***
Hari Sabtu.
Jam setengah tujuh pagi Zaniar sudah sampai di halaman dalam sekolah. Gapura masuk yang bagus bertuliskan SMA Kota Angin. SMA tempat Zaniar menuntut ilmu, dan jalan mendapatkan rezeki.
Sebelum masuk kelas gadis itu menuju ke koperasi siswa untuk menitipkan makanan jajanan buatan ibunya. Nanti siang sepulang sekolah ia tinggal menghitung berapa banyak yang laku, berapa uang yang dibawa pulang. Usai menyimpan titipan ibunya, Zaniar bergegas masuk kelas. Di depan kelas XI IPA 9 telah berjejer teman-temannya. Wajah mereka tampak kesal.
“Mau bikin masalah?!” tanya Zaniar memulai.
“Boro-boro salam Niar! Jutek banget kamu!”
“Memberi salam itu tidak wajib! Kalau menjawab memang wajib! Lagi pula kenapa mata kalian galak sekali?”
“Niaaar! Sudah! Jangan ceramah! Kenapa siang banget sih?” kata Nanik teman dekatnya menghadang di depan pintu kelas.
“Yang penting tidak terlambat kan?”
“Sini LKS-mu!” kata Nanik seraya membuka resluiting tas Zaniar. Gadis itu tak bisa berbuat apa-apa terhadap polah temannya itu. Ia hanya menggeleng-gelengkan kepala.
“Pantas Indonesia tak maju-maju!” tak urung Zaniar bergumam seraya melempar tas yang telah diambil LKS-nya.