Tidak mau ikut campur urusan ibuk. Jadi Saya hanya menunggu ibuk di rumah.  Perasaanku mulai tidak enak, melihat keberadaan ibuk di rumah Mak Lerong. Selang beberapa waktu kemudian  ibuk datang dengan kondisi butu-buru. "Ada apa bu?" Saya mengikuti ibuk ketika dia mengambil air di dalam rumah.Â
Ibuk tidak menjawab. Setelah air diambil ibuk langsung kembali ke rumah Mak Lerong. "Kami tunggu sini, jangan. Ikut campur urusan orang lain" pesan ibuk setelah sampai di depan pintu.
Ibuk pun memanggil tetangga yang lain untuk masuk ke rumah Mak Lerong. Akhirnya salah satu warga keluar dan menutup hidungnya. Saya mulai binggung dan kepanikan melihat ekspresi dari tetangga Saya itu. Karena penasaran Saya menunggu tetangga lewat dihadapan rumahku." Buk, apa yang terjadidengan mak Lerong buk" tanyaku Ibuk itu menggelengakn kepala " aduh, Nah, perut ibu mual. Setelah melihat keadaan mak Lerong .
"Memang Ada apa dengan mak Lerong buk"
"Dia mengalami kudis yang parah, sampai-sampai berulat" ibuk itu mengeluarkan air lidahnya Dan pergi menutup mulut
"Astafirullah , apa benar itu buk"
Pantasan dalam 2 Minggu ini Saya jarang melihat mak Lerong dan tamu yang datang keruamhnya.
****
Simpang siur kabar datang ke telinga Saya mendengar berita buruk tentang mak Lerong. Ada yang bilang mak Lerong butuh tumbal, hukum karma, pembalasan nujuman untuk mak Lerong Dan masih banyak lagi.Â
Sampai akhirnya salah satu warga menghubugi anak mak Lerong yang dirantau. Anak itulun kembali ke kampung dan merawat  mak Lerong. Sudah 10 tahun anak mak Lerong di rantau.
 Tidak Ada kabar tentang hubungan harmonis mak Lerong dengan anaknya.
Dulu ketika saya kecil mak Lerong tetal dengan pekerjaan nya mengobati orang, membantu melahirkan dan masih banyak kepandaian mak Lerong dalam hal gaib yang tidak banyak Saya ketahui.Â
Untunglah anak mak Lerong mau merwat mak Lerong yang sakit parah tersebut.
Waktu berputar Kian cepat. Mak Lerong tetap dengan kondisi yang semakin parah. Beberapa pengobatan pun dilakukan namun tidak Ada yang berhasil.
 Sampai akhirnya di sarankan oleh satu warga untuk berobat ke buya Zainudin. Seorang buya yang juga bisa mengobati orang sakit.
Buya itu datang dan melakukan dialog dengan mak Lerong. Awalnya mak Lerong menolak kedatangan buya tersebut " putih dan hitam tidak bisa bersama" ungkapan itu selalu disampaikan mak Lerong kepada buya dengan suara yang  terbata-bata
Tetap saja buya mendekatinya untuk membantu mak Lerong
"Mak, tinggalkan yang hitam, lahirkanlah yang putih"
"Hitamku sudah menjadi diriku, putih bukan jati diriku"