“Huuuh! Sok ahli jadi analis! Apa hubungannya nyontek LKS dengan Indonesia yang tak maju-maju?”
“Kamu itu titik sampel! Teman-teman di kelas ini titik-titik sampel lain! Kebiasaan kalian menyontek LKS itu membuat kalian itu malas! Kalian adalah….. “
“Generasi peneruuuuuus buuuuuuu!” Kata teman-temannya yang merasa sedang disindir begitu kompak. Namun setelah itu mereka terbahak-bahak bersama-sama. Selanjutnya LKS Zaniar jadi bahan referensi – tepatnya dicontek – teman-temannya.
“Niar! Sudahlah, toh LKS ini juga tidak pernah dikoreksi sama guru! Jadi biar saja nyontek. Bukan begitu teman-teman?” kata Nanik sambil asyik menyalin pekerjaan Zaniar.
“Ya-o! Buat apa capek-capek mikir kalau hasil pekerjaan tidak dihargai!” timpal yang lain.
“Karena guru-guru tahu bahwa kalian menyontek, akhirnya guru-guru juga seperti kalian, ngapain dikoreksi toh itu hasil sontek menyontek!” kata Zaniar tak mau kalah.
“Ya kalau begitu ngapain suruh beli LKS!”
“Dibilangin kamu suruh pinter!”
“Nonsense!”
“Buktinya? Aku pinter! Ya nggak?” kata Zaniar bangga.
“Dari sononya kaliii….”