Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerpen: Bayangan di Pelaminan

6 Oktober 2015   23:29 Diperbarui: 6 Oktober 2015   23:59 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ya Tirah. Hati kecil Akang sebenarnya ingin menebus kekecewaan Tirah dari dulu. Akang tahu dari dulu Tirah kecewa. Akang juga kecewa. Hingga entah dari mana, mungkin bimbingan Allah untuk membawa pikiran Akang ke situ. Akang ingin mengajak Tirah melaksanakan idadah umroh. Barang yang lima hari atau satu minggu …. namun…. namun nyatanya hingga sepuluh tahun uangnya belum juga cukup Tirah …… “

“Kaaaang …… jangan ngomong begitu Kang. Biarpun uangnya belum cukup, aku sangat bahagia Kang. Bahkan hari ini rasanya aku merasa sangat bahagia dibanding membayangkan duduk di pelaminan.”

“Iya Tirah. Akang tidak tahu …… apakah Akang sanggup mengajak Tirah umroh atau tidak …. Uangnya masih kurang banyak.”

“Jangan pesimis Kang…..”

“Terserah uang itu akan Tirah pakai apa , akang serahkan…. Sudah tak ada rahasia dan kejutan lagi…..”

“TIdak Kang, biar bagaimanapun juga uang ini harus tetap Akang simpan. Akang harus tetap berusaha menyisihkan rizki dari Allah. Akang harus tetap teguh pada niat pertama ….. umroh”

“Walau sampai sepuluh tahun lagi misalnya?”

“Tidak apa-apa Kang.”

“Sampai kita tua?”

“Tak apa-apa sampai tua juga. Karena saya baru yakin benar, di setiap rupiah usaha Akang di situ ada cinta Akang …..”

Rasman memegang kedua bahu Tirah. Ditatapnya mata istrinya yang masih basah. Ada sinar mata cinta yang dalam di mata Tirah. Ia rasakan getaran-getaran itu sangat hebat. Sama hebat getarannya ketika dulu hati Rasman luluh dalam pandangan mata dan senyum Tirah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun