Pertanyaan itu menembus hati Aisyah seperti belati. Ia tidak tahu bagaimana menjawabnya. Kebenaran yang ia hindari selama ini akhirnya muncul di hadapannya, menuntut kejujuran.
"Aku tidak tahu, Arya," jawab Aisyah dengan jujur. "Aku tidak bisa memastikan. Itu yang membuatku begitu takut."
Arya menghela napas panjang, seolah mencoba menahan semua emosi yang bergejolak di dalam dirinya. Ia menatap Aisyah sekali lagi, namun kali ini dengan tatapan yang berbeda---tatapan yang penuh dengan rasa sakit dan kehilangan.
"Aisyah, aku mencintaimu. Aku selalu mencintaimu. Tapi aku tidak tahu apakah aku bisa melanjutkan ini setelah semua yang terjadi. Aku butuh waktu untuk berpikir," katanya akhirnya, suaranya terdengar lelah dan hampa.
Aisyah hanya bisa mengangguk, mengetahui bahwa kata-kata Arya sepenuhnya benar. Ia telah menghancurkan semua yang baik dalam hidupnya, dan sekarang ia harus menghadapi konsekuensinya.
Malam itu, Arya meninggalkan rumah mereka. Aisyah merasa kehilangan yang luar biasa, meskipun ia tahu bahwa ia pantas mendapatkannya. Di dalam rumah yang kini terasa begitu sunyi, Aisyah duduk sendirian, merasakan kepedihan yang tak tertahankan. Ia tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi.
Keputusan yang Berat
Hari-hari berlalu, dan Aisyah mencoba menjalani hidupnya tanpa Arya. Ia merasa seolah dunia telah runtuh di sekelilingnya. Kehamilannya yang semakin besar hanya memperburuk perasaannya, mengingatkan dirinya terus-menerus pada kesalahan yang telah diperbuatnya.
Arya belum kembali sejak malam itu. Aisyah tidak tahu di mana suaminya berada, dan setiap kali ia mencoba menghubunginya, tidak ada jawaban. Aisyah merasa seperti kehilangan arah, tidak tahu bagaimana melanjutkan hidupnya tanpa Arya di sisinya.
Teman-teman dan keluarganya mulai bertanya-tanya tentang keadaan mereka, namun Aisyah tidak bisa memberi mereka jawaban yang memuaskan. Ia tidak ingin orang lain tahu tentang kesalahannya, tentang pengkhianatan yang telah menghancurkan pernikahannya. Ia merasa terisolasi, terjebak dalam rasa bersalah yang semakin menghimpitnya.
Di tengah keputusasaan itu, Aisyah kembali mengunjungi dukun yang pernah memberinya kekuatan untuk memikat laki-laki. Namun kali ini, ia tidak datang untuk meminta bantuan. Ia datang untuk mencari jawaban, mencari cara untuk mengakhiri semua penderitaan ini.