Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta di Tengah Api "98"

20 Mei 2016   17:59 Diperbarui: 20 Mei 2016   19:47 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perwakilan TNI, mahasiswanya Dan polisi akhirnya berdiskusi akhirnya demonstrasi di lanjutkan sekitar pukul dua karena tepat jam 12 ada ibadah bagi orang Muslim dan kita harus menghargainya, itulah yang menjadi alasan polisi langsung memberhentikan demonstrasi itu.

Situasi kembali kondusif para Muslim langsung shalat berjamaan beralaskan poster yang mereka bawa. Polisi Dan TNI melakukan hal yg sama. Ketiga kubu ini terlihat sangat tenang Dan saling berbicara melempar senyuman. Ada mahasiswa terlihat berbagi rokok dengan polisi serta TNI yang memberikan makanan kepada beberapa demonstran.

Pukul 14.00 dari sudut lain aku melihat ada orang berdiri di atas sebuah gedung. Aku tak tau persis nama gedung itu, tetapi orang itu kemudian merunduk dan mengeluarkan senjata. Ternyata orang itu adalah snaiper yang siap membidik para demonstran. Ini sangat mencekam pikir ku, nyawa para demonstran akan melayang jika tertembus timah panas.

Saat itu pula para demonstran melanjutkan aksinya, mereka mulai aksinya setelah 2 jam duduk menunggu waktu yang telah di sepakati, kali ini situasi menjadi semakin mencekam. Mikel dengan kamernaya mulai membidik satu persatu demonstran. Tetapi kameranya mau di ambil oleh salah seorang prajurit, Mikel melawan. Baku hantam terjadi, sedangkan aku benging melihat kejadian ini. Beberapa TNI berdatangan ke arah kami. Mikel di pukuli, aku segera mererai mereka. Aku ingat reflek ku membuat seorang perwira terjengkang akibat menerima pukulan telak di dahinya.

Akhirnya kami berlari turun dari jembatan, kami mengawasi jalannya dari sebrang jembatan menjauh dari tempat kejadian. Mikel masih terlihat kesal. Aku hanya mengatakan padanya unutk sabar dan yang terpenting gambar itu masih aman. Kami mulai kembali mencari spot tepat, akhirnya kami berhenti di balik pohon besar.dari sana kami mengawasi jalannya demonstrasi.

Aksi ini berjalan santai, aksi bubar pada pukul 18.00. tetapi para demonstran berulah dan tidak mau bubar. Akhirnya polisi anti hurui hara memaksa mereka untuk masuk ke dalam kampus. Para demontran melemparkan polisi dengan batu.

Seorang mahasiswa di tangkap oleh polisi. Rekan mahasiswanya yang lain berbondong-bondong menyerbu polisi yang mengamankan rekannya tadi. Para mahasiswa tadi langsung memukul balik polisi, terjadi baku hantam antara dua kubu. Mobil pemadam mulai menyemprotkan ait di titik pemukulan itu.

Sebagian mahasiswa yang tadi di dalam kampus kembali keluar menyerang para polisi. Kali ini mereka telah menyiapkan alat berbahaya semisal bom molotof. Satu polisi terlihat terkena lemparan molotof. Tetapi mobil pemadam dengan sigap menyemprotkan sedikit air ke tubuh sang polisi, api itu pun padam.

Salah seorang polisi melakukan tembakan ke udara unutk memecahkan masa. Mereka akhirnya lari tunggang langgang ke dalam kampus. Pintu gerbang kampus di tutup, polisi tidak bisa masuk ke dalam kampus karena peraturannya menyatakan demikian. Apalagi ada beberapa insan pers disana sehingga aparat tidak bisa berlaku sewenang-wenang.

Pohon itu menjadi saksi pertemuan ku dengan susi, perempuan yang telah lama tidak aku temui. Dia adalah adik ku dan kuliah di trisakti. Dia menghampiri ku, aku awalnya bingung siapa gerangan wanita ini tetapi setelah ku perhatikan dia adalah adik ku. Kami berpisah selama 3 tahun lamanya karena dia jarang ke rumah dan ketika ke rumah aku sedang liputan.

Susi telah berumur 21 tahun, dia adalah seorang mahasiswi jurusan akuntansi. Dia mendapat beasiswa dari kampusnya setiap tahun, aku tak tau kenapa dia mendapatkannya tapi itu bagus untuk keluarga ku. Susi yang memiliki nama lengkap Susi Melinda kini telah berada di ujung masa studinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun