Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerpen: Aku Mencintai Dosenku

13 Juni 2014   02:44 Diperbarui: 20 Februari 2016   18:55 1248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sudah benar. Namamu Ratih …… yang penting bapak sudah tahu ini kertasmu?”

“Tapi Pak?”

Pak Kamajaya tidak peduli. Ia memaksa Ratih menyerahkan kertas ujiannya. Akhirnya Ratih mengalah. Namun kemudian gadis itu tertelungkup. Sejenak kemudian terdengar gadis itu terisak. Sang dosen tertegun sejenak. Setelah berfikir sejenak, laki-laki menaruh kertas di meja. Gadis itu dipanggil namanya. Yang dipanggil tidak serta merta menoleh. Ia sibuk membasuh air matanya dengan tissue. Setelah agak reda, Ratih memegang kertasnya. Ia masih diam.

“Kertas itu boleh kamu bawa pulang. Tulis lagi yang bersih. Besok dikumpulkan, tapi ingat, jawaban harus persis, jangan ditambah-tambahi. Tapi ingat, kertas aslinya jangan dibuang. Simpan baik-baik. Siapa tahu sewaktu-waktu Bapak menanyakannya.”

“Iya Pak.”

“Sekarang kamu boleh keluar ruangan.”

“Terimakasih Pak.”

Lega hati Ratih melangkah meninggalkan Pak Kamajaya. Hatinya benar-benar dongkol kepada dirinya sendiri yang bodoh. Tapi bukan bodoh! Sangkal hatinya yang paling dalam. Apa? Kacau. Ia bergegas sambil tertunduk.

“Ratih!” Pak Kamajaya memanggil. Ratih kaget. Belum juga kakinya melewati pintu, sang dosen memanggilnya. Hatinya mengeluh.

“Iya Pak…..” kata Ratih sambil menoleh. Sesekali ia masih menyeka matanya.

“Sini sebentar…..”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun