"Ra novel kamu bagus banget, itu buatan kamu kan?" Pujinya.
Aku yang malu tak menjawab pertanyaannya.
"Harusnya izin dulu kalo mau buka sesuatu!" ucapku sedikit ngegas.
"Ra itu bagus banget, harus banget di bukukan!" ucapnya dengan nada serius.
Aku hanya tertawa dan menganggapnya hanya lelucon, masa iya aku harus jadi penulis novel? Dengan skill yang tak seberapa ini.
Tampaknya hari ke hari Reni terus berbicara soal novel, iya tak henti-hentinya memintaku untuk membukukan novel itu. Aku yang mulai kesal padanya karena itu menggangguku, aku menulis hanya untuk mengisi waktu luang saja, dan aku rasa tulisanku tak seindah itu pula.
"Apa sih Ren? Gak sebagus itu juga kali." Ucapku dengan sinis.
"Sumpah Ra itu bagus banget, kenapa kamu gak ada niat untuk mencoba sih? Itu kan bisa menghasilkan uang." Ucapnya.
"Memang siapa yang akan beli Ren? Ko PD banget sih?" jawabku.
"Pokonya kamu harus mikirin itu, ini bisa jadi peluang kamu buat dapat uang Ra!" ucap Reni meyakinkanku.
Aku semakin kepikiran, apakah harus membukukannya, akankah ada yang membeli bukuku? Tapi aku sedikit yakin mendengar perkataan Reni dan apa salahnya untuk mencoba. Jadi aku memutuskan untuk mencobanya. Akhirnya aku mulai memutuskan menawarkan naskahku pada salah satu penerbit di Indonesia. Dan ternyata naskahku ditolak, namun Reni bersikeras memintaku agar tidak menyerah. Aku mencoba menawarkan lagi kepada penerbit yang lainnya, dan ternyata mereka suka kemudian menerima naskahku. Aku senang serta bingung apa lagi yang harus aku lakukan, karena ini kali pertama aku melakukannya. Tak di sangka-sangka ternyata inilah jalan rezekiku. Setelah menunggu lamanya buku itu launching, akhirnya launching juga! Pihak penerbit sudah mengirimkanku bukunya, oh iya aku melakukan hal ini tanpa sepengetahuan orang tuaku dan pada saat mereka tahu mereka terkejut dan sedikit bingung mengapa bisa? Mereka terlihat bangga padaku.