“Apakah perbuatan dan perhatianku selama ini tidak pernah Ratih tangkap sebagai sinyal-sinyal?”
“Manusia bukan mesin Gung. Tak semua perempuan berhati sama untuk menangkap sinyal-sinyal. Nah aku ini sepertinya orang yang tak mengerti sinyal-sinyal. Bolehlah aku kau anggap terlalu bodoh.”
“Pertimbangkanlah kembali Tih. Sejak kelas dua SMA, sekarang semester ke-5. Berapa tahun Tih?”
“Agung…. sahabatku. Aku minta maaf. Ratih memang diciptakan menjadi perempuan yang tidak memahami sinyal. Selama ini aku menganggapmu tulus bersahabat denganku …… “
“Bukannya kamu tahu selama bersama kamu aku tak punya pacar?”
“Akupun selama ini tak punya pacar….”
“Sekarang pertimbangkan Ratih, mudah-mudahan Agung belum terlambat .”
Tak mudah bagi Ratih untuk menjawab. Hingga lama pula Agung membiarkan Ratih diam berfikir. Hatinya penuh harap. Di detik-detik akhir ini ia mengharap ada sebuah keputusan besar dalam hidupnya.
“Gung…….” akhirnya Ratih memecah keheningan, “ maafkan Ratih ya.”
“Apa maksudnya maaf?”
“Aku tidak bisa mengabaikan ini …………….. “ kata Ratih sambil menyorongkan HP di meja depan Agung. Mata Agung melihat pengirim SMS, Aa Kamajaya.