 

"Buya, aku memang berdosa selama ini, aku akan bisa pergi dengan ikhlas jika Buya mau membantuku" dengan suara yang terbata-bata

"Jangan kwartir mak, saya akan membantu sebisanya"
Mak Lerong tersenyum kaku dan menunjuk ke sebuah lemari tua, "tolong, buang botol yang didalam lemari itu"
Buya tahu maksud Mak Lerong. 

Langsung mengambilnya dan melihat isi yang dalam botol dengan tertegun. "Astagfirullah, bersekutu dengan jin, tidak akan mendapatkan faedah, yang ada hanya mudarat bagi pengikutnya"

Buya menutupi botol itu dengan serbannya setelah di bacakan doa-doa pengusir jin. Botol dibuang Buya dan Mak Lerong pun menghembuskan napas terakhir. Apapun itu dalam botol kami tidak tahu isinya. Sekarang Mak Lerong telah pergi dan gugur bersama dedaunan kering.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun