“Aaaahhh kamu jahaaaat Ilhaaaammmm!” kata Erika akhirnya tak tahan. Dengan sepenuh tenaga ia mencubit lengan pemuda dengan sekeras-kerasnya.
“Aduuuhhhh… sakit ….”
“Ilham, jadi kamu selama itu tahu kalau bunga itu aku yang nanam?”
“Tahu lah. Aku juga tahu bahwa kamu juga merahasiakan kamu yang menanam bunga dari teman-temanmu.”
“Iya. Aku tadinya hanya ingin bahwa bunga ini adalah monument antara diriku dengan almamaterku. Toh sebenarnya ketika kita acara perpisahan, bunga itu sudah semakin kurus. Bahkan sekarang pasti sudah taka da bekasnya sama sekali. Tapi keindahannya ada dalam HP ku, dan aku tak mengira bahwa kamu menyimpannya juga.” Ilham tersenyum.
“Ka, kamu boleh cari gambar lain yang lebih indah dibanding amarilys kembar itu.”
“Apa itu?”
“Buka file amazing amarilys di sebelahnya ….”
Erika segera membuka file yang dimaksud. Mata gadis itu terbelalak. Gadis itu tak percaya di file itu tak terdapat gambar bunga amarilys, tetapi justru terdapat sekitar dua puluh gambar dirinya.
“Il …. Il…. Ilham?!” dengan bibir bergetar gadis itu menatap pemuda yang duduk tenang di depannya.
“Itulah amazing amarilys yang aku kagumi Ka ….. maafkan aku.”
“Ilham, Ilham … apa maksudmu?”