Mohon tunggu...
J Wicaksono
J Wicaksono Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Kesehatan ingin belajar menulis

Saya suka menulis dan membaca berbagai artikel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bara dan Badai, Kenangan Mei 1998 (Bagian 1)

8 Maret 2024   09:44 Diperbarui: 8 Maret 2024   10:07 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ini keinginan saya Kak, tidak ada hubungannya dengan orang tua saya”, ujar Rossa menegaskan. Berbeda dengan masa sekarang dimana pejabat wilayah dipilih langsung oleh rakyat, dimasa itu para pemimpin wilayah ditunjuk oleh penguasa. Dengan posisinya, otomatis orang tua Rossa adalah bagian langsung pemerintah yang sekarang tengah coba di goyang oleh aksi mahasiswa yang mulai merebak ke seantero negeri.

Setelah sesaat termenung sejenak, akhirnya Badai mengajak Rossa untuk berjalan bersama menuju ruangan BEM,“OK kalo begitu, kita sama-sama ke ruangan BEM ya.”

“Iya kak”, beriringan keduanya berjalan

-

Tiba di pelataran ruangan BEM, suasana hiruk pikuk mahasiswa sudah nampak. Aktifitas mereka beragam akibat ekalasi aksi yang mulai memanas, banyak dari mereka bahkan sampai melewati malam di sana dengan menginap. Di dalam hiruk pikuk ini, para pemimpin sibuk dengan tugas serta tim masing-masing. Togar, bersama tim perlengkapan sibuk menyiapkan perangkat pengeras suara yang sebentar lagi digunakan pada aksi mereka hari itu. Puspita, beserta rekan-rekan mahasiswi sibuk menyiapkan pita-pita putih yang akan disematkan di lengan sebagai tanda peserta maupun simpatisan aksi. Bram, memimpin satuan tugas mahasiswa yang dipercaya untuk membuat tulisan-tulisan di spanduk, karton, serta benda lain yang dapat menampung aspirasi rekan-rekannya dan aktifitas lainnya.

“Selamat pagi Kawan, baru datang? Wah sekarang sudah mulai kenal dunia rupanya!” kedatangan Badai di sambut sapaan khas Togar dengan logat Karo-nya yang kental, komentar yang muncul melihat Badai datang bersama seorang gadis tercantik di kampus mereka.

“Bukan begitu kawan, ibu kita yang satu ini adalah perwakilan dari mahasiswi sastra yang sengaja aku undang bergabung dengan gerakan kita. Sebagai undangan khusus, wajar jika aku menemaninya ke markas kita ini”

“Hahahahaha,” pernyataan Badai di sambung tawa keduanya, sementara Rossa hanya menunduk sedikit seraya menyahut,”Kak Togar bisa aja”.

“Bah, tahu juga rupanya adik jelita ini nama abang. Hebat, hebat, tak sangka, ternyata aku ini lumayan beken, hahahahaha,” Khas Togar yang selalu riang dan gembira.

 “Kak Badai terlalu melebih-lebihkan, saya kebetulan tadi bertemu dengan Kak Badai, ketika saya menuju ruangan ini. Saya ingin bergabung dengan kakak-kakak di sini”, lanjutnya.

 “Oke, oke, Kawan cukup intermezo pagi ini! bisa kau kumpulkan teman-teman para pimpinan di dalam? Rossa, sebagai tugas pertamamu, tolong gantikan kakakmu Puspita dulu?” Badai, selaku Ketua BEM, meminta Togar mengumpulkan rekan-rekan pemimpin mahasiswa seraya memberikan tugas pertama untuk Rossa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun