"Jangan-jangan dia menggugurkan kandungannya" suara batinku bergejolak ketakutan.
***
Malam sudah semakin tua. Suara-suara binatang malam beriring dengan nyanyian kesedihan.  Lampu pijar dan cahaya redupnya tidak bisa menyihir mataku agar tidur.  Malahan otakku berpikir keras mengingat kejadian dua minggu  yang lalu, dan memastikan keraguan dalam diri.
Kosong tak berarti pikiran malam ini. akhirnya, Saya beranikan kembali untuk mengintip di lubang kecil jendela kamar dan memandang ke arah rumah mak Lerong.
Tidak Ada yang aneh dari rumah tersebut. Tapi tidak lama kemudian Saya mendengar langkah orang berjalan. Terdapat 1 orang laki-laki dan satu orang perempuan. Mengetuk Pintu rumah Mak Lerong.Â
Sembari menunggu mak Lerong keluar rumah. Wanita tersebut duduk di teras rumah mak Lerong dengan keadaan lesu dan menangis tersedu-sedu. Ingin rasanya aku menolong wanita yang seumuran dengan diriku itu.
Sikap sepasang manusia  itu memang aneh.Â
Apalagi  melihat tindakan laki-laki yang bersama wanita itu, dia selalu menarik wanita itu untuk berdiri. Wanita yang tak berdaya itu ingin memaksa pasanganya untuk kembali pulang.
Pertengkaran hebat pun terjadi. Ketika laki-laki itu menarik wanita itu dengan keras, sehingga membuanya  terjatuh di lantai.
Laki-laki itu menutup mulut wanita yang malang. Tiba-tiba muncul mak Lerong Dan menyuruh tamu masuk. Pintu dikunci mak Lerong.
"Sialan, ini tidak bisa dibiarkan" geramku dalam kamar redup
Tapi, Saya juga takut dengan mak Lerong itu jangan kan menemuinya menatap matanya yang cekung , sudah membuatku ketakutan.
Sembari duduk diatas kasur dan berjalan mondar mandir, menunggu tamu Mak Lerong kaluar. Saya dikejutkan dengan suara teriakan wanita kesakitan. Langsung saya mengintip.Â