Ketika Dimas mulai kehabisan uang, ia mulai berhutang untuk memenuhi semua keinginan Aisyah. Dalam sebuah pertemuan, Aisyah mengancam Dimas dengan nada tegas, "Jika kau tidak bisa memenuhi semua permintaanku, aku akan pergi dan tidak akan kembali."
Dimas, yang kini sudah jatuh cinta pada Aisyah karena pengaruh ritual, merasa tertekan. Ia terus berusaha memenuhi semua permintaan Aisyah, bahkan ketika ia harus meminjam uang dari teman-temannya. Dia berdoa agar Aisyah tidak meninggalkannya, merasakan betapa dalamnya perasaannya terhadap Aisyah.
Namun, Aisyah tidak menunjukkan belas kasihan. Ketika Dimas sudah tidak memiliki apa-apa lagi dan jatuh dalam tumpukan utang, Aisyah memutuskan untuk meninggalkannya. Pada malam yang sama ketika Dimas menerima tagihan utang terakhirnya, Aisyah menyuruhnya datang ke apartemennya untuk sebuah perpisahan.
Di apartemen yang mewah, Aisyah berdiri dengan anggun di tengah ruangan. Dimas, dengan wajah lelah dan putus asa, berdiri di depannya. "Aisyah, aku mohon, jangan pergi. Aku sudah kehilangan segalanya karena kamu," katanya dengan suara penuh emosi.
Aisyah hanya tersenyum sinis, "Kau telah memberikan semua yang aku inginkan. Sekarang aku harus pergi. Terima kasih untuk semua ini."
Dimas, yang sudah tidak punya cara lain, hanya bisa menatap Aisyah dengan penuh rasa sakit. Aisyah meninggalkannya di tengah keputusasaan, merasa puas telah membalas dendam dan menguras semua harta Dimas. Namun, di balik kepuasan tersebut, Aisyah merasa kosong dan tidak bahagia.
Setelah perpisahan itu, Aisyah terus memanfaatkan kekuatan dari ritualnya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan dari laki-laki lain. Namun, dia tidak pernah merasa sepenuhnya bahagia. Baginya, balas dendam telah membebaskan sebagian dari rasa sakitnya, tetapi ia merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya.
Kehidupan Aisyah mulai berubah saat ia tak sengaja bertemu dengan seseorang dari masa lalunya---kakak kelas yang pernah ia kagumi diam-diam. Pertemuan ini membuka babak baru dalam hidup Aisyah, yang memaksa dia untuk mempertimbangkan kembali keinginannya dan jalan hidup yang telah dia pilih.
Pertemuan yang Mengubah Segalanya
Pertemuan itu terjadi begitu saja, tanpa rencana. Aisyah sedang menikmati kopi sore di sebuah kafe mewah di pusat kota ketika tiba-tiba seorang pria menabraknya dari belakang. Kopi yang baru saja dipesannya tumpah, mengenai meja dan gaunnya.
"Oh maaf, saya tidak sengaja," kata pria itu buru-buru. Ia segera mengambil tisu dan mencoba membersihkan kekacauan yang dibuatnya. Aisyah, yang awalnya kesal, mendongak dan terpaku. Wajah pria itu begitu familiar. Sesaat, Aisyah merasa seperti terlempar ke masa lalu.