Malam ini Sundari baru saja sampai di kota yang ia impikan sejak dari dulu. Tiba di depan sebuah rumah dengan pagar bercat kuning gading, langkahnya terhenti. Sejenak ia memastikan apakah tempat ia berdiri saat ini adalah alamat yang diberikan oleh eyang putrinya.
Hanya berbekal secarik kertas yang bertuliskan Jl. Menoreh Raya No. 108 ia memberanikan diri melangkah ke kota kecil tempat ia pernah tinggal bersama neneknya dahulu, sebelum sekarang berpindah ke rumah Tantenya.
"Anda siapa?" seorang gadis bermata sipit, berkulit kuning langsat tiba-tiba berdiri di belakang, dan membuat Sundari terkejut.
"Saya Sundari. Saya mau bertemu ibu Jannah yang punya rumah ini."
"Kakak mau tinggal di sini juga?"
Sundari tak menjawab. Ia hanya tersenyum dan menganggukkan kepala. Sekali saja.Â
"Lyn!!" suara kecil melengking tinggi memanggil dari kejauhan. "Ada siapa? Tamu, ya?" tak lama muncul dari dalam rumah seorang wanita muda, berambut ikal digelung sembarang. Tubuhnya yang ramping hanya dibalut kaos oblong tipis dan celana jeans pendek.
"Iya, Kak Devi" jawab gadis yang bernama Lyn dengan polos.
Tak lama, Sundari segera masuk ke dalam rumah yang lebih mirip bangunan kuno ala zaman Belanda.Â
Meja tamunya pun sederhana. Hanya terbuat dari kayu jati tua, seperti milik neneknya di kampung. Lantai rumah pun bukan keramik cantik model sekarang. Hanya keramik yang polos berwarna abu-abu.