Mohon tunggu...
J Wicaksono
J Wicaksono Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Kesehatan ingin belajar menulis

Saya suka menulis dan membaca berbagai artikel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bara dan Badai, Kenangan Mei 1998 (Bagian 1)

8 Maret 2024   09:44 Diperbarui: 8 Maret 2024   10:07 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Kawan, ayo kita jalan,” sejenak Badai melongok ke kamar Badai, keduanya mengontrak di rumah yang sama.

“Iya, insya Allah aku nyusul,” Bara yang juga telah siap berangkat menyahut.

 

2

Pak Kusen sebenarnya sudah berniat untuk melewati hari panjang di belakang pos keamanan Kampus. Semalam, seperti biasanya. Beliau disibukkan dengan tayangan langsung sepak bola dari benua biru favoritnya. Tayangan yang setiap hari Minggu malam berakhir pukul 03.30 Senin, dini hari. Apa lacur, pagi-pagi sekali, DR. Hariawan Sang Pembantu Rektor (Purek) III telah mewanti-wanti agar Pak Kusen, yang kebetulan kepala Satuan Pengamanan (Satpam) kampus, bersiaga penuh.

Gelombang aksi kepedulian terhadap krisis ekonomi telah melanda Kampus mereka. Subuh, tiga buah truk milik Kepolisian Republik telah parkir di depan gerbang utama, lengkap dengan personilnya, sekitar 1 SSK (Satuan Setingkat Kompi). Wartawan, banyak yang memilih untuk menginap di sekitar kampus, agar dapat terus mengakses segala kemungkinan perkembangan situasi serta informasi.

Hari-hari itu, eskalasi aksi mahasiswa semakin meningkat. Dollar secara cepat menembus angka Rp 14.000,-.Hal ini mengguncang ekonomi negeri yang hidup dari hutang luar negeri yang setiap transaksinya menggunakan Dollar. Dapat dibayangkan, betapa berlipatnya beban hutang yang muncul dalam hitungan bulan.

Secara makro perekonomian negara terguncang, secara mikro, harga barang kebutuhan menjadi melambung, meninggalkan kemampuan beli masyarakat. Seolah tidak peduli dengan kondisi ini, para wakil rakyat di gedung perwakilan rakyat, secara aklamasi tetap memilih beliau sebagai presiden selaku pemegang mandataris. Negara mengalami dead lock kepemimpinan. Susunan kabinet yang kemudian munculpun tetap menggunakan gaya yang sama.

Hal-hal ini menyebabkan ketidakpercayaan rakyat kepada pemimpinnya. Mahasiswa, sebagai generasi idealis energik pun bergerak. mereka bergolak, berawal dari halaman kampus, di kota masing-masing, terus tereskalasi menembus rambu-rambu yang selama ini dengan teguh dipegang oleh penguasa.

Menjelang pukul 8 pagi, Badai pun masuk melalui pintu samping kampus, segera menuju ke Ruang BEM Universitas.

-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun