"Kak Arya?" Aisyah mengucapkan nama itu dengan ragu. Pria itu berhenti sejenak, menatap Aisyah dengan saksama, sebelum akhirnya mengenalinya.
"Aisyah? Ini benar-benar kamu? Wah, sudah lama sekali kita tidak bertemu!" Arya tersenyum lebar. Senyum yang dulu pernah membuat Aisyah berdebar setiap kali melihatnya.
Aisyah mengangguk, mencoba mengendalikan dirinya. Dalam hati, ia bersyukur bisa bertemu dengan Arya dalam situasi seperti ini, di mana ia sudah memiliki kekuatan untuk membuat siapa pun jatuh cinta padanya.
Mereka akhirnya duduk bersama, mengobrol panjang lebar tentang kehidupan masing-masing setelah lulus dari sekolah. Arya kini menjadi seorang pengusaha sukses, menjalankan bisnis yang cukup besar di kota itu. Aisyah yang dulu hanya bisa mengagumi Arya dari jauh, kini merasa percaya diri untuk mendekatinya.
Percakapan mereka mengalir begitu saja, seolah tak ada jarak waktu di antara mereka. Aisyah yang biasanya hanya memanfaatkan laki-laki untuk kekayaan, kali ini merasakan sesuatu yang berbeda. Ada sesuatu dari Arya yang membuatnya teringat akan perasaan yang tulus, sesuatu yang sudah lama hilang dari hidupnya.
Namun, Aisyah tetap berpegang pada tujuannya. Ia harus membuat Arya jatuh cinta padanya, seperti yang ia lakukan pada pria-pria sebelumnya. Dan dengan kekuatan yang ia miliki, itu bukanlah hal yang sulit.
Arya, yang tak mengetahui apa pun tentang masa lalu Aisyah, dengan mudah terpesona oleh pesonanya. Mereka bertukar nomor telepon dan segera merencanakan pertemuan berikutnya. Setiap kali mereka bertemu, Aisyah menggunakan pesonanya untuk semakin mengikat hati Arya. Hingga akhirnya, Arya mengungkapkan perasaannya.
"Aisyah, aku tak bisa berhenti memikirkanmu sejak kita bertemu lagi. Kamu berbeda dari wanita lain. Aku ingin kita melanjutkan hubungan ini ke arah yang lebih serius."
Aisyah tersenyum manis. "Aku juga merasakan hal yang sama, Kak Arya."
Mereka pun mulai berpacaran. Dalam waktu dua bulan, Arya yang sudah benar-benar jatuh cinta pada Aisyah memutuskan untuk melamarnya. Aisyah menerima lamaran itu tanpa ragu, merasa bahwa ini adalah pencapaian yang luar biasa. Ia akan menikahi pria yang dulu hanya bisa ia kagumi dari jauh, pria yang dulunya terasa begitu tak terjangkau. Kini, Arya adalah miliknya, sepenuhnya terikat dalam pesona yang telah Aisyah ciptakan melalui ritual gelap itu. Perasaan bangga dan puas membuncah di dalam hatinya. Bukan hanya berhasil memikat hati Arya, tetapi juga memiliki kesempatan untuk hidup dengan nyaman dalam lingkaran kemewahan dan kesuksesan yang dimiliki oleh Arya.
Pernikahan mereka berlangsung meriah, dihadiri oleh keluarga, teman, dan kerabat. Semua orang memuji pasangan ini, menyebut mereka sebagai pasangan yang serasi. Aisyah tersenyum sepanjang acara, menikmati setiap pujian yang diterima. Ia merasa telah mencapai puncak kehidupan yang selama ini diimpikannya.