“Heheee….”
“Haha hehe! Trus tadi Mas Tomo bilang nilai cantiknya 92, kok mirip kalimat waktu di hotel Dibia dulu! Terus tadi dia bilang apa? Kalau yang dipuji itu gadis, ia bisa pingsan dalam sadar. Itu kalimatkuuuuu Ainuuuuun!” kata Herlin sambil mengguncang-guncang lengan Ainun.
Diguncang lengannya, Ainun tertawa hingga memegangi perutnya. Ayu kesal. Namun ia berhenti mengguncang-guncang Ainun ketika Tomo berbalik. Muka Herlin tampak merah.
“Mas pinjam kamera!” kata Ainun meminta kamera dari tangan Tomo. Pria itu memberikan kamera sambil tersenyum ke arah Herlin.
“Memang De Ainun bisa memotret?” tanya Tomo meragukan.
"Bisa laaah .... aku akan memotret Lin bareng Mas Tomo, latar belakang terasering! Amazing pasti!"
"Iyalaah boleh, usul yang bagus, tapi nanti saja De!"
“Oooo….. Ainun, kamu dipanggil De oleh Mas Tomo! Hihihi…..” kata Herlin sambil tertawa. Namun sebenarnya hatinya tidak suka mendengar Tomo memanggil Ainun dengan sebutan De Ainun. Terlalu mesra.
“Ooooh …. maaf, maaafff … kelepasan! Huuuh….” gerutu Tomo menyadari kesalahannya. Ainun tertawa lagi.
“Heh…heeehee… cape tetawa melulu. Duduk laaah…. Ayo duduk! Ayo Mas, ayo Lin duduk!”
Ketika ketiganya telah duduk, Ainun membuka tas kecil yang dibawanya. Tangannya mengeluarkan foto ukuran post-card.