Sungguh tatapan mak Lerong membuatku mengigil. Memang benar kata orang, kalau mak Lerong memiliki kekuatan magis yang kuat.
Setelah kejadian itu Saya jadi trauma untuk mengintip kegiatan mak Lerong dengan pasiennya.
****
Tiga Hari berlalu. Tidak Ada yang berubah. Ibuk masih pergi ke sawah untuk bertani, dari pagi  sampai sore. Keadaan kampung yang selalu ramai oleh anak-anak kecil yang berkeliaran bermain lari-larian.Â
Suara tetangga yang tidak bisa diam memarahi anaknya
 Terdengar suara wanita parubaya mengomeli suaminya yang masih  tidur. "Malu sama  ayam yang sudah mencari makan dari subuh"
Hiruk pikuk kampungku tidak dipedulikan oleh mak Lerong .
Seperti biasanya mak Lerong duduk di pintu rumah sambil mengunyah sirih. wajar saja giginya bewarna hitam dan mulut penuh dengan warna merah darah.Â
Ampas sirih yang selalu dibuang didepan halaman rumah mak Lerong membuatku tidak bernafsu untuk makan pagi ini, setelah membuka jendela kamar.Â
Lirikan Mata mak Lerong memaksaku untuk senyum padanya.
Pohon tua yang berada di samping rumah mak Lerong. Menggambarkan kepribadian mak Lerong  tanpa dedaunan apalagi buah segar.Â
Hanya bersisa ranting-ranting lapuk dan batang pohon yang penuh dengan bercak-bercak putih. Beberapa burung gereja hinggap didahan ranting kemudian kembali terbang
***
Ketika menyapu lantai teras rumah, Saya terkejut melihat seorang wanita pucat yang berjalan seorang diri. Saya merasa tidak asing dengan wanita itu. Tapi saya merasakan Ada yang aneh dari wanita muda itu.
Saya pun mengamatinya sambil berpikir keras tentang sosok wanita itu. Akhirnya saya sadar bahwa wanita itu adalah wanita yang mengetok pintu rumah saya dua minggu yang lalu. Dalam kondisi hamil.Â
Tapi kenapa perut wanita itu bisa hilang. Apa yang terjadi denganya? Tidak mungkin dia siap melahirkan.