Kepemimpinan transaksional itu merupakan gaya kepemimpinan yang ngga cuma punya struktur yang jelas, tapi juga punya kebijakan dan aturan yang ngga bisa ditekuk.
Betul, karyawan punya imbalan yang bisa mereka harapkan dan otonomi, atau kemandirian, yang mereka punya dalam melakukan tugas mereka. Tapi, mereka tetap harus bekerja dalam aturan manajemen.
Melanggar kebijakan atau instruksi dari atasan, artinya siap-siap menerima implikasi negatif, seperti penangguhan, dan bahkan pemutusan hubungan kerja.
Kenapa?
Karena seorang pemimpin transaksional memberi tahu bawahannya apa yang harus mereka lakukan. Dan mereka sama sekali ngga menerima keluhan atau pembangkangan dalam bentuk apa pun.
Nah, karena ketidakfleksibelan inilah, pemimpin akan sulit menyesuaikan diri dengan situasi tertentu dan bisa membatasi kreativitas bawahan mereka.
Anda juga pasti suka:
- 6 Kesalahan Strategi Pemasaran Produk yang Harus Anda Hindari
- Cara Meningkatkan Efisiensi Produksi untuk Usaha Kecil Menengah
Ngga mendorong kreativitas
Gaya kepemimpinan ini kaku. Ngga ada tuh yang namanya menekuk prinsip dan aturan, atau mendengarkan saran dari orang-orang di bawah manajemen.
Dan inilah yang menghambat kreativitas dari anggota tim. Padahal mereka mungkin punya rekomendasi yang masuk akal dan efektif untuk kemajuan organisasi.
Tujuan jangka pendek dan kebijakan terstruktur mempersulit para pemimpin transaksional untuk membuat perubahan dan terbuka terhadap ide-ide dari orang lain yang ngga sesuai dengan tujuan mereka yang ada.