"Ingin nangis..... " kata Topaz sambil menyeka air mata dengan punggung tangannya.
Hilal tersenyum. Ia sangat suka melihat gadis yang dicintainya itu sibuk menyeka air matanya. Tahu dirinya diperhatikan, Topaz berhenti menyeka air mata.
"Ada apa ngelihatin terus?"
"Suka saja ....." kata Hilal sambil tersenyum.
"Iiih..." Topaz tersipu-sipu.
"Makanya nanti buku harianku bisa kita baca bersama. Iya, kita, aku dan kamu. Hilal dan Topaz Aini…..”
Halaman SMPIT Nurul Aini dirasakan Topaz menjadi sebuah lingkungan yang indah. Bahkan ia sendiri malah sering mengeja Nurul Aini berulang-ulang. Setiap mengulang kata itu, ia ingat bahwa laki-laki bernama Hilal-lah yang menciptakannya. Sebuah awal cinta yang diungkapkan secara simbolik, yang semula tak banyak orang yang tahu.
Hari berikutnya, Hilal mengingatkan sekali lagi :
“Pelaminan akan berdiri sebentar lagi, bulan depan …..”
“Tapi harus mencari hari baik ….” kata Topaz pelan.
“Bersama Topaz Aini, semua hari menjadi baik. Semua hari akan membahagiakan. Aku sudah sudah merasakannya, cinta terpendam saja sekian lama aku bahagia … apalagi nanti Topaz ….”