Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Asrama Putri

14 September 2019   20:57 Diperbarui: 14 September 2019   21:01 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bapak mana pernah sih ga serius? Mukanya aja ga pernah senyum," sahut Lyn yang langsung tertunduk, menyadari ada Devi di ruangan itu.

"Yang ini Budhe ga tahu," jawab Mbok Tum singkat sambil merapikan meja makan yang telah terlihat manis dengan berbagai hidangan dan lilin yang telah dibiarkan menyala.

Makan malam itu segera selesai. Entah mengapa, Pak Maman terkesan terburu-buru. Memburu apa? Waktu? 

Selasa malam bukanlah waktu bagi Pak Maman untuk terburu-buru. Beliau selalu menyempatkan waktu untuk berbincang bersama anak-anak asrama bersama Bu Jannah. Tapi lain dengan malam itu.

"Ehem,"dehem Pak Maman makin menambah kaku suasana malam itu. Tak ada yang berani bersuara. Kecoak yang terlepas dari amukan Devi pun tak berani bergerak.

"Bapak, mau krama lagi,"sepatah kata dari Pak Maman terlontar bagai meriam, menghantam semua yang hadir, kecuali Bu Jannah yang tertunduk lesu.

"Krama?" suara Lyn memecah kebekuan malam di halaman belakang.

"Iya. Bapak akan menikah lagi, Lyn," jelas Pak Maman.

Semua hanya diam. Devi yang biasanya tak pernah mau tahu urusan orang lain, kini wajahnya menahan amarah yang sangat hebat. Namun ia hanya diam.

Yang paling terpukul adalah Nala. Ia memang anak asrama yang paling dekat dengan Pak Maman. Di asrama ini, dia lah yang pertama kali menempatinya. 

Saat itu, Pak Maman dan Bu Jannah masih menempati rumah yang sekarang dirubah menjadi asrama tersebut. Nala kecil saat itu berusia 6 tahun. Ia hanya seorang anak kecil lusuh, mengemis di pinggir jalan tanpa ada yang memperhatikan. Pak Maman dan Bu Jannah-lah yang kemudian mengasuh dan mendidiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun