Tok.. tok.. tok..
Krek.. sesosok lelaki paruh baya keluar dari dalam. Aku tersenyum lalu berucap salam. Kukatakan padanya apa hajatya menemuinya. Dia ngangguk-ngangguk paham.
”Itu pak, orangnya ada di sana. Di meja itu. tolong bantuannya ya, pak.” kataku dengan nada melas(?).
”Wuiiih.. gile tuh akhwat. Beneran dia mau nyeburin aku ke kolam!” katanya setengah histeris. Kulayangkan senyum mengejek. Kena kau! Batinku tertawa lepas. Lelaki di depanku dengan begitu gagahnya membawa seonggok sapu. Persis seperti seorang ayah hendak seret anaknya yang menolak pulang.
”Ampuuun pak! Saya janji nggak akan nakal lagi!” teriak Burhan dengan muka melas. Suaranya tercekat. Badannya gemetar. Aku menelan ledakan tawaku kuat-kuat. Khawatir tak sanggup menahan, aku pun mundur mengambil jarak dari lelaki itu.
”Ampun pak! Ampuuuuun dah! Janji nggak nakal lagi!” Burhan masih mengiba.
”Kamu itu!” digebukinya Burhan dengan ujung sapu.
Bruk.. bruk.. bruk..
Aaw.. aww.. www..
Air mata Burhan meluncur sempurna di pipi. Aku masih tergelak.
“Tahu rasa kau nantang aku! Hahaaaa..” gumamku sendiri yang masih bertahan menelan tawa.