Mikel adalah orang asli Jakarta sehingga dia tidak tau tentangvseluk beluk jogja. Aku yang orang jogja memberikannya tempat meniap sementara di kediaman ku. Akhirnya dari sana kami saling mengenal satu sama lain.
Aku Dan Mikel sebelumnya sudah berjanjian utuk bertemu melalui pejer, sebuah alat komunikasi canggih abad itu. Akhirnya kami patungan untuk menyewa kamar demi kebaikan keuangan kami. Mikel menyarankan menginap di hotel indah karena hotel itu memiliki letak strategis karena dekat dengan DPR serta menjadi jalur perlintasan demonstran ketika melakukan longmarch.
Aku menginap di kamar lantai 6 Nomor 225. Kamar itu cukup tinggi, hal ini memang telah kami pikiran masak-masak. Kami ingin melihat situasi Jakarta setiap menitnya sehingga kami memilih kamar atas.
Pukul 12 kami masuk ke kamar, aku langsung ke kamar mandi sedangkan Mikel merapikan barang2 pribadinya. Setelah aku mandi, aku langsung merapikan pakaian sambil menyalakan televisi. Maklum saja hotel indah merupakan hotel bintang 4 sehingga fasilitasnya cukup mempuni.
Setelah beres aku tetap menyaksikan tayangan TV, mereka menayangkan semakin masifnya para demonstran untuk menggulingkan rezim soeherto. Para demonstran merasa soeharto banyak melakukan kebijakan yang tidak pro rakyat. Apa lagi kondisi ekonomi Indonesia saat itu sedang anjlok akibat kerisis ekonomi dunia.
Penjarahan Dan kekerasan menjadi tajuk utama dalam tayangan television. Baru Kali ini aku meliput sebuah keadaan yang mengerikan. Jakarta sangat mencekam jauh dari peradaban modern. Setelah melihat tayangan itu aku mulai berpikir untuk kembali ke kampung halaman. Aku takut menjadi korban dari gesekan antara aparat Dan demonstran.
Tiba-tiba Mikel membangunkan ku, dia mengatakan bahwa para demonstran akan melakukan also di trisakti. Ternyata aku telah tertidur aku kaget karena baru Kali ini aku tertidur layaknya orang mati. Tanpa pikir panjang, aku langsung membawa senjata ku saat bertugas yaitu buku Dan pulpen tak lupa ID card pers yang ku miliki tersemat di leher ku.
Aku dan mikel ternyata tak sendiri pasalnya ada beberapa wartawan lain yang siap untuk berangkat ke lokasi oekiputan. Aku tak sadar ternyata pejer ku menyimpan banyak pesan dari kantor. Tapi aku tidak membalasnya karena aku tidak mau kehilangan moment.
Akhirnya kami menumpang di dalam bus demonstran yang melintas di depan hotel. Kami sangat beruntung Kali ini. Maklum saja Mikel temanku merupakan alumni di kampus itu Dan dia juga mantan aktivis pada eranya. Kami pun segera mencari perwakilan demonstran di bis ini untuk diajak wawancara. Akhirnya kami bertemu dengan Hasan, dia bersedia untuk di wawancara. Menurut pengakuannya, ada 4 kampus yang ikut dalam aksi Kali ini. Hasan sendiri merupakan mahasiswa dari universitas bebas. Para demonstran menggunakan almamater kebesaran mereka berwarna hijau.
Dalam keterangannya hasan menuturkan bahwa aksi ini merupakan bentuk tuntutan rakyang yang menginfikan lengsernya rezim otoriter itu. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa aksi ini tidak akan berhenti sampai soeharto turun dari jabatannya.
Para demonstran itu menggunakan bus patas berukuran besar. Di dalamnya berjubel para demonstran dari perempuan maupun laki-laki, belum lagi di atap bus. Mereka semua menuju satu tujuan yaitu menggulingkan rezim korup soeharto.