Mohon tunggu...
Dewi NurFadilah
Dewi NurFadilah Mohon Tunggu... Lainnya - Dewii

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Skenario Sang Maha Cinta

18 Februari 2021   21:50 Diperbarui: 19 Februari 2021   13:40 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak terasa aku dan ayah tiba-tiba saja memulai percakapan lagi seperti tak ada yang terjadi sebelumnya. Itulah Ayah tegas, keras, sedikit egois dan penyayang. Aku dengannya kembali baik seperti biasanya, namun ingin sekali aku bertanya apa yang ingin ia bicarakan saat malam itu tapi aku takut malah membuka lagi lukanya jadi kupendam sendiri saja rasa penasaran itu.

***

Reni Yakia, ia adalah teman baikku di SMP hari-hariku selalu dihadiri olehnya. Dia baik, cantik, lembut, ramah dan tak kasar. Karakternya berbanding terbalik denganku, namun menurutnya itu bukan masalah kami tetap berteman baik. Dia lahir di Bandung dengan latar belakang keluarga yang baik-baik saja dan tak bermasalah. Keluarga yang baik menghasilkan karakter anak yang akan baik, namun tak selamanya seperti itu anak baik bisa dilahirkan dari latar belakang keluarga apa saja, tergantung karakter anak yang ingin dibangun orang tua seperti apa.

Kami bertemu saat pertama kali masuk sekolah lebih tepatnya saat masa MOPD, aku tidak bertemu orang yang kukenal jadi aku seorang diri dan tak banyak bicara. Namun Reni yang nyentrik di pandanganku ternyata ia mengawali pembicaraan awal kami.

"Eh kamu bawa pulpen dua enggak?" Tanya dia sembari menepis bahuku.

"Enggak." Jawabku dingin.

"Nama kamu siapa? Aku Reni salam kenal ya." Ucapnya sembari menyodorkan tangan kanannya.

"Aku Rara." Jawabku membalas jabatan tangannya.

Itulah awal pertemanan kami. Kami berdialog sangat lama layaknya teman yang sudah saling mengenal lama padahal itu adalah pertemuan awal kami. Masing-masing dari kami merasa sangat cocok pertemanannya, satu frekuensi dan sama-sama asik.

Hari kedua sekolah, ternyata aku satu kelas dengannya. Dia sudah menunggu di depan koridor kelas menungguku.

"Raraaaa.." Teriaknya sambil melambai-lambaikan tangannya dan tersenyum padaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun