Mohon tunggu...
Dibbsastra
Dibbsastra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Minat saya adalah sebagai penulis cerpen, puisi, quotes, artikel, novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ritual untuk Memikat Hati Laki-laki

30 Agustus 2024   18:04 Diperbarui: 30 Agustus 2024   18:09 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu berlalu, dan kehamilan Aisyah semakin mendekati waktu persalinan. Meskipun Arya masih belum kembali, Aisyah mulai belajar untuk menerima kenyataan dan menyiapkan diri menjadi seorang ibu. Ia mulai menjaga kesehatannya dengan lebih serius, menghindari kehidupan malam, dan fokus pada apa yang benar-benar penting dalam hidupnya.

Namun, bayangan masa lalu tetap menghantui Aisyah. Setiap kali ia melihat cermin, ia teringat akan kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya. Tapi kali ini, ia tidak ingin lari dari kenyataan. Aisyah tahu bahwa untuk benar-benar menemukan kedamaian, ia harus menerima segala konsekuensi dari tindakannya dan belajar dari pengalaman pahit ini.

Pada suatu malam yang dingin, di tengah keheningan yang menyelimuti rumah, Aisyah merasa kontraksi yang pertama. Perutnya sakit, namun ada rasa lega yang aneh. Ia tahu bahwa saatnya telah tiba. Dengan bantuan bidan yang sudah ia siapkan sebelumnya, Aisyah melahirkan seorang bayi perempuan yang sehat. Ketika ia melihat wajah bayinya untuk pertama kalinya, Aisyah merasakan kehangatan dan cinta yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Di saat yang sama, di luar rumah, Arya berdiri di bawah hujan. Sejak malam itu, ia telah berpikir panjang tentang hidupnya, tentang pernikahannya dengan Aisyah, dan tentang pengkhianatan yang telah menghancurkan segalanya. Arya merasa begitu terluka, namun ia tahu bahwa lari dari kenyataan bukanlah solusi. Dengan hati yang masih berat, ia memutuskan untuk kembali, untuk melihat apakah ada jalan untuk memulai lagi, setidaknya demi anak yang mungkin menjadi satu-satunya harapan mereka.

Arya mengetuk pintu rumah dengan perasaan bercampur aduk. Ketika pintu terbuka, ia melihat Aisyah, yang kini memeluk bayi mereka dengan lembut. Kedua mata mereka bertemu, dan dalam sekejap, mereka berdua tahu bahwa hidup mereka tidak akan pernah sama lagi. Meskipun luka masih terasa, ada secercah harapan yang perlahan tumbuh di antara mereka.

Aisyah mendekatkan bayi itu kepada Arya, dengan harapan bahwa mereka bisa memulai kembali dari titik ini. Arya menatap bayi perempuan itu, merasa campur aduk antara kebahagiaan dan kesedihan. Namun, ketika ia melihat mata anak itu, ia merasa ada sesuatu yang menghubungkan mereka, sesuatu yang lebih kuat dari sekadar darah.

Dengan suara pelan, Arya berkata, "Kita akan berusaha, Aisyah. Demi anak ini, kita akan berusaha."

Aisyah mengangguk, air mata mengalir di pipinya. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasakan beban di hatinya mulai terangkat. Ia tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, dan kesulitan mungkin belum sepenuhnya usai. Namun, dengan bayi itu di pelukan mereka, Aisyah merasa bahwa mereka memiliki alasan yang cukup kuat untuk melanjutkan hidup dan mencoba membangun kembali apa yang telah hancur.

Memulai dari Awal

Kehidupan Aisyah dan Arya setelah kelahiran anak mereka penuh dengan tantangan, namun juga penuh dengan harapan baru. Mereka memutuskan untuk memulai kembali dengan perlahan, memberikan ruang bagi satu sama lain untuk menyembuhkan luka yang ada. Arya masih merasa sulit untuk sepenuhnya memaafkan Aisyah, tetapi ia mencoba untuk melihat masa depan dan mengutamakan kepentingan anak mereka.

Aisyah, di sisi lain, mulai menyadari bahwa kehidupan yang dulu ia anggap menarik sebenarnya penuh dengan kepalsuan dan kehampaan. Ia telah kehilangan begitu banyak hal yang berharga, namun ia juga belajar untuk menghargai apa yang ia miliki sekarang. Bayinya menjadi sumber kebahagiaan dan motivasi yang tak ternilai. Setiap kali ia melihat senyum putrinya, ia merasa ada harapan untuk masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun